Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenang Mendiang Abdul Haris Tahisa, Dikenal Pintar Berpantun dan Suka Menolong

31 Agustus 2022   10:07 Diperbarui: 31 Agustus 2022   10:09 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haris, lengkapnya Abdul Haris Tahisa, teman-teman mahasiswa memanggilnya Haris, namun sebagian lebih familiar memanggilnya Haris pantun. 

Ia memang cukup dikenal di kampus, dan bukan hanya bagi mahasiswa seangkatannya, namun berlaku untuk semua mahasiswa IAIN Ternate, begitu pun dosen dan tenaga administrasi, bahkan security. 

Haris meraih ketenarannya di kampus, dengan cara yang cukup simple, namun tidak seperti anak muda kebanyakan, yang dikenal lantaran viral melalui media sosial dengan aksi nyeleneh. 

Sosok anak muda asal Halmahera Barat itu, dikenal banyak orang lantaran memiliki bakat pintar merangkai kata menjadi pantun, sehingga kehadirannya di tengah-tengah mahasiswa, mengingatkan kita pada mendiang pelawak Sapri Pantun, yang kerap muncul di layar kaca pada acara komedi pesbukers. 

Berbeda dengan Sapri, kehadiran Haris di kampus IAIN Ternate dengan seni merangkai kata yang cukup baik, sekaligus membangkitkan romantisme masa lalu bahwa seni berpantun memang cukup digemari generasi X di Moloku Kie Raha. 

Tradisi berpantun, yang kini perlahan-lahan mulai di diselubungi hingar bingar sosial media di generasi milenial dan generasi Z, yang kerap menukar pesan melalui emoji dan bahkan lebih memamerkan foto selfie untuk menegaskan status sosial. 

Sehingga, begitu Haris tampil dengan seni merangkai kata, membuat mahasiswa terkagum-kagum, lantaran orang yang memiliki bakat berpantun di era saat ini, memang terlihat unik dan asing di mata mahasiswa yang dilabeli generasi milenial dan generasi Z. 

Entah siapa, yang pertama kali mengenalkan Haris pada semua mahasiswa IAIN Ternate, sebagai sosok yang memiliki kemampuan berpantun. Tapi, berdasarkan pengamatan saya, mahasiswa yang selalu tampil rapih itu, memang kerap terlihat dikerubungi mahasiswa, dosen dan pegawai administrasi. 

Sebab, setiap hari, ia hadir di kampus mengikuti perkuliahan, sambil menenteng bakul plastik atau kantong kresek yang isinya tak lain adalah keripik Singkong yang telah dibungkus rapih dan ditawarkan kepada mahasiswa IAIN Ternate. 

Haris sepertinya cukup memahami mahasiswa sangat gemari cemilan dengan tekstur renyah, bercitarasa asin dan gurih tersebut. Dan tentunya cemilan rasa pedas manis itu, sangat memanjakan lidah bila dinikmati sambil membaca buku atau berdiskusi di halaman kampus. 

Bahkan, tidak hanya di kampus. Tapi, pada waktu-waktu tertentu, ia datangi setiap sekolah dan menjual keripik ke siswa dan guru. Menjajakan keripik Singkong saat rehat perkuliahan, membuat ia diacungi jempol, bahkan saya sendiri cukup mengaguminya. 

Sebab, pada salah satu kesempatan, kala ia melantas ke perpustakaan menawarkan dagangannya, dan sempat diminta oleh beberapa teman untuk menyampaikan pantun, lalu meruncit keripik yang ia jajakan. Kemudian, saya bilang, Haris merupakan sosok yang tampil beda dari mahasiswa kebanyakan. 

Lantaran tak sedikit pun perasaan malu terlintas di dalam benaknya, bahkan ia membunuh rasa gengsi dan mengekspos mental kerja mahasiswa di tengah himpitan lapangan kerja.

Yang dijalani Haris sama persis dengan Halomoan Siregar, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Mahasiswa asal Medan itu akhirnya meraih sukses sebagai distributor keripik Singkong di sejumlah daerah di Indonesia. 

Berawal dari membantu menjual keripik Singkong milik salah satu pedagang asal Semarang di kampus UIN Sunan Kalijaga, dan setelah resmi menjadi Sarjana, ia membangun bisnis penjualan Keripik singkong dan sukses. 

Tentu yang yang dilakukan Haris, memang sangat menginspirasi mahasiswa, Ia menunjukkan semangat berwirausaha di tengah kecanggihan teknologi informasi, yang kerap dimanfaatkan untuk menjual produk secara online. Haris meyakini semangat menjajakan keripik singkong di kampus sebagai langkah awal menggapai sukses di masa depan. 

Walaupun, saat ini, setiap orang memanfaatkan sejumlah platform media sosial untuk menjual produk. 

Namun, Haris tampil dengan warna yang berbeda, mendatangi setiap mahasiswa, dosen, dan pegawai administrasi untuk menawarkan dagangannya, dan terbukti ampuh trik berdagang dengan pola pendekatan secara langsung kepada buyer tersebut. 

Satu hal yang saya kagumi dari mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) itu, karena ia tampil rapih dan menunjukkan jati diri sebagai mahasiswa IAIN, jika setiap saat dosen kerap bersitegang dengan mahasiswa yang memakai kaos oblong dan sendal jepit, Haris malah menunjukkan cara berpakaian yang baik bagi mahasiswa. 

Dan, bukan hanya dikenal tampil rapih dan menghibur mahasiswa, dosen dan pegawai administrasi di kampus dengan pantun-nya, sosok pemurah senyum itu, juga dikenal memiliki kepribadian yang baik di tengah-tengah masyarakat. 

Menurut penuturan salah satunya teman baiknya, Sudian Hadi, semenjak ia menetap di lingkungan Tafure, Kecamatan Ternate Utara. Sosok berusia 20-an itu gemar membantu orang lain. 

Bahkan, sebuah video berdurasi 14 detik yang dibagikan di sosial media, menjelaskan jelang hari naas merenggut nyawanya, ia terlihat bersama kepala pemuda lingkungan Tafure dan sejumlah warga bekerja membersihkan lokasi rumah milik salah seorang warga. 

Dan bukan hanya itu, Haris juga tampil sebagai guru ngaji di RT 02 RW 01 Kelurahan Tafure, ia diminta warga mengajarkan anak-anak mengaji di beberapa rumah warga. Sehingga, mahasiswa semester 6 itu, memang dikenal berkepribadian baik oleh warga di lingkungan yang ia tinggali, dan tentunya sisi humoris juga tertancap kuat diingatan warga. 

Bahkan, cerita yang tersebar luas di sosial media, jelang kematiannya, ia terlibat bersama warga di lingkungan Tafure menggelar bakti pembangunan pada salah satu musala, lalu bepergian ke pantai dan menghembuskan napas terakhirnya. 

Sekitar pukul 17.00 wit, seusai bakti sosial, Haris memilih pergi ke tepi pantai Tafure, ia menyaksikan hamparan laut yang indah, dan dipagari pulau Halmahera, dalam imajinasi saya, tentu ia ingin menatap pulau Halmahera dari kejauhan, sekaligus membayangkan wajah orang tuanya, keluarganya, dan para kerabat di Halmahera, seakan tatapannya ke pulau Halmahera merupakan tatapan terakhir pada tempat kelahiran, hingga tumbuh besar menjadi anak yang pintar merangkai kata menjadi pantun yang enak didengar. 

Ia mungkin cukup kuat menangkap isyarat dari Sang Khaliq, bahwa pada Senin (16/5) sore, ia akan kembali menghadap Sang Ilahi. 

Tentu kepergiannya membuat keluarganya tersentak, mereka yang setiap saat mengirimkan doa dan berharap agar ia dapat menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar sarjana di IAIN Ternate. Namun, takdir berkata lain, ia dipanggil Sang Khaliq. 

Jika kematian bisa diprediksi, mungkin ia ingin kembali berada di tengah-tengah keluarga, dan merasakan belain kasih sayang ibunya, lalu pergi menghadap sang Khaliq. Namun, kematian adalah kuasa Ilahi yang tak satupun hamba-Nya mengetahui. 

Dan tentu, kematian itu pasti, hanya caranya yang berbeda-beda bagi setiap orang. Namun, kepergian Haris menghadap Sang Khaliq meninggalkan kesan yang teramat baik bagi keluarganya, serta kampusnya, bahwa ia merupakan mahasiswa yang dikenal berkepribadian baik; suka menolong, dan kiprahnya sebagai guru ngaji mencerminkan jati diri sebagai mahasiswa IAIN. 

Semoga Allah Swt mengampuni segala dosanya dan menerima amal baiknya, dan menempatkan ia di sisi-Nya. (*) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun