Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cerita Berkunjung ke "Bumi Anoa" Sulawesi Tenggara (Bagian 1)

26 Februari 2023   01:02 Diperbarui: 26 Februari 2023   01:20 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis (23/2/2023) pagi, suasana kampus IAIN Ternate seperti biasanya -- ramai, terlebih di gedung rektorat. Di tengah kesibukan, saya mendapat perintah harus menyusul salah seorang pimpinan ke kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Untuk mengikuti kegiatan koordinasi Humas Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Se-Indonesia Timur.

Sesaat setelah mendapat perintah tersebut, sekelebat wajah putri saya menghiasi pikiran. Sebab, hal pertama yang terlintas dalam benak adalah siapa yang bakal menjemput si cerewet, sapaan akrab putri saya. 

Sebab, menjadi anak tunggal dalam keluarga, sehingga perhatian ekstra tercurahkan untuknya; mulai dari perhatian di rumah, hingga mengantar dan menjemputnya di sekolah, maupun di lembaga kursus Bahasa Inggris.

Karena kegiatan yang berlangsung di kota Kendari, sangat penting terlebih mendapat perintah atasan, maka tidak ada dalih untuk menolak -- harus terima dan jalankan. 

Sejurus kemudian, saya meraih telepon genggam dan mengirimi pesan via WhatsApp kepada adik ipar, untuk memintanya membantu mengantar dan jemput si cerewet di sekolah dan Lembaga kursus.  

Urusan tentang si cerewet tuntas! Hal berikutnya adalah memesan tiket dan menyiapkan data untuk keperluan kegiatan di kota Kendari. Setali tiga uang mengurusi si cerewet, dalam sekejab pimpinan merespon dengan membantu menyiapkan segala administrasi. Tuntas!

Namun tiba-tiba, mendadak mendapat informasi soal tiket pesawat telah habis terjual, kondisi ini membuat saya tersentak. Sebab, apalah gunanya bila administrasi kegiatan telah rampung, namun tidak kantongi tiket, maka pasti gagal berangkat. Maka, saya mencoba mengabari seorang kawan di salah satu travel. 

Pagi itu, dia menyarankan sebaiknya saya harus stand by di Bandara Babullah tepat pada pukul 13.00 wit, untuk menjaga kemungkinan bila ada seat yang lowong, apabila ada yang gagal berangkat.

Sehingga, tanpa berpikir panjang, saya pun menyanggupi permintaannya. Dan, melarikan motor menuju  rumah, untuk menyiapkan pakaian untuk mengikuti kegiatan di kota Kendari. 

Dengan cekatan, saya meraih dua buah sepatu, dan lima lembar pakain, kemudian menaruh dalam tas pakian dan bersiap untuk bergegas menuju bandara Babullah.

Karena "perintah" sang kawan di travel terus berkecamuk dalam pikiran, maka saat hendak melangkah melewati ambang pintu, bayangan gagal berangkat terus menghantui pikiran, jika tidak mendapat tiket. 

Maka, tak berpikir panjang, sekali menoleh menatap wajah mantan pacar (istri), sambil melempar senyum, lalu memanggil adik ipar, untuk sama-sama ke bandara. Dan, tidak ada pilihan lain, selain harus memacu kendaraan agar cepat mencapai bandara.

Saat mencapai areal bandara, tepatnya di gerbang utama, meraih dompet di dalam tas ransel, namun rupanya saya lupa membawa kartu uang elektronik yang digunakan untuk masuk akses bandara. 

Maka, disarankan petugas loket untuk membeli kartu baru, dan tanpa berpikir panjang, saya harus merogok kocek dan dapatkan kartu elektronik, agar cepat ke terminal bandara.

Berada di terminal bandara Babullah, dengan cekatan saya menghampiri kantor salah satu maskapai penerbangan. Dan, alhamdulillah, rupanya nasib baik memihak, ada seat yang lowong. 

Namun, menurut petugas pada maskapai tersebut, bahwa tiket yang tersedia hanya sampai di Makassar, jika ingin melanjutkan penerbangan ke kota Kendari, maka harus membeli tiket pada maskapai lain.

Sontak, saya merasa panik "takut" tidak mendapat tiket ke Kendari. Untuk itu, saya harus kembali mengabari seoarang kawan di travel untuk membantu menyiapkan tiket penerbangan ke Kendari. 

Dan, tak berlangsung lama, informasi perihal tiket pun telah diatasi sang kawan, maka tak lama kemudian tiket tersebut dikirimi via percakapan pribadi WhatsApp. Tuntas!!!

Berada di Ruang Tunggu Keberangkatan

Sambil menunggu kedatangan pesawat, satu hal yang terlintas dalam benak adalah Ketika berada di kota Kendari, jika seusai kegiatan, saya bakal mengunjungi destinasi wisata unggulan di sana (Kendari).

Karena, waktu yang tercantum pada boarding pass yakni check ini tepat pukul 15.45 wit,  maka dalam benak saya, pesawat bakal tiba di bandara Hasanuddin Makassar tepat waktu, dan melanjutkan penerbangan ke kota Kendari .

Namun, tak dinyana, informasi yang disampaikan petugas bandara Babullah, soal jadwal keberangkatan yang semula diperkirakan pada pukul 16 tepat,  digeser ke pukul 17 lebih, karena persoalan teknis.

Informasi tersebut membuat saya tersentak kaget, lantaran tiket keberangkatan  ke kota Kendari telah dikantongi, apabila terlambat tiba di bandara Hasanuddin, praktis gagal berangkat ke Kendari.

Sehingga, saya harus kembali mengabari sang kawan di travel, untuk membatalkan tiket penerbangan petang menuju ke Kendari, dan menggantikan dengan penerbangan pagi hari.

Setelah menunggu, pesawat pun tiba, dan kami diminta para petugas untuk segera melakukan boarding, dan menaiki pesawat. Sore itu, matahari mulai meredupkan sinarnya, geliat di landasan pacu pun mulai menuju sepi, lantaran pesawat yang kami tumpangi merupakan pesawat  yang melayani penerbangan terakhir  di bandara Babullah Ternate, pada Kamis (23/2/2023).

Menempati posisi tengah, tepatnya kursi paling pinggir, sambil menatap ke arah depan, sesekali saya mendongak keluar, menatap langit Ternate yang mulai perlahan-lahan siaga menerima semburat jingga.

Karena lupa membawa headset, maka sambil menunggu pilot menerbangkan burung besi, seusai mengecangkan sabuk pengaman, saya menyadandarkan punggung di kursi dan meraih buku untuk membaca.

Pramugari mulai melontar arahan, memeragakan cara memakai sabuk pengaman, cara membuka pintu darurat, hingga penggunaan masker saat kondisi darurat dan memakai  pelambung.  Roda pesawat mulai bergulir melintasi landasan pacu, untuk siap take off.

Pesawat perlahan-lahan menuju ketinggian, para penumpang yang sedari dari duduk menanti pesawat di ruang tunggu keberangkatan. Kini, mulai menyandarkan punggung di kursi pesawat. 

Ada yang asyik menikmati penerbangan ke Makassar dengan headset di telinga menikmati alunan musik. Sementara yang lainnya, terlihat menyandarkan pungung di kursi dengan mata terpejam.

Dengan buku Novel di tangan, saya tetap terkonsentrasi melahap cerita pada setiap halaman, sambil mencuil-cuil roti berisi coklat yang diletakan di meja depan kursi. Setidaknya hal ini dilakukan untuk mengganjal perut, agar kondisi tubuh tetap stabil.

Namun, begitu usai menikmati roti dan air mineral, rasa kantuk mulai menyergap, membuat saya memutuskan meletakan buku di dalam tas ransel yang tergeletak di bawah kursi penumpang yang berada di depan saya. (Bersambung).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun