Selain itu, keakraban yang dibangun di perpustakaan membuat kami bekerja tanpa beban -- enjoy. Pengalaman-pengalaman yang didapatkan teman-teman pustakawan dan mereka kerap berbagi, membuat saya meneguhkan cinta pada perpustakaan.
Untuk itu, kerap kami berdiskusi soal melaksanakan kegiatan literasi, guna membangkitkan semangat membaca mahasiswa, siswa SMP, SMU dan masyarakat umum di kota Ternate, Maluku Utara. Karena, pada prinspinya kami berkeyakinan pustakawan dan pengelola perpustakaan harus terus menerus menebar virus literasi, agar generasi muda selalu cinta dengan buku.
Hal ini seperti kegiatan yang kami laksanakan pada 2020 lalu, melibatkan siswa SMA Se-kota Ternate. Karena pada hakikatnya, tugas pokok dan fungsi perpustakaan adalah membudayakan minat baca masyarakat. Sehingga, impian terbesar kami adalah selalu tampil sebagai garda terdepan dalam mengedukasi para siswa, agar mereka pun berperan dalam menumbuhkan minat baca di tengah-tengah masyarakat.
Karena belajar bersama, maka dalam tiga tahun belakangan, menurut saya banyak hal-hal positif yang saya potret. Dan membuat saya semakin jatuh cinta pada dunia literasi dan perpustakaan. Terlebih, ide-ide brilian yang digulirkan kepala perpustakaan pusat IAIN Ternate, Nuaren Ahmad, S.Ag, S.IP, M.Si dan dua teman pustakawan, Isji Hardi, A.Md, S.Sos dan Sudian Hadi, S.Sos, memberi kesan positif bahwa jika ingin anak-anak jatuh cinta dengan buku, maka harus mulai lah dari lingkungan keluarga, agar kelak virus gemar membaca dari anak-anak bisa menjangkiti orang lain, sehingga mereka pun gemar membaca.
Dari belajar bersama, dan kerap bertukar pendapat di perpustakaan. Memunculkan satu ide yang tertancap kuat dalam ingatan saya, bahwa untuk menumbuhkan minat baca masyarakat, maka terobosan penting yang harus dilakukan adalah sedekah (hibah) buku, kepada kelompok literasi. Sebab, selain ikut menumbuhkan minat baca, di sisi lain, buku yang kita hibahkan adalah sebagai amal zariyah untuk kita.
Sebab, persoalan semacam ini kurang mendapatkan perhatian. Bayangkan, jika setiap pegawai menghibahkan sedikitnya 5 (lima) buku pada kelompok literasi, maka dapat dipastikan berapa ratus buku yang dikantongi kelompok literasi pada satu desa atau kelurahan. Begitu pun hal yang sama dilakukan pada kelompok literasi di desa lainnya.
Untuk itu, jika hal semacam ini menjadi perhatian, maka minat baca pasti tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat, dan berdampak positif pada generasi penerus bangsa. Selain itu, setidaknya hal ini ikut mensukseskan program pemerintah yakni Gerakan Literasi Nasional (GKN). Dan tentunya, jika minat baca masyarakat tumbuh dengan baik, praktis mengikis hoaks dan hal-hal negatif yang tersebar di dunia digital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H