Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kasus Bocah Curi Kotak Amal di Aceh, Sebaiknya Jangan Dihukum seperti Hewan

30 Mei 2021   15:39 Diperbarui: 30 Mei 2021   15:44 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus bocah mencuri kotak amal di desa Ceumpeudak, Kecamatan Tanah Jombo Aye, Kabupaten Aceh Utara, memang mengagetkan kita. Betapa tidak, baru saja kita menggalang dana untuk Palestina dan begitu banyak rupiah yang dikirim untuk membantu warga korban peperangan antara Israel dan faksi Hamas di jalur Gaza, Palestina.

Ternyata, kita dikejutkan dengan kasus seorang bocah mencuri kotak amal dengan alasan untuk makan, kejadian ini secara tidak langsung telah menampar wajah kita dan tentunya mengetuk nurani kita, bahwa aksi kepedulian kita terhadap Palestina, ternyata kita lupa bahwa warga, tetangga, keluarga kita juga sangat membutuhkan uluran tangan kita semua.

Bisa dibayangkan, jika tidak dalam kondisi terdesak karena kelaparan, maka sangat mustahil hal ini dilakukan oleh bocah tersebut. Sebab, hati kecilnya pasti berbisik jangan lakukan sesuatu yang dilarang agama. Namun, kondisi seperti yang dialami bocah malang itu, siapapun pasti bingung.

Jika segala upaya tidak membuahkan hasil, terlebih kondisi kelaparan, maka jalan pintas adalah mencuri, eits... tapi jangan dulu mengecam perilaku bocah ini, sebab bagi saya apa yang dilakukannya jauh lebih baik, karena kelaparan, ketimbang kasus pejabat melakukan tindakan korupsi untuk memperkaya dirinya.

Seperti dikutip dari Kompas.com Minggu (30/5/2021) Kapolsek Tanah Jambo Aye, Ahmad Yani mengatakan bocah tersebut mengambil uang kotak amal di masjid untuk makan.


Ia terpaksa menempuh cara yang menurut agama sangat dilarang tersebut, lantaran ayahnya jatuh sakit dan tak bisa bekerja. Sebab, mungkin baginya tindakan tersebut merupakan alternatif terburuk untuk mengatasi kelaparan.

Jika dinalisa, sebenarnya bagi saya kejadian ini merupakan tindakan spontan yang dilakukan bocah tersebut karena terpaksa, bukan berdasarkan perintah seorang ayah. "Ayahnya sakit dan dirawat di rumah. Pelaku membeli makanan untuk dirinya dan ayahnya. Sisanya diberikan ke pamannya. Paman bocah ini menggenapkan uang Rp 1,5 juta sesuai isi celengan masjid itu dan sudah diserahkan," kata Kapolsek

Secara kemanusiaan, memang dapat dimaklumi, sebab motivasi di balik kasus mencuri kotak amal hanya untuk memenuhi kebutuhan isi perut. Walaupun, tindakan seperti ini tidak dapat dibenarkan, namun setidaknya yang dilakukan bocah malang tersebut, bukan dengan niat memperkaya diri sebagaimana dilakukan para koruptor di tanah air.

Namun, sangat disayangkan adalah terkait hukuman yang diberikan kepada bocah tersebut, sangat jauh dari sisi kemanusiaan. 

Sebab, video berdurasi 15 detik yang beredar di luas di media sosial, seorang pria paruh baya menyeret leher bocah tersebut dengan tali seperti hewan. 

Bagi saya, tindakan bocah tersebut memang tidak dapat dibenarkan, namun soal tindakan pria di dalam video tersebut, sangat tidak bermoral.

Mengapa demikian, karena: pertama secara psikologis bocah tersebut pasti tertekan, lantaran malu, karena diseret seperti binatang, terlebih videonya kadung viral di media sosial, dan telah ditonton jutaan warga net. 

Kedua, Nama baik keluarga pasti tercoreng lantaran berita bahwa mencuri karena kelaparan, padahal sebetulnya, jika tindakan pertama yang dilakukan setelah mendapati bocah tersebut nyolong kotak amal, maka proses penyelesaian atas kasus tersebut dilakukan di dalam rumah, tanpa melibatkan anak-anak, dan dapat mengontrol emosi -- sangat humanis, ketimbang menginterogasi dan menyeret di luar rumah. 

Ketiga, Walaupun sudah ada permintaan maaf; baik dari keluarga korban maupun pelaku yang menyeret si bocah, tapi setidaknya masyarakat menilai bahwa ternyata di Aceh, ada warga yang mencuri karena kelaparan.

Menurut saya, jika proses penyelesaian atas kasus tersebut dengan mengedepankan sisi kemanusiaan, maka beritanya mungkin tidak seheboh seperti yang kita saksikan di media sosial. 

Namun, sekali lagi, tindakan bocah memang salah, dan lebih salah serta tidak beradab adalah perilaku tak manusiawi si bapak yang menyeret bocah tersebut.

Kasus ini, membuat kita kembali intropeksi kesalehan sosial kita selama ini, sudah sejauh mana kita berbagi untuk keluarga dan tetangga kita. 

Sebab, di dalam ajaran Islam berbagi rezeki merupakan suatu anjuran, sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW  "Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman, sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya. Padahal ia mengetahuinya." (HR At-Thabrani).

Justru itu, jangan bicara soal ibadah kepada Allah (Hablumminallah), jika kita terus mengabaikan hubungan antar sesama (Hablumminannas) terlebih kasus kelaparan seperti yang dialami bocah tersebut.

Kasus ini terjadi pasca pengiriman donasi untuk warga Palestina, sehingga menjadi pembelajaran bagi kita semua, bahwa yang pertama menjadi perhatian dar aksi sosial yang kita lakukan adalah membantu sesama tetangga dan keluarga terlebih dahulu, sebelum kita bergerak membantu warga di luar kampung dan tentunya di luar negeri seperti yang kita lakukan kepada warga Palestina.

Untuk itu, dari kejadian yang menimpah bocah tersebut, sebaiknya sedekah para jemaah pada setiap pelaksanaan salat jumat, idealnya disisipkan sebagian untuk membantu para fakir miskin dan anak yatim piatu, untuk keperluan mereka sehari-hari. Dan, tentunya jangan sampai memanjakan mereka, sehingga hanya mengharapkan bantuan dan tidak lagi bekerja.

Sebab, apa gunanya kita mengumpulkan sedekah untuk mempercantik bangunan, masjid dan musala, sementara tetangga, keluarga dan warga kita setiap saat menjerit karena kelaparan. Mari kita meneladani tindakan Rasulullah SAW dan Umar bin Khattab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun