Dengan data visual content ini, media online bukan saja makin 'dipaksa' mengakui bahwa mereka membutuhkan Facebook. Tapi mereka juga bisa memangkas kebutuhan finansial, infrastruktur teknologi dan SDM yang sangat tinggi. Data-data visual seperti foto dan video tidak saja membutuhkan tempat penyimpanan yang besar, tapi juga konektivitas atau bandwith tinggi pada website mereka -- dan harus dirawat terus-menerus. Misal, bukan cerita baru kalau membuka foto atau video di sebuah website bisa memakan waktu lama. Bukan hanya karena bandwith server website itu yang kurang, tapi teknologi websitenya kurang canggih. Tapi kalau mereka taruh data visual itu di Facebook, biar para jenius di Silicon Valley yang urus -- dan mereka terbukti jagoan.
DULU MEMBAYAR, KINI DIBAYAR
Sampai saat ini bila kita ingin berpromosi di Facebook, kita harus bayar. Begitu pula dengan media online. Tapi dengan konsep yang baru ini, Facebook dan media online akan saling berbagi pendapatan iklan. Facebook akan menggunakan laman media online di Facebook untuk menampilkan iklan bagi pembaca media tersebut. Jadi, bila media online sebelumnya membayar untuk beriklan di Facebook, kini mereka dibayar oleh Facebook.
Seberapa gurihnya iklan Facebook?
Pada 2014, pendapatan Facebook $12,5 miliar atau Rp162,5 triliun atau naik 58% dibanding tahun sebelumnya. Memang masih kalah dibanding revenue Google Ads dengan $66 miliar  pada 2014. Tapi dengan pertumbuhan revenue Google Ads yang 'cuma' 19%, angka pertumbuhan 58% Facebook ads benar-benar menjanjikan.
MEDIA AKAN MENYERAHKAN SEGALANYA
Dengan semua keuntungan yang ditawarkan Facebook di atas, seberapa kuat kiranya media online menolak itu? Tapi di sisi lain mereka akan menyerahkan hal-hal sangat vital untuk dikendalikan Facebook.
Seperti dikatakan Ravi Somaiya, media akan kehilangan data-data berharga soal pembaca dan perilaku mereka yang dulu didapatkan lewat backend situs mereka. Facebook memang belum mengumumkan data apa saja yang akan mereka bagi dengan media rekanan. Meski pun dibagi semua, Facebook akan dapat data-data berharga ini secara 'gratis' untuk diri mereka sendiri. Facebook akan lebih mengenal lebih banyak pengguna. Data-data ini akan memperkuat bisnis Facebook -- untuk dijual kepada pengiklan.
Data-data trafik juga akan dimanfaatkan Facebook untuk melawan kompetitor mereka -- terutama Youtube dalam persaingan video content. Ketika media online di Facebook mempublikasikan lebih banyak video dan mendapatkan pemirsa, Facebook akan mengatakan kepada pengiklan bahwa mereka lebih baik ketimbang Youtube di jagad video.
Mempublikasikan konten dari website ke Facebook juga sama saja memindahkan pembaca dan pengiklan dari website ke Facebook. Media online akan kehilangan kontrol atas pembaca dan pengiklan --kontrol itu beralih ke Facebook. Kelak, kita juga tidak akan lagi kenal dengan website media online, tapi media Facebook.
Yang terpenting, ketika semua ini diserahkan ke Facebook karena kenikmatan yang mereka tawarkan, media online akan sepenuhnya menyerahkan nasib brand mereka ke tangan Facebook. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H