Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tragedi Kanjuruhan dan PR Buat PSSI

2 Oktober 2022   18:51 Diperbarui: 2 Oktober 2022   18:53 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Memulai tulisan ini, saya mengucapkan turut belasungkawa atas kematian Aremania pada laga derbi Jawa Timur. Semoga kejadian memilukan ini menjadi pelajaran penting bagi kelompok Suporter di klub liga 1 maupun liga 2 dan Liga 3."

Derbi Jawa Timur antara Arema FC kontra Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) di stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, Jawa Timur menghadirkan cerita memilukan bagi dunia sepak bola tanah air. Betapa tidak, laga yang awalnya disaksikan para Suporter dengan ekspresi kegembiraan, saat melihat kedua tim memperagakan permainan meghibur sepanjang jalannya pertandingan itu, berakhir tragis lantaran ulah sebagian suporter seusai pertandingan yang tidak menerima tim kesayangannya kalah, akibat tindakan agresif tersebut berakibat fatal: menelan ratusan korban jiwa dan membuat wajah sepak bola tanah air tercoreng.

Bagi Bonek sebutan bagi pendukung Persebaya Surabaya tentu sangat puas dengan hasil yang diraih tim kesayangannya, karena sebelumnya Leonardo  Silva Lelis dkk menderita tiga kali kekalahan beruntun, yakni dipencundangi Bali United pada pekan ke-8, kemudian dipermak PSM Makassar di pekan ke-9 dan dipermalukan Rans Nusantara di pekan ke-10.

Rentetan hasil minor tersebut memaksa Bonek mengekspresikan kekecewaan pada manajemen Persebaya Surabaya dan membuat presiden klub Azrul Ananda mengundurkan diri sehari setelah kekalahan 1-2 dari Rans Nusantara FC. 

Desakan Bonek setidaknya dapat dipahami, bahwa mereka menuntut Persebaya harus menunjukkan jati dirinya sebagai tim besar pada kasta tertinggi sepak bola tanah air. Buntut dari desakan Bonek agar Persebaya kembali pada performa terbaik, akhirnya berhasil diwujudkan tim kesayangannya pada pekan ke-11 saat bertandang di stadion Kanjuruan Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).

Hasil positif yang didapatkan Persebaya Surabaya pada laga Derbi, ternyata menambah catatan buruk bagi Arema FC. Karena tercatat hingga pekan ke-11 Arema FC selalui menuai hasil buruk, yakni kalah di pekan ke-7 dari Persija Jakarta (0-1), seri kontra Barito Putera (1-1), di pekan ke-8, kemudian dipecundangi Persib Bandung (1-2) pada pekan ke-9, dan dibungkam Persik Kediri (0-1) di pekan ke-10 serta kembali menderita kekalahan dari tim tamu Persebaya Suarabaya di pekan ke-11.

Akibat dari kekalahan pada laga derbi memantik kemarahan Aremania, yang tidak terima klub kebanggaannya kalah dari musuh bebuyutannya, Persebaya Surabaya. Mereka melancarkan aksi protes di dalam lapangan, dan memicu keributan. 

Ekspresi kekecewaan Aremania seusai pertandingan memang dipandang sebagai perilaku buruk yang seharusnya tidak sepatutnya  dilakukan di dalam stadion.

Namun lebih elegan jika menyuarakan di depan presiden klub dan manajemen Arema FC, seperti yang pernah dilakukan Suporter PSS Sleman pada 2021 lalu yang melakukan aksi protes terhadap pihak manajemen PSS, mendesak pemecatan Dejan Antonic dari kursi pelatih, setelah tim kesayangannya kerap menuai hasil buruk pada gelaran liga 1 2021/2022. (baca: Suporter PSS Sleman Demo di Kantor Klub, Minta Dejan Antonic Dilengserkan/Bolatimes.com)

Sebab, perilaku agresif yang dipertontonkan di dalam stadion pasti menghadirkan dampak buruk bagi tim, terlebih suporter yang hadir menyaksikan pertandingan bukan hanya dari kalangan muda yang fanatik terhadap klub, melainkan anak-anak dan kaum wanita juga turut meramaikan stadion dan ingin menikmati sajian menarik dari pertandiangan sepak bola, untuk mengusir penat setelah sepekan menjalani rutinitas.

Walaupun begitu, perilaku agresif dari kelompok suporter liga 1 memang kerap terjadi, dan jika bukan ekspresi kekecewaan ditujukan kepada pemain dan pihak manajemen, pasti dilancarkan pada suporter lawan. 

Dua hal ini, hingga kini tetap menjadi problem bagi sepak bola tanah air. Untuk itu, respon terhadap agresifiitas suporter, setidaknya pihak penyelenggara Liga: PT LIB dan PSSI harus mencari formulasi yang tepat agar kejadian-kejadian memilukan di dalam stadion dapat teratasi, sehingga masa depan  sepak bola Indonesia lebih baik seperti di negara-negara Eropa maupun Amerika Selatan.

 

Sanksi Berat

Tragedi sepak bola bukan hanya terjadi di Indonesia, jauh sebelum sepak bola Indonesia berkembang. Di berbagai negara, kejadian memilukan pada pertandingan sepak bola kerap terjadi. 

Namun, dari peristiwa kekerasan dapat diatasi dengan baik sehingga sepak bola dapat berkembang dengan baik. Seperti yang dilakukan Margareh Teacher, Perdana Menteri Inggris, setelah tragedi Heysel di tahun 1985, ketika suporter Liverpool dengan bringas menyerang suporter Juventus pada laga final piala Champions yang menelan korban jiwa, sedikitnya 39 penonton dari Italia tewas.

Dari tragedi Heysel, Margareh Teacher akhirnya turun tangan memerangi kelompok suporter yang berperilaku agresif. Perhatiannya memberi dampak posiitif  bagi sepak bola Inggris. 

Sebab, sepak bola Inggris yang awalnya dicitrakan buruk, karena ulah dari kelompok suporter mengatasnamakan Hooligan, perlahan-lahan mulai berubah, lantaran peran penting Margareh Teacher.

Nah, untuk sepak bola tanah air, setidaknya PSSI harus mengambil langkah tegas terhadap kelompok suporter yang kerap berperilaku agresif di dalam maupun di luar stadion ketika berlangsungnya sebuah pertandingan. 

Setidaknya harus memberi sanksi tegas kepada klub jika kelompok suporter berulah dan menghadirkan citra buruk terhadap sepak bola tanah air. Seperti sanksi yang dijatuhkan kepada dirigen Aremania, Yuli Sumpil pada gelaran liga 1 2018 lalu, dengan larangan mendatangi stadion di seluruh wilayah Republik Indonesia seumur hidup.

Jadi, sanksi tegas bukan hanya diberikan kepada kelompok suporter, melainkan kepada klub. Seperti menjatuhkan sanksi tegas kepada tim liga 1 yakni degradasi ke liga 2, jika kelompok supporternya kerap melakukan tindakan agresif di dalam lapangan, begitupun juga dengan tim liga 2 dan tim liga 3.

Jika, hal ini mendapat perhatian serius bagi PSSI, maka kelompok suporter yang sering berulah di dalam stadion, pasti berpikir panjang, lantaran sikap agresif mereka dapat berakibat fatal bagi tim kesayangan mereka. 

Sehingga, kejadian seperti yang dilakukan Bonek terhadap Persebaya seusai laga Persebaya kontra Rans Nusantara, pada pekan ke-10, maupun yang terbaru tindakan agresif Aremania di stadion Kanjuruhan Sabtu (1/10/2022) kemarin, pasti tidak terulang kembali.

Pemasangan CCTV di Tribun Penonton dan Di Areal Luar Stadion

Tragedi Kanjuruhan setidaknya menjadi peristiwa memilukan dan bakal kenang sepanjang sejarah persepakbolaan tanah air. Bahkan, dari peristiwa tersebut menghadirkan trauma berkepanjangan bagi para orangtua. Terlebih bagi mereka yang anak-anaknya sangat "gila" terhadap pertandingan sepak bola. 

Sebab, pertandingan sepak bola yang dinilai sebagai tontonan menarik dan menghibur bersama keluarga kala menikmati liburan akhir pekan. Kini, perlahan-lahan menghadirkan aksi anarkisme kelompok suporter yang mengancam keselamatan jiwa para suporter lainnya, maunpun para perangkat pertandingan. .

Tindakan kelompok suporter memang tidak hanya memberi dampak buruk bagi sesama suporter, melainkan wajah sepak bola tanah air. Dari kejadian di Kanjuruhan, sangat berpengaruh terhadap psikologi masyarakat pecinta sepak bola nasional. 

Praktis pilihan sederhana adalah mereka memilih menyaksikan pertandiangan di balik layar Televisi, daripada harus memberi dukungan langsung dari tribun penonton. Jika hal ini dilakukan, nantinya berdampak buruk terhadap klub, lantaran berpengaruh terhadap keuangan klub, karena pemasukan dari tiket penonton sangat berkurang.

Untuk itu, dalam mengatasi persoalan tersebut, pihak pengelola liga: PT LIB dan PSSI harus berpikir keras dalam menghadirkan kenyamanan bagi suporter sepanjang pertandingan. 

Dan langkah yang tepat harus dilakukan adalah harus meniru pihak federasi sepak bola Inggris. Yakni memasang CCTV pada tribun untuk memantau aktifitas suporter. 

Tindakan ini termasuk cukup sukses di Inggris, lantaran pasca tragedi Heysel, seperti dijelaskan Fajar Junaedi (2012:37) pihak FA menerapkan sanksi keras terhadap pelaku  holiganisme dan klub yang menjadi afiliasi fanatisme pelaku, cukup berhasil dan membuat citra sepak bola Inggris kembali positif.

Keberadaan kamera CCTV di tribun stadion setidaknya membuat para suporter berpikir keras untuk melakukan tindakan anarkis. Sebab, tindakannya terpantau CCTV, maka ganjarannya adalah sanksi tegas tidak dapat mengunjungi stadion seumur hidup. Sehingga, sepanjang pertandingan suporter hanya dapat memberi support kepada tim kesayangannya, tanpa harus melakukan hal-hal negattif.

Begitupun juga, di arela stadion, CCTV yang terpasang dapat memonitor aktivitas penonton di luar stadion. Jika terjadi bentrokan, maka pihak penyelenggara pertandingan dengan mudah menangkap para pelaku. Jadi, pemasangan CCTV dinilai efektif untuk meminimalisir tindakan radikal para suporter.

Jika di Inggris, FA sukses memerangi holiganisme dengan memanfaatkan kamera CCTV, maka demi menjaga reputasi sepak bola tanah air di mata dunia. 

Pihak PSSI harus menduplikat gebrakan federasi sepak bola Inggris. Saya cukup yakin, jika pemberlakuan sanksi berat bagi oknum suporter yang berulah di dalam maupun di luar stadion, terlebih memanfaatkan kamera CCTV untuk memantau aktivitas suporter. 

Maka suporter yang hadir di stadion pasti tidak lagi melakukan tindakan-tindakan yang merugikan dirinya maupun tim kesayangannya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun