Kematian Sultan Khairun pun menimbulkan kemarahan bagi pihak Kesultanan Ternate. Melalui perlawanan yang kepada Portugis yang dipimpin putra Mahkota Sultan Baabullah, yang saat itu diangkat menggantikan Sultan Khairun, yang menuntut agar Diego Lopez de Mesquita dihukum atas tindakannya, namun tuntutan tersebut tidak digubris, hingga menimbulkan kemarahan dari Sultan Baabullah terhadap Portugis.
Perlawanan dari Sultan Baabullah dan rakyat Ternate, dengan cara mengepung benteng Kastela selama empat tahun, akibat dari perlawanan tersebut, membuat Portugis hengkang dari Ternate lantaran merasa menderita selama 4 tahun berada di dalam benteng, karena tidak mendapat pasokan makanan maupun kebutuhan lainnya.Â
Setelah hengkangnya Portugis dari tanah Ternate, benteng Kastela kemudian berada di bawah kekuasaan Kesultanan Ternate selama 30 tahun, hingga datangnya bangsa Spanyol di Ternate pada 1606 di bawah pimpinan Don Pedro Bravo da Chuncha, yang saat itu tampuk kepemimpinan Kesultanan Ternate dipegang Sultan Said Barakat, konon setelah datangnya bangsa Spanyol, lalu Sultan Said Barakat diasingkan ke Manila hingga wafat di sana.Â
Setelah menguasai benteng Kastela oleh Spanyol hingga tahun 1660, namun terjadi gejolak dengan VOC membuat Spanyol angkat kaki dari bumi Kesultanan Ternate, dan mereka tidak mengikhlaskan VOC menududuki benteng Kastela, benteng yang dibangun Portugis ini pun dihancurkan oleh Spanyol. Sehingga, ketika kita berkunjung pada pantai wisata Kastela dan melintasi di depan benteng, kita dapat menyaksikan reruntuhan benteng Kastela yang dikelilingi rumah warga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H