Ia menuturkan sebuah kisah yang sangat mengharukan adalah, saat hendak mendaftarkan diri ke IAIN Ternate, sang ayahnya terlebih dulu berpulang. Walaupun hanya menyisakan sang ibu sebagai penyemangat, namun asa menempuh pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tak pernah pupus.
Kondisi inilah, yang ikut mendewasakan ia tak kala berada di IAIN Ternate. Ia mengatakan walaupun menjalani perkuliahan di IAIN Ternate dan mendapat beasiswa kartu Indonesia pintar-kuliah (KIP-K).
Namun, ia tak bergantung sepenuhnya pada beasiswa, untuk itu ia tetap memanfaatkan waktu untuk mengais rezeki sebagai tambahan ongkos hidup selama menempuh pendidikan di IAIN Ternate.
"Kakak saya sangat men-support agar saya meraih gelar sarjana, sehingga ia membeli sebuah kulkas mini hemat Listrik dan menaruh di kamar saya, tujuannya agar saya manfaatkan kulkas tersebut untuk berjualan air es isi ulang kepada sesama penghuni kontrakan," katanya, Jumat (26/4/2024).
Menurut dia, bukan hanya jualan air es isi ulang, melainkan ia juga menjual beragam cemilan dan supermi serta telur.
Dengan berjualan, ia tidak lagi bergantung pada sang ibu, terlebih ia terbantukkan dengan beasiswa KIP-K.
"Saya bersyukur dan bangga, lantaran saya mendapat beasiswa KIP-K, sehingga dapat mengurangi beban ibu, walaupun kerap kakak memberi uang untuk keperluan makan dan minum, tapi dengan beasiswa saya dapat membayar uang kontrakan, sehingga tidak lagi mengharapkan kepada ibu." Ujarnya.
Sadar bahwa jika tidak giat belajar, praktis sewaktu-waktu beasiswanya akan berpinda ke orang lain, apabila IPK-nya menurun. Maka, ia pun terdorong untuk giat belajar, hingga dinilai sebagai mahasiswi berprestasi pada tadris Biologi dan lulus seleksi menjadi asisten dosen.
Kini, alumni SMAN 1 Pulau Morotai ini, mengukir prestasi akademik sebagai salah satu mahasiswi yang menuntaskan pendidikan dengan hanya membutuhkan waktu 3,7 tahun.