Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menanti Laga Sarat Gengsi Iran Vs Amerika Serikat di Partai Pamungkas Grup B

29 November 2022   15:17 Diperbarui: 29 November 2022   15:33 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa pertemuan kedua tim memantik para penggemar bola? Yang pasti duel di lapangan antara Iran vs Amerika, tidak seperti Argentina kontra Brasil,yang dinilai sebagai musuh bebuyutan. Melainkan, pertandingan Iran menghadapi Amerika merupakan partai biasa yang dibumbui perseteruan politik antara kedua negara.

Iran dan Amerika Serikat, sebenarnya menjalin hubungan baik, sepanjang pemerintahan Mohammed Reza Shah Pahlavi. Kala itu, kemesraan Iran-Amerika Serikat sangat terjaga dan berlangsung secara baik. Bahkan, saat dikukuhkan sebagai Kaisar Iran, Shah dinilai lebih tunduk terhadap Amerika.

Hal inilah memicu protes dari publik Iran kala itu,terlebih pada 1970-an kerap kali terjadi penindasan oleh rezeim Pahlavi terhadap masyarakat Iran, lantaran dipicu dari protes yang dilancarkan masyarakat atas akses sosial ekonomi yang dinilai hanya menguntungkan kelas tertentu, dan mengabaikan yang lainnya.

Ketidakadilan yang terjadi di tengah masyarakat, memantik sikap Ayatullah Ruhullah Khomeini, menyeru untuk menggulingkan Pahlavi dari kursi raja (kaisar), pada februari 1979.

Kejatuhan Pahlavi berdampak pada hubungan diplomatis antara Iran-Amerika. Terlebih, saat Iran menasionalisasi sejumlah asset milik Amerika Serikat pasca revolusi 1979. Berawal dari kejadian bersejarah tersebut, hingga kini kedua negara sulit untuk membangun hubungan baik.

Walaupun hubungan Iran-Amerika sempat membaik pada saat Amerika dipimpin Ronald Reagen, namun skandal Iranian Gate mencuat, disertai dendam atas revolusi 1979 membuat kedua negara tidak akur dalam hubungan diplomasi.

Pada masa kepemimpinan presiden Mahmoud Ahmadinejad sejak 2005 sampai 2013, pun diwarnai ketidakharmonis hubungan Iran -- Amerika. Sebab, Ahmadinejad, kerap melontarkan kritik tajam kepada Amerika, yang dinilai pro terhadap Israel atas serangan militernya pada Palestina.

Bahkan, dengan tegas Ahmadinejad mengatakan Amerika sebagai "preman" yang tak butuh waktu lama akan tumbang dengan sendirinya, layaknya air mancur. Selain itu, Ahmadinejad juga berseru agar orang sedunia bersatu-padu menggulingkan rezim zionis di Tel Aviv, Israel.

Kecaman seperti ini disampaikan Ahmadinejad hingga kembali dilakukan kepemimpinan Iran saat ini. Hal ini dilakukan, karena dendam lama antara kedua negara pada saat sebelum dan pasca revolusi 1979.

Perseteruan Iran-Amerika mulai dari 1979 sampai saat ini memang dinilai sulit untuk akur, terlebih pada 2020 lalu Mayor Jenderal Qasem Soleimani meninggal, diduga dibunuh Amerika dengan memanfaatkan pesawat tanpa awak, atas perintah Donald Trump.

Dengan kematian sang Jederal, tentu memantik reaksi dari rakyat Iran dan membuat mereka terus melancarkan sentimen negatif terhadap Amerika. Terlebih, pada Senin (3/1/2022) lalu, saat memperingati kematian sang Jenderal Qassem, Presiden Iran, Ebrahim Raisi menuntut mantan Presiden Amerika, Donald Trump harus diadili lantaran berada di balik skenario pembunuhan Qassem Soleimani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun