Sementara itu, keberadaan masjid di dekat lokasi wisata, dapat mempermudah bagi wisatawan untuk beribadah. Selain itu, Kelurahan Kastela berdekatan dengan Kelurahan Foramdiahi - tempat makam Sultan Baabullah. Sehingga, bagi sebagian wisatawan mereka lebih dulu memilih berkunjung ke Makam Sultan Baabullah, lalu ke pantai Kastela melepas penat dan lelah sambil menikmati kuliner dan menyaksikan senja hadir.
Tentang Benteng Gam Lamo milik Portugis di dekat pantai Kastela
Benteng ini pada awalnya bernama Nostra Senhora Del Rosoario atau gadis cantik berkalung bunga Mawar, dibangun oleh Antonio de Brito pada 1522 pemberian nama ini oleh Portugis konon seorang gadis cantik yang berada di benteng yang senang mengenakan kalung dari bunga mawar.Â
Namun, oleh masyarakat Ternate saat itu, menyebut benteng ini dengan nama Benteng Gam Lamo yaitu kampung besar, nama ini pun lekat pada pantai wisata yang letaknya berdekatan dengan benteng. Namun kini, masyarakat kota Ternate, maupun para wisatawan lebih familiar dengan nama benteng Kastela, lantaran benteng ini berada di Kelurahan Kastela Kecamatan Pulau Ternate.Â
Benteng dengan lahan seluas 2.724 meter persegi, dengan bentuk persegi empat ini, terbuat dari batu gunung dan kapur, dibangun secara bertahap oleh Portugis selama kurun waktu 20 tahun.Â
Tahap awal pembangunan benteng ini pada 1521 oleh Antonio de Brito, lalu dilanjutkan pada 1525 oleh Garcia Henriquez, pembangunan benteng tidak bisa dituntaskan oleh de Brito lantaran dia kembali ke India Barat, selanjutnya pembangunan benteng diteruskan oleh Gonzalo Pereira pada 1530, dan Jorge de Castro pada tahun 1540.Â
Benteng Kastela menyimpan cerita tentang kematian Sultan Khairun yang dibunuh oleh Antonio Pimental atas perintah Gubernur dari Gubernur Portugis Diego Lopez de Mesquita pada 28 Februari 1570, ketika itu Sultan Khairun menghadiri perundingan pada benteng Kastela, terkait saling menjaga perdamaian, Namun, kehadiran Sang Sultan berakhir dengan kematian, berkat tipu muslihat Diego Lopez de Mesquita.Â