METROPOLITAN – Pasca bentrokan yang terjadi antara sopir angkot dan pengemudi ojek online, aksi saling sweeping masih terjadi. Bahkan, aksi ini meluas ke wilayah perbatasan hingga menyedot perhatian pengemudi ojek online dari luar Bogor.
Di Cibinong, polisi sempat menghadang aksi konvoi pengemudi ojek online yang merangsek ke wilayah Bogor. Tepatnya di Flyover Cibinong, ketegangan terjadi antara pengemudi ojek online dari Depok dan sekitarnya dengan sopir angkot. Hingga polisi pun terpaksa menghadang kedua kubu yang nyaris bentrok.
Informasi ini pun sontak membuat para pengemudi online geram, khususnya dari Depok. Mereka berbondong-bondong berdatangan hendak menuju Kabupaten Bogor. Namun, baru sampai di Flyover Cibinong kedatangan mereka keburu dicegah polisi. “Kita mau ke pemda tapi di sana ada sekelompok orang menghadang, terus kita disuruh mundur sama pihak kepolisian,” singkat salah seorang pengemudi online dari Depok, Deni.
Ketegangan ini bermula saat ada salah satu oknum pengemudi ojek online yang berteriak saat melihat angkot melintas di Jalan Raya Jakarta –Bogor.
Kapolsek Cibinong Kompol Hida Tjahyono membenarkan adanya rencana penyerbuan kantor bupati di Jalan Tegar Beriman, menyusul bentrokan yang terjadi pada Senin (20/3). Namun, karena informasi itu tidak benar pihaknya pun meminta kerumunan massa pengemudi ojek online untuk kembali ke daerahnya atau Depok. “Kami cegah biar nggak ke Bogor dan kami mengawal mereka pulang sampai perbatasan,” ujarnya.
Meski polisi sudah berniat meredam, aksi sweeping seolah sulit ditahan, melainkan meluas. Di Cileungsi, sopir angkot yang melakukan aksi mogok berkumpul di beberapa titik. Antara lain di Desa Limusnunggal, Desa Cileungsi Kidul dan Desa Cileungsi, Kota Cileungsi. Mereka terang-terangan melakukan aksi sweeping pada pengemudi ojek online yang melintas.
Untuk mengantisipasi hal tersebut sejumlah anggota Polri, TNI dan Satpol PP di Cileungsi bersiaga. Terutama di titik-titik yang dipakai berhenti para sopir angkot.
Kapolsek Cileungsi Kompol Jaka Mulyana mengatakan, aksi sweeping terjadi di Flyover Cileungsi. Saat itu pengemudi ojek online diminta membuka jaket untuk dicek ponselnya.
“Ya, memang ada yang diberhentikan saja. Pengemudi motor disuruh membuka jaket dan hp yang ada untuk dicek apakah dia pengemudi online. Tapi tidak berlangsung lama karena yang diberhentikan bukan pengemudi online. Dari siang mereka melakukannya,” ucap dia.
Atas kejadian itu, Jaka juga mengingatkan para sopir angkot tak melakukan sweeping dan tindak kekerasan. Karena jika diketahui ada hal seperti itu, pihaknya akan bertindak tegas. “Tentunya para sopir angkot jika melakukan unjuk rasa dipersilakan, asal sesuai aturan. Tapi kalau ada sweeping atau kekerasan akan kita tindak, baik itu sopir angkot maupun pengemudi online,” ingatnya.
Sementara itu, di tengah aksi sweeping yang meluas juga beredar video penganiayaan pengemudi ojek online. Lelaki yang bertelanjang dada itu dibiarkan telungkup tanpa baju. Sedangkan di sekelilingnya ada sejumlah orang yang sengaja menendang hingga menyundutkan puntung rokok.
Belum diketahui di mana lokasi video ini diambil. Namun, berdasarkan informasi yang tersebar di media sosial, pengemudi ojek online itu tinggal di Bogor. Bahkan, ada yang menyebut jika video itu diambil di belakang mal Perumahan Metland, Cileungsi.
Dikonfirmasi hal ini, Jaka mengaku belum mendapat laporan. “Belum ada laporan,” singkat jawab Jaka.
Terpisah, Kapolres Bogor AKBP AM Dicky mengaku siap menindak tegas oknum yang melakukan tindak anarkis pada gesekan yang terjadi antara angkutan konvensional dengan transportasi online.
“Silakan menyampaikan aspirasinya, tapi jangan ada sweeping-sweeping. Itu sama saja memaksakan kehendak. Apabila terjadi kita tidak segan-segan untuk menangkap oknum tersebut” kata Dicky.
Menurut Dicky, berita yang berkembang di media sosial tentang adanya kericuhan di lapangan yang terjadi antara pengemudi angkutan transportasi konvensional dengan pengemudi angkutan transportasi online di wilayah Kabupaten Bogor merupakan berita hoax. Hal tersebut dikarenakan kericuhan yang terjadi berlokasi di wilayah hukum Kota Bogor.
“Saya dan jajaran hingga hari ini terus memantau kondisi di lapangan, tidak ada kericuhan di wilayah hukum Polres Bogor. Yang sebenarnya terjadi adalah pemberhentian angkutan umum Kabupaten Bogor di wilayah perbatasan oleh beberapa driver yang sedang demo agar tidak melintasi wilayah Kota Bogor. Tidak ada kekerasan seperti yang beredar di media sosial. Saya juga pastikan bahwa angkutan konvensional di Kabupaten Bogor tetap beroperasi seperti biasa, tidak ada yang mogok massal,” tandasnya.
(rez/c/feb/dit)
SUMBER : Harian Metropolitan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H