Sehingga, stok gas tersebut kerap habis dalam jangka waktu yang tidak lama.
“Sekarang stok gas lagi kosong, soalnya biasanya kalau datang kiriman gas langsung habis, mungkin memang di mana-mana lagi susah. Kita baru ada stok lagi paling besok,” ujar seorang pegawai Ade Firmandi (46).
Ketua Hiswana Migas DPC Bogor Bahriun membenarkan soal kelangkaan gas melon. Ini terjadi karena besarnya permintaan terhadap gas tersebut. “Hampir di seluruh pelosok ya langkanya. Karena kebutuhannya juga meningkat,” kata Bahriun.
Disinggung soal upaya penambahan pasokan gas, ia mengaku belum bisa memutuskan. Karena harus dibicarakan dengan PT Pertamina. “Khusus yang tiga kilo itu kan pengirimannya dibatasi kuota daerah. Jadi untuk penambahan harus dikoordinasikan dengan pihak Pertamina,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Bogor Mangahit Sinaga mengatakan, adanya kelangkaan gas melon wajar terjadi. Karena, sejak akhir Agustus pemerintah sudah bersiap-siap mengurangi pasokan gas melon yang hanya diperuntukkan warga miskin.
“Bukan langka, tapi memang ada pengurangan tiap tiga bulan sekali sekitar 5 persen,” kata Mangait.
Ia menyebut saat ini pasokan gas untuk wilayah Kota Bogor sejumlah 600 ribu. Jumlah itu lebih sedikit dari pasokan gas melon untuk wilayah Kabupaten Bogor.
“Tiap bulan, kuota untuk Kota Bogor 25 persen dari kuota Kabupaten Bogor. Jadi kita dapatnya cuma 600 ribu tabung,” sebutnya.
Jika dihitung-hitung, dengan pengurangan lima persen dari kuota, maka ada 550 ribu tabung yang berkurang dalam kurun waktu tiga bulan. Sementara di Kabupaten Bogor kuotanya mencapai 1,8 juta tabung per bulan. Sedangkan bila dijumlahkan untuk Kota/Kabupaten Bogor setiap bulannya pengurangan tabung gas tiga kg mencapai 120 ribu tabung. “Sekarang sudah waktunya masyarakat beralih ke gas 5,5 kilo. Makanya sekarang kita awasi betul-betul penggunaan gas tiga kilo,” tandasnya.
(rez/c/feb/dit)
SUMBER : HarianMetropolitan