Dan langkah untuk membentengi anak-anak pada dampak kecanggihan teknologi seperti itu, setidaknya orang tua harus memiliki orientasi yang terukur dan membaca prospek perkembangan dunia pendidikan, sehingga upaya penguatan pendidikan karakter dan disiplin belajar, dapat mengantarkan anak-anak pada hal-hal positif, terlebih mendukung potensi mereka di dunia akademik.
Pintar Bergaul dan Mencintai Ilmu Pengetahuan
Pergaulan saat ini, bukan hanya terjadi pada dunia nyata dalam lingkungan masyarakat. Namun, juga berlangsung pada dunia maya. Tentu setiap orangtua pasti memiliki gambaran secara nyata pada aspek ini. Di rumah, putri kami selain disiplin belajar dan ibadah. Soal pergaulan pun mendapat perhatian. Hal ini bukan berarti membatasi bergaul dengan anak-anak lainnya. Namun, batasan pergaulan sudah ditentukan, yakni bergaul lebih intens hanya pada anak-anak yang memiliki kesamaan karakter, terlebih pada semangat mencintai ilmu pengetahuan.
Sebab, kami menciptakan suasana rumah lebih pada nuansa dunia literasi, sehingga dalam memilih teman-teman bergaul pun sangat selektif. Sebab, anak-anak dengan kesamaan visi menjadikan mereka terus berkembang dan memiliki semangat meraih prestasi. Langkah seperti seperti ini diterapkan, agar tidak terpengaruh dengan pola [pergaulan bebas] dan terjebak pada pengaruh kecanduan teknologi.
Untuk itu, pada beberapa kesempatan, selain mengikuti kegiatan belajar bahasa Inggris, dan belajar menulis, putri kami bersama teman-temannya lebih intens terlibat pada kegiatan-kegiatan bertema sosial -- penggalangan dana. Karena, kegiatan yang demikian, selain menguatkan karakter sosial, aspek ini dinilai memberi nilai positif bagi mereka di masa depan.
Selain itu, satu hal yang kami terapkan sejak dini adalah tidak membeda-bedakan dalam pergaulan, yakni tetap menjunjung nilai toleransi beragama di tengah pergaulan. Sebab, sikap menghargai antarsesama menjadi perhatian dalam pendidikan karekter di rumah. Untuk itu, putri kami tetap enjoy bergaul bersama anak-anak dari beragam latar belakang dan agama.
Hal ini menjadi perhatian, lantaran sebagian besar keluarga dari ibunya beragama Kristen dengan beragam tradisi dan budaya. Sehingga, pola interaksi yang mengedepankan pendekatan humanis jika dibentuk sejak dini, menjadi modal berharga untuknya. Selain itu, impiannya menempuh pendidikan pada salah satu perguruan tinggi ternama di kota Yogyakarta, sehingga pola pergaulan dengan menjunjung nilai-nilai rahmatan lil alamin, setidaknya menjadi acuan dalam menjalani interaksi, sebab yang selalu diingatkan adalah: semuanya manusia pada prinsipnya sama yakni sebagai hamba Allah, hanya warna kulit, bahasa, budaya dan agama lah yang membedakan antara satu dengan yang lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H