Sehingga cerita tentang pohon Kurma di pulau Gonone sendiri memang tidak terlepas dari keberadaan keluarga Arab di Pulau Tawabi dan kemudian berpindah ke Pulau Gonone. Kata Nenek Habibah, namanya juga merupakan pemberian dari salah seorang Habib, ketika berkunjung ke Pulau Gonone.
Dan, fakta yang memperkuat tentang pertalian darah Arab tersebut, dibuktikan saat Bapaknya meninggal dunia, ketika itu digelar tahlilan pada malam pertama, ketiga, kelima dan ketujuh selalu dihadiri oleh orang Arab. Selain itu, pemberian Jubah dan sebuah peci Fez berwarna merah maron dengan rumbai terjuntai di bagian atas, kurang lebih seperti peci Aladin.
Pemberian ini dikenakan oleh pamannya Abdul Halim yang ketika itu sebagai imam pada masjid di Pulau Gonone. Namun pemberian dari Habib yang sering berkunjung di Pulau Gonone tidak diketahui pasti, lantaran sudah puluhan tahun dia berpindah dan tinggal di Desa Bibinoi Kecamatan Bacan Timur Tengah.
Sehingga, katanya jika ingin mengetahui terkait pemberian Habib tersebut, dia menyarankan untuk bertanya langsung pada sepupunya bernama Jabir Abd. Halim, ayah dari Kepala Desa Gonone kecamatan pulau Joronga.
Kurma tumbuh subur
Setelah berpindah dari pulau Tawabi ke Pulau Gonone nama-nama yang disebutkan di atas, pada suatu kesempatan, mereka melaksanakan kerja bakti dan mendapati sebuah pohon yang oleh mereka saat itu diyakini merupakan pohon Dokoto (sejenis Rumbiah atau pohon Sagu) dan disepakati untuk tidak ditebas dan mereka merawatnya.
Lama kelamaan, pohon yang dirawat tersebut kemudian tumbuh subur dan semakin membesar dan terlihat sangat berbeda dengan pohon Dokoto. Hingga pada suatu malam, pohon yang belum diketahui namanya tersebut berbunga dan diikuti suara gemuruh seperti Guntur dan pada pagi harinya, memunculkan isyarat yang tidak seperti biasanya yakni air pada sumur di Desa Gonone menjadi payau (air salobar).
Karena fenomena air payau saat Kurma memunculkan bunga-nya, sehingga warga ketika itu meyakini bahwa pohon yang dirawat tersebut, memang bukan pohon Dokoto sebagaimana dugaan mereka ketika pertama kali menemukannya.
Namun, bunga pertama pada pohon kurma tidak menghasilkan buah, lantaran ketika itu warga membungkusnya sehingga bunganya pun menjadi rusak lantaran panas. Selain itu, fenomena air payau ketika Kurma mulai berbunga menjadikan keunikan tersendiri bagi pohon Kurma di Pulau Gonone dibandingkan dengan pohon Kurma yang tumbuh dan berbuah pada derah lain.
Kontur tanah di Pulau Gonone pun sangat berbeda dengan beberapa pulau yang berada di dekat pulau Gonone, salah seorang warga yang ketika kembali dari tanah suci dan mengatakan bahwa tanah di pulau Gonone hampir sama persis di Madinah dan Mekah.
Yang disampaikan tersebut memang benar adanya, fakta membuktikannya tanah di Pulau Gonone mirip seperti di Timur Tengah lantaran pohon Kurma pertama ketika itu tua dan mati, lalu diambil bibit --- ditanam kembali dan menghasilkan buah.