Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenang 100 Hari Kepergian Ayah Mertua

21 Maret 2022   21:37 Diperbarui: 21 Maret 2022   21:41 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayah mertua (alm) Usman Abdullah

Dunia merupakan tempat sementara, untuk itu konsep kehidupan yang diajarkan dalam agama sejatinya menjadi acuan, agar kita meraih kesuksesan di dunia maupun di akhirat kelak. Ini merupakan nasihat yang kerap disampaikan ayah mertua, Usman Abdullah terhadap anak-anaknya, maupun kepada kerabatnya dikala melangsungkan pekerjaan gotong royong bersama warga di perkebunan kelapa, maupun ketika di rumah.

Bagi warga beliau termasuk sosok bersahaja dan suka menolong antarsesama, sehingga dalam kehidupan, semua warga di desa Bibinoi Kecamatan Bacan Timur Tengah, Halmahera Selatan, sangat akrab dengan beliau. 

Tentu keakraban tersebut dibangun atas landasan kekeluargaan. Sebab, semasa hidup, beliau sempat bercerita, semua warga yang ada di desa Bibinoi berasal dari satu suku yakni etnis Tobelo, dan diikat dengan tradisi dan budaya yang sama, walaupun berbeda keyakinan. Tapi pada hakikatnya semua adalah bersaudara.

Atas dasar kekeluargaan Inilah; baik keluarga beliau dari kalangan Muslim maupun non-Muslim sangat akrab dengan beliau. Pada 2018 lalu, ketika istri saya mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kabupaten Halmahera Selatan, rata-rata keluarga Muslim dan non-Muslim saling berbaur menjadi tim pemenangan. 

Bahkan, pada suatu kesempatan kala kami bersama-sama di kebun milik ayah mertua, yang letaknya di ujung desa Bibinoi, lokasi perkebunan tersebut oleh warga Bibinoi dinamai Lako-Lako. 

Seusai makan siang bersama di rumah kebun, beliau bercerita, bahwa beliau kerap berkunjung ke keluarga yang non muslim, dan kadang makan bersama dengan mereka, kata beliau hal ini kerap dilakukan demi menjaga tali silahturahim antar keluarga.

Karena menjaga tali silahturahim, sehingga terkadang saya bersama istri jika melintasi di desa Tawa, Bacan Timur, maupun di desa Wayaua, Bacan Timur Selatan, keluarganya sering menanyakan beliau. Bahkan, dari sifat suka menolong warga, membuat semua keluarganya di pulau Bacan sangat akrab dan menyukai beliau.

Ayah mertua Usman Abdullah atau biasa disapa Aba, merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Menurut penuturannya semasa hidup, beliau termasuk salah satu anak yang pintar dalam keluarga. Namun, nasib baik tidak memihak kepadanya, kala berada di bangku kelas satu SMEP (sekarang SMK), beliau jatuh sakit dan membuatnya gagal menyelesaikan studi.

Namun, kegagalan studi tersebut, tidak membuat beliau putus asa. Beliau pernah bercerita, dari kegagalan tersebut, dijadikan sebagai hikmah dalam mengarungi kehidupan. Justru itu, beliau bertekad suatu saat nanti anak-anaknya pasti sukses dalam pendidikan. 

Dan benar saja, istri saya dan adiknya dapat menuntaskan pendidikan S-1, merupakan buah dari kerja keras serta tekad beliau dalam memotivasi mereka.

Bahkan pada 2018 lalu, ketika anak kami terpilih mengikuti kegiatan fundemic tour bersama lembaga English Training Center (ETC) Ternate selama 9 hari di Jepang, beliau terlihat bangga. 

Karena bangga atas prestasi cucu kesayangannya itu, membuat beliau memilih tinggal di rumah kami di Ternate selama sepakan, demi mengantarkan cucunya bertolak dari Bandara Babullah Ternate menuju Jakarta.

Dan, bukan hanya turut mengantarkan ke bandara, beliau pun menitip sejumlah uang sebagai bekal selama cucunya berada di Jepang. "saya boleh gagal dalam pendidikan, namun melihat prestasi cucu saya, ini merupakan suatu kebanggaan bagi saya," kata beliau kepada keluarganya di desa Bibinoi, Bacan Timur Tengah. Bahkan, kala musim panen buah kelapa, uang penjualan kopra pun beliau selalu menyisihkan buat cucu kesayangannya.

Hingga, menjelang tutup usianya pada 31 November 2021 lalu, beliau kerap menyebut nama putri kami, karena menurutnya beliau sangat berkeinginan untuk melaksanakan ibadah puasa ramadan bersama kami di Ternate. 

Namun, kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan untuk beliau ke Ternate, sehingga beliau hanya menitip pesan, agar kami dapat menjaga cucu kesayangannya dengan baik, lantaran beliau sangat menyayanginya. 

Walaupun begitu, sifat penyayang terhadap cucu bukan hanya berlaku kepada anak kami, tapi untuk keenam cucunya.

Dikenal warga sebagai pekerja keras, sehingga ayah mertua memang tidak terlalu berharap kepada harta warisan orangtuanya, sehingga untuk anak-anaknya, beliau harus berusaha sendiri. 

Untuk itu, kata istri saya, beliau jarang berselisih paham dengan saudara-saudaranya soal harta. Hingga beliau jatuh sakit pun, beliau hanya menitip pesan kepada semua anaknya, agar tetap menjaga hubungan baik dan hindari sifat rakus terhadap harta. Karena menurutnya, persoalan harta kadang membuat hubungan keluarga menjadi renggang.

Ayah mertua memang dikenal sebagai pekerja keras, hal ini terlihat dari aktivitas yang dijalani semasa beliau belum jatuh sakit. Selalu giat berkebun demi menghidupi keluarga. Bahkan, selain mengurusi kebun, tak jarang beliau pun terlibat sebagai nelayan, jika kondisi laut lagi bersahabat.

Beliau juga memiliki keahlian membuat perahu nelayan, walaupun berukuran kecil. Namun untuk pekerjaan yang satu ini, beliau sangat tekun. 

Sehingga, kala istri saya saat bersekolah di kota Tidore Kepulauan, beliau pernah memberi satu unit perahu buat seorang imam yang juga sebagai orangtua wali istri saya di Tidore.

Selain suka menolong antar sesama, satu hal yang membuat beliau disenangi oleh warga adalah tidak pernah berlaku kasar atau memiliki sifat dendam. 

Sebab, menurut istri saya, beliau berpesan bahwa jika ada orang lain yang menyakiti kita, janganlah kita membalasnya, cukup dibalas dengan doa, agar mereka selalu sehat. Sebab, apapun yang orang lain perbuat terhadap kita, serahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa untuk menilainya.

Sehingga, disaat beliau jatuh sakit, beliau tidak pernah memikirkan hal-hal aneh tentang penyakitnya, beliau hanya berkata, sehat dan sakit semuanya dari Allah SWT, untuk itu ketika kita sakit, maka kita harus menjalani dengan ikhlas, sambil memohon doa kepada Sang Khaliq, agar diberi kesembuhan dan kembali beraktivitas seperti biasanya.

Sejak jatuh sakit beliau memang berusaha keras agar lekas sembuh, segala macam pengobatan beliau jalani dengan sabar; baik di rumah sakit, maupun pengobatan tradisional. 

Dan tak jarang, sakit yang beliau derita, kerap beliau tidak ingin anak-anaknya merasa sedih. Sehingga, disaat istri maupun anak saya menelpon dan menanyakan tentang kondisi kesehatannya, beliau hanya menjawab kondisi beliau baik-baik saja.

Walaupun begitu, kami sering berkunjung ke desa Bibinoi untuk menengok beliau. lantaran istri saya sangat memahami perasaan bapaknya itu, apabila kehadiran cucu kesayangannya pasti menjadi energi tersendiri bagi beliau, lantaran beliau sangat senang jika harus bersama putri kami. 

Kesenangan itu terlihat jelas kala mereka duduk serta ngobrol bersama, dan terkadang diselipkan lelucon membuat mereka tertawa.

Ketika selama kami bersama beliau di desa Bibinoi, beliau memang sudah pulih dari sakitnya, walaupun belum bisa kembali aktivitas di perkebunan seperti biasanya. Kondisi inilah memperkuat keyakinan kami bahwa beliau bakal baik-baik saja. 

Namun, sekembali kami dari pulau Bacan, dan terhitung sebulan penuh, kami mendapat informasi bahwa kesehatan beliau kembali memburuk dan infromasi tersebut diperoleh istri saya di malam rabu (30/11/2021), tepat pada pukul 18.21 wit.

Dan selang tiga jam lebih, tepatnya pada pukul 21.35 istri saya kembali mendapat informasi bahwa bapaknya itu telah dipanggil sang khaliq, dan pergi selamanya meninggalkan kami. 

Tentu kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi ibu mertua yang setiap saat terus menemaninya sejak beliau jatuh sakit, terlebih bagi istri saya dan ketiga adiknya.

Dan duka mendalam pun dirasakan para keluarganya, yang terlibat dalam melayani beliau semenjak jatuh sakit. 

Dan walaupun beliau telah tiada, namun semangat dan sifat-sifat baiknya terlihat jelas terwariskan kepada anak-anaknya, sifat suka menolong dan suka bersilahturahim antar sesama keluarga. Selamat jalan Bapak, semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, Aamiin. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun