Kamis, (16/7/2020) pagi, saya bersama istri memutuskan berkunjung ke Makam keramat atau Jere di Kelurahan Kulaba Kecamatan Ternate Barat, Kota Ternate, Maluku Utara. Meskipun pagi hari, cuaca terasa dingin dan berangin, tapi tidak menghalangi niat kami untuk berziarah ke makam keramat tersebut. Sebelumnya, pada Pebruari lalu, kami pernah berkunjung. Hanya saja, kunjungan kami saat itu, yakni hanya memotret makam tersebut, untuk melengkapi galeri pada buku fotografi yang sementara saya garap.
Karena, tujuannya adalah ziarah. Sehingga, sebelum menuju ke tempat makam keramat, kami harus mampir ke pasar Higienis Ternate, untuk membeli daun pandan. Di pasar, tepatnya di dekat jalan raya, para pedagang menjajakan daun pandang yang sudah dipotong-potong dengan ukuran kecil maupun sedang, bahkan ada juga daun pandan yang masih terikat dan belum terpotong.
Biasanya, warga yang hendak berziarah, mereka lebih memilih membeli daun pandan yang sudah terpotong, sehingga begitu tiba di lokasi kuburan, mereka tinggal menaburkan pada kuburan.
Daun pandan yang sudah terpotong tersebut, dijual dengan harga Rp 20.000 per kantong ukuran sedang, dan kami memilih membeli dua kantong. Sebab, makam keramat yang kami kunjungi terdiri dari empat makam, sehingga dua kantong daun pandan lebih dari cukup untuk empat makam.
Kami, lalu menuju ke lokasi makam di Kelurahan Kulaba kecamatan Ternate Barat. Kelurahan Kulaba, selain makam keramat, juga sangat terkenal dengan wisata alamnya yaitu wisata batu angus, lokasi ini berdekatan dengan Kelurahan Tarau, hanya saja wisata batu angus sudah berada di wilayah Kelurahan Kulaba, sehingga oleh warga Ternate maupun wisatawan mengenalnya sebagai wisata batu angus Kelurahan Kulaba.
Untuk mencapai lokasi makam keramat, memang tidak sulit. Jika kita menggunakan angkutan umum, maka akan diturunkan persis pada jalan masuk menuju makam, dan selanjutkan berjalan kaki ke lokasi makam, dengan jarak kurang lebih 400 meter. Dan apabila kita menggunakan kendaraan roda dua, atau mobil, maka langsung ,menuju ke lokasi melewati jalan masuk yang sudah diaspal hingga di depan makam tersebut.
Ketika tiba di lokasi makam keramat atau jere, saya dan istri menjumpai beberapa warga, mereka datang menggunakan sebuah mobil Pick Up. Mereka baru usai ziarah, dan bersiap-siap untuk kembali pulang ke rumah. Kata salah satu dari mereka, bahwa penjaga makam belum datang, sehingga mereka memilih ziarah tanpa didampingi penjaga makam. Namun, seusai ziarah, mereka menulis nama pada buku tamu agar diketahui penjaga makam.
Setelah, mereka meninggalkan lokasi makam, saya bersama istri memilih duduk di lokasi parkiran di depan makam sambil menunggu petugas penjaga makam. Namun, ada salah satu warga yang menyiangi rumput di kebunnya, yang berada persis di dekat lokasi makam, dia bilang penjaga makam belum datang, lantaran mereka menghadiri undangan pernikahan salah satu warga, sehingga kata dia, sebaiknya kami ke rumah beritahu kepada istri salah satu penjaga makam, agar setelah dari acara tersebut mereka ke lokasi makam.
Kami, kemudian menuruti kata pria tersebut, penjaga makam yang disebutkan tadi, memang, saya cukup mengenalnya. Sebab, pada Pebruari lalu, saat kunjungan pertama kami, saya pernah diajak ngobrol oleh beliau, namanya Udin Gafar (68) --sudah puluhan tahun ditugasi menjaga makam, warga kelurahan Kulaba memanggilnya Aba Udin.
Saya bersama istri lalu menuju ke rumahnya, persis berdekatan dengan salah satu Sekolah Dasar, saat tiba di rumahnya, kami mendapati istri Aba Udin sedang membersihkan pekarangan rumah, Kata istrinya, Aba Udin bersama pengantin pria dan keluarganya, sudah sejam lebih berada di rumah mempelai wanita di Kelurahan Togafo Kecamatan Ternate Barat.