Produk mobile wallet yang sekarang tengah gencar dipromosikan di Indonesia salahsatunya adalah rekening ponsel yang dimulai CIMB Niaga 2013 lalu. Tanpa kartu, tanpa buku tabungan, tanpa perlu datang ke bank, nasabah bisa gunakan rekening ponsel untuk pembayaran, transfer dana, sampai tarik tunai di ATM. Rekening ponsel bahkan bisa digunakan di feature phone (ponsel non-smartphone). Sekarang, mobile wallet jenis ini juga disediakan oleh bank nasional lain seperti Bank Mandiri dengan nama e-Cash dan T-Bank dari BRI. Sebagai bank yang ditugasi menyalurkan dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), BRI dan Bank Mandiri juga menyalurkannya lewat rekening ponsel.
DEMATERIALISASI: DEMI BUMI, MANUSIA DAN PERADABAN
Tidak sedikit orang yang beranggapan perubahan bentuk pertukaran uang tunai (cash) menjadi uang elektronik/digital (e-money/cashless) semata-mata adalah tren dan strategi bisnis perbankan. Tidak. Perubahan material dan cara pertukaran ini adalah bagian dari misi bersama umat manusia dalam dematerialisasi untuk kelangsungan hidup bumi dan manusia. Dalam aspek ekonomi, demateralisasi adalah pengurangan penggunaan kuantitas material secara absolut atau relatif untuk meningkatkan fungsi ekonomi di masyarakat. Singkatnya, dematerialisasi adalah ‘doing more with less’ (melakukan lebih dengan cara minimal).
Club of Rome sebagai global think tank pada 1972 melaporkan soal Batas Pertumbuhan (The Limits of Growth). Isinya adalah gambaran hasil simulasi komputer soal hubungan antara pertumbuhan populasi manusia, ekonomi, sumberdaya alam (SDA) yang terbatas dan potensi polusi. Kesimpulannya, bumi dan manusia bisa kolaps bila permintaan (demand) atas SDA tidak teratasi. Populasi makin meningkat, permintaan barang naik, sementara barang membutuhkan SDA sebagai bahan baku. Industri pengolah bahan baku pasti pasti juga ikut naik dan pencemaran kian meningkat. Mereka merekomendasikan negara-negara di dunia untuk mendorong dematerialisasi, mengubah bentuk barang sehingga membutuhkan SDA lebih sedikit atau tidak samasekali demi menyelamatkan planet dan seisinya.
Mari bayangkan, berapa pohon harus ditebang demi dijadikan kertas bila saat ini kita tidak mengenal email dan situs berita. Berapa luas hutan mesti digunduli dan mineral digali untuk dijadikan uang kartal bila kita tak mengenal uang elektronik. Berapa tembaga harus diangkat dari dalam bumi bila pita kaset musik tidak digantikan MP3. Jangan lupakan berapa jumlah SDA migas dan ekstraktif yang dihabiskan agar industri bisa mengolah bahan baku tersebut. Bumi, manusia dan peradaban memang bisa kolaps betulan tanpa dematerialisasi.
Sehingga, perubahan bentuk sebuah materi menjadi lebih ringkas dan dengan sumberdaya lebih minim, tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi di masyarakat seperti efisiensi, efektivitas, kecepatan dan integrasi. Tapi juga upaya manusia — kita semua — untuk kelangsungan hidup planet, manusia dan peradaban. Dematerialisasi adalah keniscayaan sebagai upaya manusia untuk terus bertahan hidup sebagai spesies.
MASA DEPAN ADA DI GADGET
Terus terang, saya merasa lebih bisa bertahan hidup tanpa dompet dibanding tanpa ponsel. Dalam ponsel saya (yang cuma satu dan keluaran tahun 2011) ada rekening ponsel, 2 mobile banking, 3 kartu kredit yang terdaftar di mobile wallet, data dan foto KTP, SIM, paspor, NPWP dan kartu-kartu lain, serta bisa dipakai menghubungi orang lain tentunya. Kalau saya ‘terdampar di negeri orang’ tanpa dompet, tinggal gunakan rekening ponsel saja untuk menarik uang dari ATM tanpa kartu. Untuk beli tiket tinggal beli di internet dan bayar pakai mobile wallet.
Gadget atau gawai adalah bentuk nyata dari dematerialisasi sebagai peranti dengan fungsi yang makin kaya, canggih dan bentuk yang praktis. Ponsel adalah gadget yang saat ini jumlahnya lebih banyak ketimbang populasi manusia.
Dalam laporan yang disusun Steffen Damkjaer Hansen, Master Engineering Psychology dari Electronic System Department Aalbor University, menyebutkan bahwa mobile payment adalah future payment (pembayaran masa depan) atau future money (uang masa depan). Penggunaan uang tak bisa lagi dibatasi oleh teritorial dan pemiliknya harus bisa mengakses uangnya setiap saat. Tulisan saya berjudul ‘Petaka Tunai di Phuket’ adalah gambaran bahwa saya tetap punya akses ke uang saya di bank nasional meski berada di luar negeri. Keraguan saya terhadap sistem perbankan yang sudah borderless (tanpa batas negara) membuat saya rugi besar secara finansial.
Mobile payment seperti dikatakan Karnouskus dalam Mobile Payment Forum 2002 adalah: segala pembayaran yang menggunakan perangkat elektronik bergerak (mobile device) dalam memulai, mengotorisasi dan mengonfirmasi pertukaran finansial untuk mendapatkan imbal balik barang atau jasa.Â
Apa mobile device paling banyak dipakai saat ini? Ponsel.