Pantai Toronipa, seperti dituturkan salah seorang warga yang ditemui, mengatakan pantai yang panjangnya kurang lebih 4 kilometer tersebut memiliki sejarah yang dikaitkan dengan warga suku Bugis, Sulawesi Selatan.
Walaupun tidak dapat menjelaskan secara detail soal sejarah pantai yang menjadi tujuan warga pada akhir pekan tersebut. Namun, katanya nama Toronipa berasal dari bahasa Bugis yakni Toro Nipa, kata Toro Nipa yang memiliki arti Pohon Nipah yang turun.
Setelah menyaksikan panorama pantai Toronipa, saya dan teman lainnya diminta menuju ke Gazebo untuk menikmati makanan siang. Kebetulan tema-nya adalah refresing di pantai. Sehingga, panitia memanjakan kami dengan menu spesial yang merupakan ciri khas masyarakat Sulawesi Tenggara, yakni ikan bakar segar.
Kata salah seorang panitia, ikan bakar segar ini selain dapat dinikmati di pantai Toronipa, pada sejumlah warung makan yang berada di pesisir pantai kota Kendari pun sama, menyajikan menu ikan bakar. Bahkan, lebih lengkap jika harus berkunjung ke rumah makan kampung bakau Kendari.
Walaupun begitu, sejumlah warung makan yang berada di pantai Toronipa pun menawarkan menu makanan khas pantai seperti sate kerang, ikan bakar, goreng, dan ada cukup spesial yakni disajikan dengan kuah.
Menu-menu yang disajikan inilah, yang membuat para pengunung di pantai Toronipa sangat betah berada di pantai hingga sore hari, terlebih keberadaan fasilitas yang ada di pantai membuat mereka merasa nyaman sepanjang menikmati waktu liburan di pantai.
Sekitar tiga jam kami berada di pantai Toronipa, menyaksikan pesona pantai, dengan kondisi laut yang tenang, terlebih hamparan pasir putih yang memanjakan  mata, serta angin pantai yang sepoi. Memberi kesan yang cukup kuat tentang keindahan pantai Toronipa.
Walupun ingin berlama-lama di pantai, namun berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan pihak panitia, akhirnya kami diminta kembali ke hotel untuk melangsungkan kegiatan yang telah terjadwal pihak panitia.
Walaupun tidak berlangsung lama di pantai Toronipa, Kabupaten Konawe, namun berdasarkan amatan-amatan saya di pantai cukup menghadirkan kepuasan tersendiri sebagai orang yang baru pertama kali berkunjung ke kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Sebab, di kota Kendari, terdapat banyak sekali objek wisata yang dijadikan spot foto landscape. Untuk itu, jika nanti ditugaskan kembali mengikuti kegiatan di kota Kendari, saya akan memboyong kamera, tripod, filter dan fasilitas lainya untuk melangsungkan hunting foto di kota Kendari. Karena, selain memotret sunset, keberadaan jembatan Kuning Bungkutoko sangat representatif untuk memotret sunrise. Maupun berburu foto human interest (HI) di kampung Bajo, semoga ada waktu untuk kembali lagi ke kota Kendari. Semoga!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H