Bila Big Data lalulintas dimanfaatkan secara aktif oleh @Polres_BPPN, maka Big Data bencana dimanfaatkan secara maksimal oleh satuan pemadam kebakaran lewat akun Twitter @FireFighterBPN. Para admin @FireFighterBPN yang bekerja secara voluntir menerima setiap laporan bencana yang ditujukan langsung kepada mereka atau lewat buzzer seperti @KotaBalikpapan, umumnya menggunakan hashtag #SikonBPN. Tak hanya rajin berkampanye soal penanganan bencana, admin @FireFighterBPN juga selalu melaporkan perkembangan penanganan dari lapangan saat bencana berlangsung. [caption id="attachment_1677" align="aligncenter" width="600" caption="Bekerjasama berkomunikasi dan memberikan informasi bencana (Dokpri)"]
Big Data #SikonBPN dan #CuacaBPN salah satu sumber terpentingnya adalah laporan warga yang dibagikan lewat Twitter atau melalui buzzer. Jadi, baik aparat, warga dan pelaku usaha (buzzer) bekerja sama dalam memanfaatkan Big Data ini dengan semangat volutarisme dan tujuan meningkatkan kualitas kehidupan. Semuanya tanpa biaya. [caption id="attachment_1678" align="aligncenter" width="600" caption="Bekerjasama berkomunikasi dan memberikan informasi cuaca (Dokpri)"]
Hiruk-pikuk media sosial Balikpapan turut dimanfaatkan oleh pelaku usaha yang mayoritas anak muda. Setidaknya, saat ini ada 400 lebih akun Twitter bisnis di Balikpapan yang menyediakan berbagai produk dan jasa. Mulai dari properti sampai ojek, dari isi ulang tinta printer sampai servis elektronik.
Pada tahun 2014, saya adalah mentor utama dalam program pembinaan UKM se-Balikpapan yang diselenggarakan oleh Telkom Kaltim. Setiap 2 minggu sekali selama 6 bulan, saya memberikan workshop pengembangan bisnis UKM lewat media sosial kepada total 300 pelaku usaha UKM se-Balikpapan. Gratis.
Kami memahami APBD kota kami tidak cukup besar untuk mengutilisasi Big Data, dan kami tidak menangisinya atau mengeluh. Tapi kami -- warga, pemerintah dan pelaku usaha - menempuh cara lain untuk mewujudkannya lewat kemandirian dan partisipasi. Gratis, tanpa biaya dan hasilnya membanggakan. [caption id="attachment_1679" align="aligncenter" width="600" caption="Penulis ketika memberi workshop gratis pengembangan bisnis UKM lewat media sosial (Dokpri)"]
Â
KOTA KAMI PALING DICINTAI SE-DUNIA
Kerja warga, aparat serta pelaku usaha Balikpapan dalam kemandirian, partisipasi, voluntarisme, Big Data dan pelestarian lingkungan hidup itu tampak jelas di mata World Wild Fund (WWF) -- sebuah organisasi PBB dalam pelestarian lingkungan. Balikpapan dinobatkan sebagai Kota Paling Dicintai di Dunia 2015. [caption id="attachment_1681" align="aligncenter" width="600" caption="Balikpapan sebagai pemenang The Most Loveable Sustainable City 2015 dari WWF (Welovecities)"]
Di atas kertas, populasi Balikpapan bukan apa-apa dibanding Semarang, apalagi Jakarta yang jadi 'Ibukota Twitter' dalam urusan jumlah Big Data. Kami juga harus bersaing dengan Singapura, Seoul, Vancouver, Hatyai, Johannesburg, bahkan Paris. Tapi para aktivis lingkungan dan aparat pemerintah tidak bosan-bosan turun langsung ke sekolah, perkantoran, pusat perbelanjaan dan tempat umum lain hampir setiap hari untuk meminta warga ikut serta. Setiap akun informasi perkotaan Balikpapan juga rutin setiap hari mengingatkan follower untuk terus partisipasi. Di Twitter dan Instagram partisipasi ini disampaikan lewat hashtag #WeLoveBalikpapan. Sampai di titik akhir, Balikpapan tampil jadi juara menyingkirkan Paris sebagai rival terdekat.
Saya sendiri sebagai orang yang berprofesi pengembang media sosial untuk bisnis, masih tidak percaya warga Balikpapan bisa mengalahkan Paris, bahkan Jakarta, dalam partisipasi di Big Data. Tapi ini terjadi. [caption id="attachment_1682" align="aligncenter" width="600" caption="Semua lapisan masyarakat dan aparat bahu-membahu dalam kampanye #WeLoveBalikpapan (Twitter)"]
Â
PANGGIL KAMI 'ORANG HUTAN'
Waktu kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, saya kerap diejek mahasiswa dari daerah lain sebagai 'orang hutan'. Mereka memandang Kalimantan, termasuk Balikpapan, adalah hutan. Sebagai anak muda yang naif dan tak mau kalah, tentu saja saya tersinggung.