Pada 13 Agustus 1814, berdasarkan konvensi London, maka Britania menyerahkan kembali Palembang kepada Belanda. Kala itu, Herman Warner Muntinghe diangkat sebagai komisaris di Palembang, dan dia berhasil mendamaikan Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Ahmad Najamuddin II atau Husin Diauddin. Ahmad Najamuddin, ketika itu diangkat pemerintah Britania menggantikan Sultan Mahmud Badaruddin seusai persitiwa Loji Sungai Alur. Karena, SMB II kembali menjadi Sultan dan Ahmad Najamuddin II lalu diasingkan ke Cianjur.
Konflik Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Belanda berlangsung, seusai penyerangan terahadap Warner Muntinghe di pedalaman wilayah kesultanan Palembang yang dilakukan pengikut SMB II. Belanda pun menuntut kepada agar Putra Mahkota diserahkan kepada mereka, sebagai jaminan kesultanan Palembang setia kepada Belanda. Namun, permintaan ditolak pihak kesultanan.Â
Dan, terjadinya perang melawan Belanda oleh Sultan Mahmud Badaruddin II, yang dinamakan perang Menteng. Walaupun, korban terbanyak pada pihak Belanda. Namun, Gubernur Jenderal G.A.G.Ph van der Capellen bersama Laksamana Constantjin Johan Wolterbeek dan Mayjen Hendrik Markus de Kock, memutuskan menyerang Palembang dengan kekuatan penuh.
Palembang takluk, pada 14 Juli 1821, dan Sultan Mahmud Badaruddin II beserta keluarga ditangkap dan diasingkan ke Ternate tepatnya di Benteng Oranje pada 1822. Benteng ini merupakan pusat pemerintahan tertinggi Hindia Belanda, yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal VOC Pieter Both. Laurenz Real, Herarld Reyist dan J.C Cum.
Setelah diasingkan di benteng Oranje, Sultan Mahmud Badaruddin II akhirnya wafat di Ternate pada 26 September 1852 dan dimakamkan di kompleks pekuburan Islam di kelurahan Makassar Barat, kecamatan Ternate Tengah. Karena, perjuangannya melawan Belanda dan Inggris, sehingga Sultan Mahmud Badaruddin II dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 29 Oktober 1984 melalui SK Presiden RI nomor 063/TK/1984. Selain itu, nama Sultan Mahmud Badaruddin II pun diabadikan menjadi nama bandara Internasional di Palembang, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Dan pada 20 Oktober 2005 silam, penggunaan fotonya pada mata uang rupiah pecahan 10.000-an.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H