Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Peluang Kita Memanen Bintang

3 Oktober 2017   16:59 Diperbarui: 3 Oktober 2017   17:55 9139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Printable solar cell (momentumenergy.com.au)

Matahari adalah sahabat penyair menuturkan harapan. Demikian pula masa depan kita.

Tahun 1964 Nikolai Kardashev, astrofisikawan Rusia, membuat hipotesis hubungan antara kemajuan peradaban planet dan pemanfaatan sumber energi. Maju peradaban yang dikemukakannya terdiri dari 3 tipe yang disebut Kardashev Scale.

Tipe 1 atau yang terendah, ketika peradaban memanfaatkan sumber energi yang tersedia di planet mereka. Dalam konteks bumi, sumber itu mulai dari air, angin, bebatuan, minyak, hingga energi dari bintang induk. Tipe 2 adalah peradaban yang bisa memanen langsung semua energi dari satu bintang. Tipe 3 ketika peradaban itu mampu mengendalikan semua energi di galaksi.

Kardashev Scale (wikipedia)
Kardashev Scale (wikipedia)
Sayangnya kita bahkan belum di tipe 1. Carl Sagan menghitung, bahkan pada 2030 nanti kita baru di level 0,73. Perhitungan itu berdasarkan penguasaan energi oleh manusia saat ini yakni 4 x 10 pangkat 12 watt, dibandingkan dengan energi cahaya matahari sebesar 7 x 10 pangkat 17watt. Manusia baru mencapai tipe 1 ketika menguasai minimal 10 pangkat 16 watt. Namun dengan segala sumber energi yang tersedia di bumi, minus energi surya, mustahil bisa mencapai 10 pangkat 16. Sementara, pemanfaatan energi surya secara global tahun 2017 baru 2% dari pemanfaatan seluruh sumber energi.

Ada alasan mengapa kisah fiksi ilmiah menceritakan tentang peradaban maju yang 'minimal' mampu memanen energi secara langsung dari bintang induk. Karena bintang adalah 'pabrik termonuklir masif' alami dan keberlanjutannya miliaran tahun. Total energi yang matahari di intinya 4 x 10 pangkat 26 watt dan diperkirakan baru akan redup 5 miliar tahun ke depan.

Singkatnya, peradaban membutuhkan makin banyak energi untuk mencapai kemajuan, dan itu mustahil dilakukan secara berkelanjutan tanpa kemampuan memanen energi dari bintang.

EVOLUSI NANO

Setidaknya ada 4 hal utama mengapa pemanfaatan energi surya akan menjadi masa depan peradaban kita: perkembangan teknologi nano, skalabilitas, model bisnis, dan komputasi. 4 keunggulan ini tak dimiliki pemanfaatan sumber energi lain baik yang terbarukan maupun tidak.

Perkembangan teknologi nano memungkinkan terjadinya evolusi berkelanjutan pada 2 elemen penting pada pemanfaatan energi surya: photovoltaic(PV) atau panel surya, dan baterai(storage). Dengan teknologi nano, PV tak hanya bisa diubah secara fisik ke bentuk yang lebih efisien. Seperti panel genting atap yang sangat tipis dan kuat yang diciptakan Tesla Solar Roof, hingga PV yang ditanam sebagai jalan raya ala Solar Roadways. Namun nano teknologi juga memungkinkan PV menyerap energi lebih maksimal. Rekor resmi inovasi efisiensi PV atap yang tercatat saat ini adalah 22,8% oleh National Renewable Energy Laboratory. Yang masih dalam tahap pengembangan, MIT berhasil menaikkan efisiensi ke 35%. Terbaru, Techion Israel Institute of Technology menaikkannya ke efisiensi 70%. Angka ini akan terus naik, dan secara fisik PV akan terus berevolusi ke bentuk yang lebih efisien dan kontekstual.

Tesla Solar Roof (guardian)
Tesla Solar Roof (guardian)
Solar Roadways (suffolk.edu)
Solar Roadways (suffolk.edu)
Atau anda ingin membuat PV sendiri? Bisa!Saat ini PV sudah bisa dicetak secara mandiri menggunakan printer3D yang mulai populer. Printable solar cell nyaris setipis kertas dan bisa diletakkan dimanapun di rumah.
Printable solar cell (momentumenergy.com.au)
Printable solar cell (momentumenergy.com.au)
Salah satu tantangan terbesar pemanfaatan energi bersih saat ini adalah baterai sebagai penampung. Teknologi baterai disebut-sebut sebagai 'cawan suci'. Mustahil energi bersih bisa diimplementasikan secara masif tanpa baterai yang andal dan terjangkau.Dengan teknologi nano, kita layak punya harapan besar. Tesla Powerwall yang dimensinya hanya 115 cm (tinggi) x 75 cm (lebar) x 15 cm (tebal), mampu menampung hingga 14 kWh, bergaransi 10 tahun.

Berkat teknologi nano, perkembangan bahan, bentuk, dan efisiensi menjadi tidak terbatas.

Tesla Powerwall (teslarati.com)
Tesla Powerwall (teslarati.com)

SKALABILITAS GLOBAL

Dunia saat ini tak tergantung dari satu sumber energi dan melakukan energy mix. Beberapa sumber energi bersih menghadapi masalah skalabilitas karena ketersediaan secara geografis. Wind turbinetak bisa diterapkan di kawasan minim angin. Tidal power  hanya mungkin untuk pesisir. Atau biomassyang membutuhkan lahan penampung besar dengan outputyang tak menarik bagi bisnis.

Di sisi lain, energi masa depan adalah energi mandiri. Titik.

Kemandirian energi ini akan terjadi hingga skala rumah tangga dimana kita bisa menyediakan dan mengelola sumber energi masing-masing serta berada di luar jaringan sentralistik (off grid).Penyediaan energi sentralistik (on grid)seperti yang kita kenal sekarang penuh masalah. Mulai dari biaya tinggi, risiko besar, hingga inefisiensi transmisi. Dengan off grid, kita akan dihadapkan pada berbagai model bisnis dan inovasi baru yang bisa dilakukan hingga tingkat individu.

Satu-satunya sumber energi yang memiliki skalabilitas paling tinggi dan paling memungkinkan adopsinya dalam skala luas off gridhanya energi surya.Populasi manusia di dunia berkumpul dimana ada cahaya matahari meski tak diubah menjadi sumber energi sekalipun. Dari kacamata komoditas, setiap manusia memiliki akses pada sumber energi terbesar di planet ini secara gratis.

MODEL BISNIS

Salah satu alasan mengapa pertumbuhan energi surya bisa selalu di atas 20-50% per tahunkarena ia dilakukan dengan model bisnis berbeda. Komoditas yang bertautan dengan energi surya bisa diperdagangkan hingga tingkat konsumen(consumer). Seseorang bisa membeli PV untuk kebutuhan energi rumah tangga. Namun tak masuk akal bila kita membeli batubara untuk 'dibakar' sendiri di rumah. Pemanfaatan sumber energi selain surya sebagai bisnis hanya dimungkinkan secara business to business (B2B) sehingga pasarnya terbatas dan sulit diakses. Sementara, di banyak toko listrik saat ini kita bisa menemukan penjualan dan instalasi PV untuk rumah tangga. Tesla melalui Solar City menjual rumah yang sepenuhnya off gridyang energinya dihasilkan dari Tesla Solar Roof.

Ketika energi surya menjadi satu-satunya sumber energi mandiri yang bisa diandalkan secara berkelanjutan dan memiliki skalabilitas untuk mewujudkan off grid, otomatis energi bisa dipertukarkan secara peer to peer (P2P). Crowd sourcingdalam energi bukan mimpi lagi dan akan bermunculan berbagai model bisnis baru dalam ekosistem masif. Ketika individu memiliki kemampuan memproduksi komoditas, maka akan muncul penawaran dari tingkat konsumen yang memungkinkan dilakukannya model bisnis consumer to consumer (C2C). Marketplaceenergi C2C atau bahkan C2B akan menjadi umum di masa depan.

Aktivitas C2C/C2B dalam skala luas akanmenghadirkan inovasi dan usaha dengan model bisnis yang sangat beragam. Akan hadir network orchestratorsebagai mediator dengan revenue modelberbentuk komisi (brokerage fee).

Produksi energi mandiri akan meningkatkan permintaan perangkat efisiensi baik dalam bentuk hardwaredan softwareyang akan hadir dengan revenue model sekali beli (pay as you go). Tuntutan untuk tetap terhubung ke dalam jaringan membutuhkan transparansi data yang dapat dipenuhi dengan perangkat keras atau lunakinternet of things(IoT) dengan revenue model berlangganan (subscription) . Network orchestrator juga bisa menjalankan model bisnis lelang (auction) berdasarkan tingkat penawaran-permintaan secara real time dalam marketplace.

INTERNET OF ENERGY

Mari perhatikan ini. Oracle membeli perusahaan analytic software Opower seharga $ 532 juta. Google mengakuisisi Nest, startupIoT rumah tangga, senilai $ 3,2 miliar. Microsoft mengekspansi Azure sebagaicloud infrastructure  ketenagalistrikan. Satu hal yang sama pada kasus di atas yakni ketiga raksasa tersebut membuka dan mengkomersialkan yang selama ini tersembunyi dalam mesin: data.

Bagi Frederick Winslow Taylor, membuka informasi yang tersembunyi dalam mesin hanya utopia. Sementara Edward Deming mengajarkan prinsip 'Segala yang tak bisa dihitung, tak bisa diatur'. Data adalah'missing link'terbesar dalam mewujudkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan energi dari tingkat providersampai consumer. Sementara marketenergi P2P dalam baru bisa terbentuk ketika data itu sudah bisa terkuak dan diakses secara real time.

Tapi kita saat ini hidup dalam dunia utopia Taylor dimana data itu berhasil kita angkat melalui berbagai perangkat yang tersedia bebas seperti smart meter, smart switch, smart lamp dsb. Berkat komputasi, data energi sampai tingkat terkecil bisa terlihat, diatur, dan dipertukarkan. Pertukaran ini menciptakan sesuatu yang baru: Internet of Energy(IoE) dan Virtual Power Plant(VPP).

Wemo Smart Plug (slashgear.com)
Wemo Smart Plug (slashgear.com)
IoE dan VPP adalah sebuah sistem orkestrator yang tak hanya mampu mengatur efisiensi penggunaan energi secara jarak jauh, tapi juga melayani dan mengatur permintaan-penawaran di marketenergi hingga tingkat terkecil.

Mempertegas bahwa pertukaran data dan informasi hingga tingkat pengguna adalah salah satu hal paling kritikal dalam pemanfaatan energi, World Economic Forum menyebutkan bahwa blockchainsangat mungkin adalah missing link-nya. Namun blockchainsebagai teknologi transaksi digital yang terdistribusi hanya mungkin ketika data mesin sudah berhasil dikeluarkan dan ditransaksikan.

Energy blockchain (weforum.org)
Energy blockchain (weforum.org)

LANGIT ADALAH BATASNYA

Setiap ditanya oleh para teman-teman pengusaha tentang apa prospek bisnis yang cerah di masa depan, saya selalu menjawab: tenaga surya dan utilitas energi off grid.Saya percaya Kardashev Scale. Semakin maju sebuah peradaban, makin banyak pula energi yang dibutuhkan. Sementara kita tak bisa lagi mengandalkan energi fosil yang ketersediaannya terus menurun dan memiliki banyak isu lingkungan. Sedangkan energi surya adalah yang paling berlimpah dengan kuantitas yang lebih dari cukup untuk kita utilisasi hingga tingkat individu secara gratis. Dari segi skalabilitas, model bisnis dan komersialisasi, energi surya yang paling bisa diandalkan keberlanjutannya dibanding sumber lain di planet ini.

Kita memang bukan Pertamina, Tesla, atau Google yang memiliki keleluasaan mengembangkan inovasi bidang energi dalam skala besar. Namun lahirnya off grid berkat utilisasi energi surya hingga tingkat consumer melahirkan peluang yang tak terbatas bahkan untuk usaha kecil-menengah. Segala utilitas dalam bentuk layanan jasa, hardwaredan softwareyang mampu menurunkan biaya, meningkatkan produktivitas, berharga terjangkau, dan memiliki skala ekonomi, akan menjadi bisnis besar di masa depan.

Kita tak mesti menjadi produsen PV atau berinovasi baterai. Kita bisa memulai dengan menyediakan jasa instalasi, pemeliharaan, perbaikan, atau penjualan. Bagi yang memiliki kemampuan elektrikal, bisa bereksperimen IoT sederhana menggunakan Arduino. Mereka yang memiliki passion pada komputasi, menciptakan utilisasi dan aplikasi IoE, VPP, dan blockchainadalah ladang bermain mereka.

Kita hidup di sebuah zaman keemasan yang hanya jadi utopia bagi generasi sebelum kita. Berbicara peluang dalam memanen matahari, langit adalah batasnya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun