Hal ini bukan berarti bahwa kita bebas dalam mengutarakan pendapat sesuai kehendak kita. Sebab, ada kaidah-kaidah tertentu yang harus dijunjung, agar tidak terkesan menimbulkan sentimen negatif yang berdampak pada merenggangnya hubungan antar individu maupun kelompok.
Mengkritik pemerintah dalam era Demokrasi merupakan suatu kewajaran, namun patut dicatat bahwa mengkritik harus didukung dengan data-data yang benar, bukan terkesan asal mengkritik. Sebab, jika hanya mengkritik, tentu anak-anak Sekolah Dasar (SD) pun bisa mengkritik pemerintah. Justru itu, sebagai pejabat publik maupun tokoh agama, harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak muda -- dalam menyampaikan argumentasi yang baik dan benar.
Terkait sikap Tengku Zulkarnain, tentu kita masih ingat dengan beberapa pernyataan yang menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat seperti cuitan 7 Kontainer Surat Suara tercoblos, lalu cuitan soal Aliran Dana Suap Meikarta, dan mencabut pernyataannya terkait "Pemerintah Legalkan Zina", pernyataan terkahir mendapat tanggapan dari Wakil Ketua MUI Zainul Tauhid "bahwa tidak benar apa yang disampaikan oleh Tengku Zulkarnain yang mengaku mendapatkan sumber informasi dari hasil kajian staf ahli MUI, sama sekali tidak berdasar dan merupakan bentuk kecerobohan yang sangat nyata". (Baca: MUI Gerah karena Tengku Zul Bertingkah, Detiknews 13 maret 2019).
Era teknologi saat ini harus dimanfaatkan dengan baik dan benar, terlebih sebagai tokoh agama, kiranya dapat dimaksimalkan untuk melakukan edukasi terkait perkokoh sendi etika, moral, dan spiritual melalui ceramah-ceramah pada YouTube, maupun edukasi melalui media sosial Twitter dan Facebook, sebagai respon atas kebijakan pemerintah yang penulis sebutkan di atas yaitu tentang mengatasi krisis moral di kalangan anak bangsa melalui pendidikan karakter.
Kiranya pernyataan-pernyataan kontroversi yang menimbulkan sentimen negatif di tengah masyarakat, sebaiknya dihindari oleh Tengku Zulkarnain, dan kembali fokus sebagai seorang pendakwah -- untuk mendidik generasi penerus bangsa seperti yang dilakukan oleh para ulama dan ustaz lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H