Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Balikpapan: Dari Hutan ke Kota Paling Dicintai di Dunia

19 Mei 2015   14:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:49 42822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah Alam, sekolah di Balikpapan yang terletak di dalam hutan kecil tengah kota (sekolahalambalikpapan.net)

Bila Big Data lalulintas dimanfaatkan secara aktif oleh @Polres_BPPN, maka Big Data bencana dimanfaatkan secara maksimal oleh satuan pemadam kebakaran lewat akun Twitter @FireFighterBPN. Para admin @FireFighterBPN yang bekerja secara voluntir menerima setiap laporan bencana yang ditujukan langsung kepada mereka atau lewat buzzer seperti @KotaBalikpapan, umumnya menggunakan hashtag #SikonBPN. Tak hanya rajin berkampanye soal penanganan bencana, admin @FireFighterBPN juga selalu melaporkan perkembangan penanganan dari lapangan saat bencana berlangsung. [caption id="attachment_1677" align="aligncenter" width="600" caption="Bekerjasama berkomunikasi dan memberikan informasi bencana (Dokpri)"]

[/caption] Big Data cuaca Balikpapan dipegang oleh akun Twitter @BMKG_Balikpapan milik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), umumnya dengan hashtag #CuacaBPN. Mereka secara rutin menginformasikan prakiraan dan kondisi cuaca. Bila sedang hujan, @BMKG_Balikpapan akan menginformasikan secara real time daerah mana saja yang telah turun hujan dan prakiraan lama hujan. Bagi warga yang ingin mendapatkan informasi terbaru soal cuaca, tinggal mendaftarkan nomor ponsel mereka ke BMKG agar mendapat notifikasi SMS cuaca.

Big Data #SikonBPN dan #CuacaBPN salah satu sumber terpentingnya adalah laporan warga yang dibagikan lewat Twitter atau melalui buzzer. Jadi, baik aparat, warga dan pelaku usaha (buzzer) bekerja sama dalam memanfaatkan Big Data ini dengan semangat volutarisme dan tujuan meningkatkan kualitas kehidupan. Semuanya tanpa biaya. [caption id="attachment_1678" align="aligncenter" width="600" caption="Bekerjasama berkomunikasi dan memberikan informasi cuaca (Dokpri)"]

[/caption] Voluntarisme warga Balikpapan ini juga tampak sangat jelas di media sosial. Ada belasan akun Twitter informasi perkotaan yang dikelola secara aktif dan hidup secara mandiri. Mereka secara rutin dan aktif membagikan informasi atau jadi hub (perantara) informasi warga.

Hiruk-pikuk media sosial Balikpapan turut dimanfaatkan oleh pelaku usaha yang mayoritas anak muda. Setidaknya, saat ini ada 400 lebih akun Twitter bisnis di Balikpapan yang menyediakan berbagai produk dan jasa. Mulai dari properti sampai ojek, dari isi ulang tinta printer sampai servis elektronik.

Pada tahun 2014, saya adalah mentor utama dalam program pembinaan UKM se-Balikpapan yang diselenggarakan oleh Telkom Kaltim. Setiap 2 minggu sekali selama 6 bulan, saya memberikan workshop pengembangan bisnis UKM lewat media sosial kepada total 300 pelaku usaha UKM se-Balikpapan. Gratis.

Kami memahami APBD kota kami tidak cukup besar untuk mengutilisasi Big Data, dan kami tidak menangisinya atau mengeluh. Tapi kami -- warga, pemerintah dan pelaku usaha - menempuh cara lain untuk mewujudkannya lewat kemandirian dan partisipasi. Gratis, tanpa biaya dan hasilnya membanggakan. [caption id="attachment_1679" align="aligncenter" width="600" caption="Penulis ketika memberi workshop gratis pengembangan bisnis UKM lewat media sosial (Dokpri)"]

[/caption] [caption id="attachment_1680" align="aligncenter" width="600" caption="Penulis setelah memberi workshop manajemen reputasi wisata Balikpapan kepada para finalis Duta Wisata Balikpapan (Dokpri)"]
Penulis setelah memberi workshop manajemen reputasi wisata Balikpapan kepada para finalis Duta Wisata Balikpapan (Dokpri)
Penulis setelah memberi workshop manajemen reputasi wisata Balikpapan kepada para finalis Duta Wisata Balikpapan (Dokpri)
[/caption]

 

KOTA KAMI PALING DICINTAI SE-DUNIA

Kerja warga, aparat serta pelaku usaha Balikpapan dalam kemandirian, partisipasi, voluntarisme, Big Data dan pelestarian lingkungan hidup itu tampak jelas di mata World Wild Fund (WWF) -- sebuah organisasi PBB dalam pelestarian lingkungan. Balikpapan dinobatkan sebagai Kota Paling Dicintai di Dunia 2015. [caption id="attachment_1681" align="aligncenter" width="600" caption="Balikpapan sebagai pemenang The Most Loveable Sustainable City 2015 dari WWF (Welovecities)"]

[/caption] Pada 2015 WWF lewat program We Love Cities memilih 47 kota di dunia yang dianggap berhasil dalam mengembangkan pengelolaan lingkungan sebagai pembangunan yang berkelanjutan. Perwakilan dari Indonesia adalah Jakarta, Semarang dan Balikpapan. Cara penentuan pemenangnya adalah dengan memberikan usulan pengembangan lingkungan secara online, voting online dan jumlah foto kota yang disebarkan warga di Twitter dan Instagram.

Di atas kertas, populasi Balikpapan bukan apa-apa dibanding Semarang, apalagi Jakarta yang jadi 'Ibukota Twitter' dalam urusan jumlah Big Data. Kami juga harus bersaing dengan Singapura, Seoul, Vancouver, Hatyai, Johannesburg, bahkan Paris. Tapi para aktivis lingkungan dan aparat pemerintah tidak bosan-bosan turun langsung ke sekolah, perkantoran, pusat perbelanjaan dan tempat umum lain hampir setiap hari untuk meminta warga ikut serta. Setiap akun informasi perkotaan Balikpapan juga rutin setiap hari mengingatkan follower untuk terus partisipasi. Di Twitter dan Instagram partisipasi ini disampaikan lewat hashtag #WeLoveBalikpapan. Sampai di titik akhir, Balikpapan tampil jadi juara menyingkirkan Paris sebagai rival terdekat.

Saya sendiri sebagai orang yang berprofesi pengembang media sosial untuk bisnis, masih tidak percaya warga Balikpapan bisa mengalahkan Paris, bahkan Jakarta, dalam partisipasi di Big Data. Tapi ini terjadi. [caption id="attachment_1682" align="aligncenter" width="600" caption="Semua lapisan masyarakat dan aparat bahu-membahu dalam kampanye #WeLoveBalikpapan (Twitter)"]

[/caption]

 

PANGGIL KAMI 'ORANG HUTAN'

Waktu kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, saya kerap diejek mahasiswa dari daerah lain sebagai 'orang hutan'. Mereka memandang Kalimantan, termasuk Balikpapan, adalah hutan. Sebagai anak muda yang naif dan tak mau kalah, tentu saja saya tersinggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun