Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berkunjung ke Desa Suka Damai dan Desa Akeara, Kecamatan Jailolo Selatan, Halmahera Barat (2)

9 Mei 2022   19:56 Diperbarui: 9 Mei 2022   19:59 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan raya di desa Suka Damai menuju ke Sofifi, Ibu Kota Provinsi Maluku Utara

Kapal Ferry KMP Gurango mulai mencapai pelabuhan penyebrangan Sidangoli, Jailolo Selatan tepat pada pukul 18.07 wit. Para penumpang mulai bersiap-siap untuk turun. Penumpang sore itu, tak seperti biasanya, lantaran jadwal penyebrangan ke Sidangoli sehari terdiri dari empat trip yakni pada pukul 7.00, 11.00, 15.00 dan 20.00 wit.

Karena trip pertama dan kedua begitu banyak penumpang, sehingga pada trip ketiga, penumpang pun berkurang, untuk mengetahui banyak tidaknya penumpang dapat dilihat dari jumlah kendaraan yang ada di dalam kapal Ferry. Sebab, sore itu jumlah kendaraan memang tidak begitu banyak.

Padahal sebelumnya, kapal ferry tujuan pelabuhan Sidangoli terlihat penumpang jauh lebih banyak, lantaran pada 2021 lalu, pelabuhan kapal Ferry Galala, kota Tidore Kepulauan dilakukan perbaikan.

Sehingga, pihak ASDP dan KSOP menyepakati trip ke ibu kota Sofifi dialihkan ke pelabuhan Sidangoli, justru itu, terjadi peningkatan volume penumpang dari Ternate tujuan Sidangoli dan sebaliknya.

Namun, setelah pelabuhan Galala resmi fungsikan kembali, maka warga yang bepergian ke Kabupaten Halmahera Timur, Halmahera Tengah dan kota Tidore Kupulauan (Sofifi) mulai mengikuti trip Ferry tujuan Galala, sehingga mobilisasi penumpang mulai terbagi.

Walaupun begitu, warga yang hendak ke Kabupaten Halmahera Barat, tetap mengikuti Ferry tujuan Sidangoli, justru itu, jadwal trip Sidangoli memang terlihat tetap ramai, terlebih pada trip pertama dan kedua.

Sesaat berada di pelabuhan Sidangoli, saya hanya memanfaatkan sedikit waktu untuk memotret di areal pelabuhan dan memilih bergegas menuju ke desa Sukadamai, agar tidak terlambat. Sebab sesuai jadwal, tepat pada pukul 18.43 wit adalah jadwal berbuka puasa khusus kota Ternate dan Kabupaten Halmahera Barat dan sekitarnya.

Karena ingin berbuka puasa bersama kerabat di desa Sukadamai, maka selama perjalanan, saya memacu kendaraan, perjalanan dari desa Sidangoli (ibu kota kecamatan) ke desa Sukadamai memang membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama, hanya sekitar 15-20 menit.

Sebelumnya, saya sudah mengabari keluarga yang ada di desa Sukadamai maupun di desa Akeara, bahwa pada hari Senin (18/4) sore saya sudah berada di Sukadamai, dengan tujuan meneliti untuk karya tulis ilmiah. Sehingga, begitu tiba, mereka sudah menyambut saya, karena masyarakat di desa Akeara semuanya adalah keluarga, maka pada malam pertama, mereka menawarkan agar berbuka di rumah mereka.

Untuk itu, setelah salat tarawih, saya harus mengatur waktu untuk singgahi rumah keluarga dari ibu, kemudian pada pagi hinggga sore hari mewancarai para tenaga pendidik, tokoh agama dan pemuda untuk kepentingan penelitian. Kemudian pada malam hari lanjut berkunjung ke rumah keluarga dari bapak, hingga pada hari terakhir menjelang kembali pulang ke Ternate.

Desa Sukadamai, awalnya bernama dusun Bobo Isa, bersama dusun Taba Hijrah berada di bawah pemerintahan desa Akeara, lalu dimekarkan pada tahun 2013 dan ditetapkan berdasarkan keputusan Kepala Kecamatan Jailolo Selatan, mengangkat saudara Djafar Hamisi selaku penjabat kepala desa untuk menjalankan roda pemerintahan desa sementara hingga pada 2015, dan kemudian pada 2016 dilakukan pemilihan kepala desa defenitif yang dimenangkan oleh Mashud Lutfi (paman penulis).

Lantas mengapa nama dusun dirubah menjadi Sukadamai? Awal mula warga memilih menetapkan Sukadamai sebagai nama desa, ini merujuk pada kisah pasca konflik horizontal pada 1999-2000 silam. Kala itu, masyarakat dusun Bobo Isa lah yang menjadi juru perdamaian antara masyarakat Akeara (non Muslim) dan dusun Taba Hijrah.

Menurut penuturan Rusdi Ahmad (60) yang juga paman penulis, bahwa pasca rekonsiliasi, dia bersama warga di dusun Bobo Isa berinisiatif untuk menjemput warga Akeara (non Muslim) di kecamatan Kao, Kabupaten Halmahera Utara, untuk kembali pulang ke desa Akeara.

Walaupun kala itu, pasca konflik masih sangat terasa nuansa sentimen antar muslim-non Muslim, namun warga dusun Bobo Isa berkeyakinan bahwa warga Akeara merupakan warga asli di desa Akeara, sehingga mereka harus kembali dan memulai kehidupan seperti dulu.

Begitu kembali, kala itu rumah milik warga Akeara memang rusak parah, sehingga mereka diminta menempatkan barak pengungsian tepat di dusun Bobo Isa, dan barak tersebut dibuat oleh warga Bobo Isa bersama pemerintah. 

Dan setelah, menempatkan barak pengungsian, kemudian mereka mendapatkan bantuan untuk membangun kembali rumahnya masing-masing, barulah warga Akeara kembali ke rumah mereka dan menjalani kehidupan seperti dulu lagi.

Karena menjadi pihak yang melindungi keluarga non Muslim sebelum dan sesudah konflik horizontal, maka di saat pemerintah kecamatan Jailolo Selatan, Halmahera Barat, menyetujui pemekaran wilayah (desa), maka warga desa Akeara sebagai penduduk asli bersama warga dusun Bobo Isa menyepakati nama desa menjadi Sukadamai.

Hal ini, menurut sejumlah warga, lantaran warga di desa Akeara mengapresiasi niat baik warga dusun Bobo Isa sebagai pihak yang berperan penting atas kehidupan mereka pasca konfliks, maka resmi lah dusun Bobo Isa berubah menjadi desa Sukadamai.

Sebab, asal mula warga dusun Bobo Isa yang merupakan warga pendatang dari kota Tidore Kepulauan pertama kali ke desa Akeara dan mendiami sebagian wilayah Akeara merupakan pemberian dari tokoh agama maupun tokoh masyarakat Akeara. Dan orang pertama yang bernegosiasi untuk meminta lahan pertanian di desa Akeara adalah mendiang kakek penulis, (alm) Haruna Muhammad, pada tahun 1970.

Kala itu, kehidupan di desa Akeara hanya warga Akeara sebagai penduduk asli dan warga Tidore sebagai pendatang, dan kemudian pada 1980-an, barulah warga dari suku Makian berdatangan ke wilayah Akeara berbaur bersama warga Akeara maupun warga dari Bobo Isa. Sehingga, warga Makian yang bermukim di sebelah barat desa Akeara dan dibentuk dusun bernama Tabah Hijrah.

Pada dusun Tabah Hijrah, pemukiman warga diapit oleh lahan perkebunan milik warga Akeara dan Bobo Isa, lantaran lahan pada desa Akeara pertama kali dibagikan kepada warga Bobo Isa sebagai pendatang pertama di Akeara berbaur dengan penduduk asli (warga Akeara). Sehingga, di sebelah utara desa Akeara, semuanya milik warga Bobo Isa, termasuk perkebunan milik orangtua penulis.

Karena atas dasar pemberian lahan untuk warga pendatang dari kota Tidore Kupulauan inilah, warga Tidore yang saat ini sudah resmi berpisah dari desa induk (Akeara), memiliki tanggung jawab moril untuk menjaga hubungan baik antara warga Akeara dan warga Tidore.

Hidup berdampingan tanpa berkonflik antara warga Akeara dan Sukadamai, membuat tiga warga dari desa Sukadamai menikah dengan tiga gadis dari Akeara dan menjadi mualaf dan hidup di desa Sukadamai, dari pernikahan ini menjadi catatan sejarah bahwa warga di kedua desa tersebut, memang awalnya membangun hubungan baik sejak sama-sama berada di kampung tua bernama Akelaha Pantai, hingga berpindah dan bermukim di puncak Akeara.

Penulis sendiri, memang sejak usia balita hingga beranjak remaja hidup di desa Akeara, kemudian melanjutkan studi pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan SMK di Tidore, lalu menetap di Ternate. 

Jadi, kembali ke desa Sukadamai dan Akeara sama halnya kembali ke kampung halaman semasa kecil. Untuk cerita lebih lanjut tentang kehidupan antara kedua warga (Tidore-Akeara sebagai penduduk asli) hingga tiga gadis Akeara yang menikah dengan tiga pemuda Sukadamai akan dibahas pada tulisan selajutnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun