Dari karya foto suku Tobelo Dalam (Togutil), ia bilang ke kami kala itu, "kalian anak-anak Maluku Utara, boleh berbangga bahwa di hutan Halmahera Timur dihuni oleh suku terasing.Â
Namun, kalian rugi, jika tidak memotret mereka. Sebab, suatu saat nanti, jika mereka "dipaksa" keluar dan hidup bersama masyarakat di perkampungan, maka kalian hanya mengenang cerita bahwa mereka pernah menetap di hutan.Â
Tapi, kalian rugi karena tidak memiliki galeri yang menceritakan kehidupan mereka di hutan. Sementara saya (fotografer dari luar Malut) mengantongi galeri yang lengkap dan bisa bercerita tentang mereka."
Cerita Ebbie Vebri Adrian akhirnya, membuat saya jadi penasaran ingin memotret suku Tobelo Dalam (Togutil), namun, rasanya sangat sulit, walaupun pada 2016 silam, sempat ke Dodaga Halmahera Timur, bersama teman-teman dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) untuk kegiatan bantuan sosial, namun hanya sebatas memotret mereka yang telah memutuskan hidup berbaur dengan masyarakat.Â
Sementara, untuk memotret mereka di dalam hutan, hingga saat ini, belum pernah terwujud. Entah, mungkin suatu saat nanti ada kesempatan untuk memotret mereka di dalam hutan, ataukah selamanya tidak terwujud keinginan tersebut.Â
Hingga yang dikatakan Ebbie Vebri Adrian tadi terbukti, anak-anak Malut hanya mengenang cerita Suku Tobelo Dalam (Togutil) dari mulut ke mulut, tanpa saksikan langsung aktivitas mereka di tengah-tengah hutan.Â
Walaupun, belum sempat memotret Suku Tobelo Dalam (Togutil), namun ribuan galeri yang saya hasilkan selama sepuluh tahun geluti dunia fotografi, telah disortir, dan disimpan rapih pada komputer untuk dibuat buku fotografi yang menandai 10 tahun perjalanan saya di dunia fotografi.Â
Sebenarnya, rencana buku fotografi yang saya susun diterbitkan pada 2020 lalu, namun terbentur dengan masalah financial, lantaran masih tetap fokus menyelesaikan studi S-2. Hingga, berkali-kali ditanyakan beberapa teman, perihal kapan diterbitkan.Â
Dan, kebetulan, 30 Juni lalu, telah resmi menyelesaikan studi S-2. Sehingga, saya bertekad mencari recehan (Rp) untuk berupaya menerbitkan buku fotografi yang saya garap. Walaupun, tidak meng-cover galeri pada beberapa kabupaten/kota. Namun, total 560 foto yang dipilih, sebagai representasi karya terbaik saya selama 10 tahun berkarya di dunia fotografi.Â
Jadi, walaupun belakang ini, mulai jatuh cinta dengan dunia literasi. Namun, kecintaan saya kepada dunia fotografi takan pernah pudar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H