Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dunia, Ilmu Pengetahuan dan Akhirat

10 Mei 2022   09:18 Diperbarui: 10 Mei 2022   09:32 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar by takrimulquran.org

Belakangan ini, dakwah yang disampaikan sejumlah ustadz terkadang lebih mementingkan kehidupan di akhirat daripada dunia

Mereka mengganggap kehidupan di dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Untuk itu, berkali-kali mereka mengingatkan bahwa harta dan anak-anak kerap membuat orang lupa kepada Tuhan. 

Padahal sesungguhnya, harta dapat dipergunakan sebaik mungkin untuk ibadah sosial, maka sangat bermanfaat dan begitu pun juga anak-anak yang dibekali ilmu pengetahuan juga mempermudah langkah orangtua di akhirat. 

Doktrin bahwa kehidupan di dunia tidak lah penting, membuat orang-orang yang terhimpun dalam organisasi keagamaan tertentu lebih mementingkan ibadah ritual daripada ibadah sosial dan kemasyarakatan. 

Memang benar, persepsi mereka tentang dunia sebagaimana Allah Swt tegaskan dalam QS Ali Imran :185 maupun dalam surat At-Tawbah ayat 85, dan juga di surat Fathir ayat 5.

Ketiga ayat tersebut Allah ingatkan kepada manusia jangan sampai menjalani kehidupan dunia dan lupa pada akhirat. Tapi, bukan berarti bahwa untuk mengejar akhirat dan mengabaikan dunia. keliru. 

Sehingga, terkadang kita menyaksikan orang-orang yang memiliki target utama meraih kesenangan di akhirat, lalu berusaha hanya berebut akhirat. Buntutnya, seperti tindakan radikal: bom bunuh diri demi sorga dan bidadari. 

Kesalahan memahami kehidupan dunia dan akhirat inilah dikritik Abdillah Toha dalam bukunya "Buat Apa Beragama? Renungan Memaknai Religiusitas di Tengah Kemordenan" ia mengatakan soal kesejahteraan ekonomi, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kekuatan militer, kreativitas, keindahan seni dan budaya maupun sejenisnya tidak lah menjadi fokus utama bagi orang-orang yang lebih berorientasi akhirat. 

Merujuk pada penegasan di atas, maka benar juga, kata Ade Armando, kita umat Islam mengalami kemunduran dalam dunia pendidikan dan ekonomi lantaran doktrin kehidupan di akhirat begitu kuat tertancap dalam hati. 

Kata Ade Armando bisa dibaca pada mundurnya kekuasaan politik global Islam sejak abad ke-18 hingga runtuhnya tiga kekuatan besar Islam: kerajaan Ustmani di Turki, kerajaan Mughal di India, dan kerajaan Syafawi di Persia.

Kemunduran umat Islam disinyalir karena lemahnya semangat ijtihad dan kreativitas merespon perkembangan zaman. Sementara di satu sisi, pasca Inkuisisi Spanyol, bangsa Eropa lebih menitikberatkan pada persoalan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Sehingga, umat Islam yang sebelumnya berjaya pada era Bani Umayyah dan Abbasiyah, tidak dapat diteruskan oleh tiga kekuatan besar: kerajaan Ustmani, Syafawi, dan Mughal. 

Walaupun keruntuhan tiga kekuatan besar pasca bani Umayyah dan Abbasiyah dilatari sejumlah faktor penting. Namun, pada substansinya, persoalan utama yang menjadi sorotan adalah kecenderungan akhirat lebih besar daripada dunia. 

Padahal, dalam ajaran Islam, bukan hanya akhirat yang menjadi fokus utama, melainkan dunia juga sangat penting. Hal ini seperti dijelaskan pada salah satu doa yaitu rabbana atina fid-dunya hasanah, wa fill akhirati hasanah wa qina adzaban-nar. 

Mengapa kehidupan dunia juga sangat penting bagi umat Islam? jawabannya sangat simple, ayat pertama yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw, bukan soal ibadah ritual, melainkan tentang ilmu pengetahuan (baca: surat Al-Alaq). 

Dapat dipahami, jika Allah Swt hanya menganjurkan soal ibadah ritual, demi meraih kehidupan akhirat, [mungkin] bisa saja, ayat pertama bukan tentang iqra, melainkan surat Al-Isra ayat 70, Hud:114, An-Nisa: 103, Al-Baqarah: 43,45,110, Az-Zariyat: 56, Al-Hajj : 78 dan surat Al-Bayyinah ayat 5.

Begitu pun juga, tentang doa, kata wa fill akhirati hasanah mungkin ditempatkan pada permulaan daripada kata fid-dunya hasanah. 

Karena, kehidupan dunia dan akhirat sama penting, sehingga pada do'a rabbana atina fid-dunya hasanah, wa fill akhirati hasanah wa qina adzaban-nar. Allah tempatkan kata fid-dunya pada permulaan kemudian wa fill akhirati. (Wahai Tuhan kami, anugerahi kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkan kami dari api neraka). 

Justru itu, untuk meraih kebaikan di dunia dapat dimaknai dengan mementingkan ilmu pengetahuan, sebab dengan ilmu lah kita dapat mengetahui alam semesta beserta isinya, sebagaimana Allah Swt jelaskan di dalam surat Al-Alaq. 

Dalam konteks ilmu, memang secara luas, bukan semata-mata soal ilmu agama yang menerangkan tentang ibadah ritual (Hablumminallah), melainkan ilmu pengetahuan secara komprehensif yang menjelaskan dunia dan akhirat yakni selain ibadah ritual, juga ibadah sosial dan kemasyarakatan. 

Agar sejalan dengan pesan yang disampaikan pada doa: rabbana atina fid-dunya hasanah, wa fill akhirati. hasanah wa qina adzaban-nar. Jika pesan ini dipahami dengan benar, hal-hal yang bersifat sentimen negatif tidak terjadi dalam kehidupan beragama. 

Sebab, fenomena umat saat ini, orang-orang yang berebut akhirat, yang lebih mementingkan ibadah ritual, kerap menganggap mereka lah yang lebih benar menjalankan konsep agama, dan menentang orang-orang yang tidak sejalan dengan mereka. 

Begitu pentingnya, ilmu pengetahuan dalam Islam, sehingga Allah Swt memuji orang-orang yang berilmu dan mengangkat kedudukan mereka lebih dari yang lain. 

Untuk itu, dalam sebuah hadist Rasulullah Saw bersabda Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sungguh para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu, maka barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak." (HR Ahmad, Tirmidzi, dan Abu Daud).

Selain itu, pada hadist riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw tegaskan barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju surga. 

Jadi, untuk meraih kehidupan di akhirat bukan hanya semata-mata konsentrasi penuh pada ibadah ritual, melainkan dari ilmu pengetahuan lah yang memudahkan kita meraih kebaikan di akhirat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun