Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menanti Laga Sarat Gengsi Iran Vs Amerika Serikat di Partai Pamungkas Grup B

29 November 2022   15:17 Diperbarui: 29 November 2022   15:33 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter Iran dan Amerika Serikat di Piala Dunia 1998 Foto: Patrick Kovarik/AFP/Getty Images/Kompas.com

Babak penyisihan grup piala dunia 2022 kini mulai memasuki fase terakhir. Dan, pada pertandingan pamungkas di masing-masing grup, tentu mendapat sorotan dari para penggemar, salah satunya adalah laga Iran kontra Amerika Serikat pada Rabu, (30/11/2022).

Pertandingan yang dijadwalkan akan berlangsung di stadion Al Thumama, Doha, dan dipimpin wasit asal Spanyol, Antonio Mateu Lahoz, itu dinilai bakal menghadirkan euforia level tinggi bagi penggemar kedua tim.

Pasalnya, pertandingan Iran melawan Amerika Serikat, bukan hanya soal persaingan merebut tiket lolos ke babak Knock Out. Tapi, lebih dari itu adalah soal gengsi dan harga diri.

Jika merujuk pada rekor pertemuan antara kedua negara, memang Iran lebih diunggulkan, dari dua kali pertemuan; yakni pada turnamen piala dunia 1998 di Perancis dan laga persahabatan di Amerika pada tahun 2000.

Dari dua pertemuan Iran-Amerika di atas lapangan hijau tersebut, Iran berhasil mengalahkan Amerika pada gelaran piala dunia 1998 dengan skor 1-2, dan menahan imbang Amerika 1-1, saat menjalani laga persahabatan di Amerika Serikat pada tahun 2000 silam.

Untuk itu, pada pertandingan pamungkas grup B nanti, kedua tim kembali berduel untuk mengukuhkan siapa yang lebih layak melenggang ke tahap selanjutnya, menemani Inggris.

Pada pertandingan perdana grup B, kedua tim memang meraih hasil tak memuaskan. Sebab, Amerika Serikat harus berbagi angka dengan Wales (1-1). Sementara Iran secara mengejutkan dipermak Inggris dengan skor mencolok yakni 6-2.

Walaupun anak asuh Carlos Queiroz tampil mengecewakan di laga perdana. Namun, di matchday kedua, mereka berhasil pecundangi Wales 2 gol tanpa balas. Sehingga, raihan tiga poin tersebut mengangtarkan mereka bertengger di posisi kedua grup B.

Sedangkan Amerika Serikat, di pertandingan perdana meraih hasil seri. Dan laga kedua yang mereka mainkan pada Sabtu 26 November 2022 lalu, pun mendapat hasil yang sama. Sehingga, dengan raihan 2 poin, membuat mereka puas berada di posisi ketiga klasemen grup B.

Raihan poin tersebut, membuat langkah mereka untuk lolos ke fase Knock Out harus ditentukan pada partai pamungkas. Dan, laga yang dijadwalkan berlangsung pada Rabu (30/11/2022) nanti disinyalir bakal menghadirkan atmosfer yang berbeda, serta mendapat sorotan.

Mengapa pertemuan kedua tim memantik para penggemar bola? Yang pasti duel di lapangan antara Iran vs Amerika, tidak seperti Argentina kontra Brasil,yang dinilai sebagai musuh bebuyutan. Melainkan, pertandingan Iran menghadapi Amerika merupakan partai biasa yang dibumbui perseteruan politik antara kedua negara.

Iran dan Amerika Serikat, sebenarnya menjalin hubungan baik, sepanjang pemerintahan Mohammed Reza Shah Pahlavi. Kala itu, kemesraan Iran-Amerika Serikat sangat terjaga dan berlangsung secara baik. Bahkan, saat dikukuhkan sebagai Kaisar Iran, Shah dinilai lebih tunduk terhadap Amerika.

Hal inilah memicu protes dari publik Iran kala itu,terlebih pada 1970-an kerap kali terjadi penindasan oleh rezeim Pahlavi terhadap masyarakat Iran, lantaran dipicu dari protes yang dilancarkan masyarakat atas akses sosial ekonomi yang dinilai hanya menguntungkan kelas tertentu, dan mengabaikan yang lainnya.

Ketidakadilan yang terjadi di tengah masyarakat, memantik sikap Ayatullah Ruhullah Khomeini, menyeru untuk menggulingkan Pahlavi dari kursi raja (kaisar), pada februari 1979.

Kejatuhan Pahlavi berdampak pada hubungan diplomatis antara Iran-Amerika. Terlebih, saat Iran menasionalisasi sejumlah asset milik Amerika Serikat pasca revolusi 1979. Berawal dari kejadian bersejarah tersebut, hingga kini kedua negara sulit untuk membangun hubungan baik.

Walaupun hubungan Iran-Amerika sempat membaik pada saat Amerika dipimpin Ronald Reagen, namun skandal Iranian Gate mencuat, disertai dendam atas revolusi 1979 membuat kedua negara tidak akur dalam hubungan diplomasi.

Pada masa kepemimpinan presiden Mahmoud Ahmadinejad sejak 2005 sampai 2013, pun diwarnai ketidakharmonis hubungan Iran -- Amerika. Sebab, Ahmadinejad, kerap melontarkan kritik tajam kepada Amerika, yang dinilai pro terhadap Israel atas serangan militernya pada Palestina.

Bahkan, dengan tegas Ahmadinejad mengatakan Amerika sebagai "preman" yang tak butuh waktu lama akan tumbang dengan sendirinya, layaknya air mancur. Selain itu, Ahmadinejad juga berseru agar orang sedunia bersatu-padu menggulingkan rezim zionis di Tel Aviv, Israel.

Kecaman seperti ini disampaikan Ahmadinejad hingga kembali dilakukan kepemimpinan Iran saat ini. Hal ini dilakukan, karena dendam lama antara kedua negara pada saat sebelum dan pasca revolusi 1979.

Perseteruan Iran-Amerika mulai dari 1979 sampai saat ini memang dinilai sulit untuk akur, terlebih pada 2020 lalu Mayor Jenderal Qasem Soleimani meninggal, diduga dibunuh Amerika dengan memanfaatkan pesawat tanpa awak, atas perintah Donald Trump.

Dengan kematian sang Jederal, tentu memantik reaksi dari rakyat Iran dan membuat mereka terus melancarkan sentimen negatif terhadap Amerika. Terlebih, pada Senin (3/1/2022) lalu, saat memperingati kematian sang Jenderal Qassem, Presiden Iran, Ebrahim Raisi menuntut mantan Presiden Amerika, Donald Trump harus diadili lantaran berada di balik skenario pembunuhan Qassem Soleimani.

"Jika Trump dan mantan menteri luar negeri Mike Pompeo tidak diadili di pangadilan yang adil, atas tindak pidana pembunuhan Jenderal Soleimani, umat Islam akan membalas dendam martir kami," Kata Ebrahim Raisi dalam pidatonya, yang disitir CNBC Indonesia dari AFP, Selasa (4/1/2022).

Sebelum ancaman yang dilancarkan Ebrahim Raisi, mantan presiden Iran, Hassan Rouhani pun melakukan hal yang sama. Namun, bukannya Amerika gentar, melainkan mereka melancarkan embargo terhadap Iran, dan embargo tersebut menyasar Industri Baja Teheran.

Ketegangan hubungan Iran-Amerika Serikat soal politik Internasional yang selalu menyita perhatian dunia. Di khawatirkan bakal berlanjut pada pertandingan antara kedua negara di Qatar. Seperti mengabaikan aspek Fair Play.

Sebab, berlangsungnya gelaran piala dunia di Qatar, Intelijen Israel melancarkan propaganda bahwa Iran kemungkinan menyerang piala dunia Qatar. Klaim ini disampaikan kepala Direktorat Intelijen Militer Pasukan Pertahanan Isarel, Mayor Jenderal Aharon Haliva.

"Saya memberitahu Anda bahwa Iran saat ini sedang mempertimbangkan untuk menyerang Piala Dunia di Qatar," kata Haliva seperti disitir CNN Indonesia dari Arab News, Rabu (23/11) lalu.

Walaupun hingga kini pernyataan dari Haliva tidak terbukti, tapi lontaran tersebut ikut menghadirkan kepanikan bagi setiap tim yang berlaga di Qatar. Pasalnya, selama ini Amerika Serikat dan Israel kerap menudu Iran berada di balik aksi terorisme.

Perseteruan antara Iran dan Amerika, dipastikan berdampak pada pertandingan, yang dijalani kedua tim pada partai pamungkas grup B. Laga yang berlangsung pada Rabu, (30/11), pukul 02.00 WIB itu, bakal dibumbui dengan penampilan impresif kedua tim, untuk mencari kemenangan demi mengunci tiket lolos ke babak knock out.

Walaupun, tensi kedua negara dalam hal politik, ekonomi dan keamanan kerap "memanas". Namun, di nilai tidak memengaruhi pada aksi para pemain di lapangan sepak bola. Hal ini merujuk pada pertemuan mereka pada piala dunia 1998 di Perancis.

Hanya saja, yang nantinya disorot adalah apakah kedua tim saling berjabat tangan saat memulai pertandingan. Sebab, pada piala dunia 1998 Iran tak mau berjabat tangan dengan Amerika, hingga akhirnya terjadi negosiasi dan memutuskan pemain Amerika lah yang memulai berjalan menghampiri pemain Iran dan berjabat tangan.

Hal ini, tentu mengacu pada aturan yang telah ditetapkan FIFA soal Fair Play. Untuk itu, laga antara Amerika Serikat dan Iran, sangat menarik untuk disaksikan, karena dinilai sebagai duel penuh gengsi antara kedua tim. So,akankah anak asuh Gregg Berhalter sukses mengalahkan Iran? Ataukah Iran memperpanjang rekor kemenangan? Well, menarik ditunggu!

Daftar Bacaan:

Muhsin Labib dkk, Ahmadinejad! David di Tengah Angkara Goliath Dunia, (Jakarta: Hikmah Populer, 2007)

Bambang Cipto, Dinamika Politik Iran, Puritanisme Ulama, Proses Demokratisasi dan Fenomena Khatami, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004)

Kompas.com

Cnbcindonesia.com

Bola.com

CNNIndoensia.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun