Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (bahasa Arab: ) (1058 (umur -54--53)) adalah seorang filsuf dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad pertengahan.
Ia berkuniah Abu Hamid karena salah seorang anaknya bernama Hamid.Gelar dia al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia (kini Iran). Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa dia bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia.Ia pernah memegang jabatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.
Ia dianggap sebagai Mujaddid abad ke-5, seorang pembaru iman; yang, menurut hadis kenabian, muncul setiap 100 tahun sekali untuk memulihkan iman Komunitas Islam. Karya-karyanya sangat diakui oleh orang-orang sezamannya sehingga al-Ghazali dianugerahi gelar kehormatan "Bukti Islam" (Hujjat al-Islam).
Al-Ghazali percaya bahwa tradisi spiritual Islam telah hampir mati dan bahwa ilmu-ilmu spiritual yang diajarkan oleh generasi pertama umat Islam telah dilupakan. Keyakinan ini mendorongnya untuk menulis magnum opusnya yang berjudul Ihya Ulumuddin (translit. Kebangkitan Ilmu Pengetahuan Agama). Di antara karya-karyanya yang lain, Tahafut al-Falasifah (Incoherence of the Philosophers translit. Inkohorensi Para Filsuf) adalah tengara dalam sejarah filsafat, karena memajukan kritik terhadap sains Aristotelian yang dikembangkan kemudian di Eropa abad ke-14.
Beberapa studi tentang kejiwaan yang pernah dilakukan oleh Al Ghazali,Al hazimi menyimpulkan kontributsi Al Ghazali dalam ilmu jiwa sebagaimana berikut:Â
Al Gazali adalah orang pertama kali menyebutkan ilmu jiwa adalah pengetahuan yang berkaitan dengan jiwa, dan menyebutnya juga sebagai ilmu Muamalah, untuk menunjukkan pentingnya aspek prilaku, sedangkan kata Muamalah sangat luas dan menyangkut seluruh hal yang berkaitan dengan agama. Dalam sebuah hadits disebutkan: ( (, beliau mengatkan: Mempelajari ilmu jiwa hukumnya wajib, dengan berdasarkan pada firman Allah dalamÂ
QS: Adz Zariyaat, 20-21. 20.Â
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?Â
Studi tentang motivasi manusia dan segala jenisnya, dan beliau menyebutkan motivasi dengan sebutan serdadu hati dan kekuatan jiwa, serta membaginya dengan serdadu yangmenggerakkan pada amarah dan serdadu yang menggerakkan pada pengetahuan, seperti ingatan, pikiran, dan khayalan.Â
Menyajikan jenis-jenis prilaku secara ilmiah dan analisis. Ada jenis prilaku alami/ prilaku yang tidak bisa dihindari seperti bernafas, atau prilaku pilihan seperti berjalan, berbicara, menulis.Â
Studi secara mendetail tentang unsur-unsur tradisi dan akhlak dan kemungkinan mengubahnya, dan kritik terhadap tradisi yang lumrah saat itu, seperti tradisi dalam rumah tangga, di pasar dan di jalan. Studi mendalam mengenai fenomena pergaulan, pembagian dan jenisnya, dengan melakukan perbandingaan antara orang yang suka bergaul dan orang yang suka menyendiri. Dalam hal ini Al Ghazali berangkat dari Hadits Rasul yang mengatakan: . ."Â
Menunjukkan teori pembelajaran dengan bersyarat, (Dampak sebuah motiv bersyarat) seperti yang dikenalkan oleh Pavlov (1318.H/ 1900.M). Beliau mengatakan: " Ketika jiwa seseorang membayangkan sesuatu, seluruh anggota tubuh dan kekuatan yang ada dalam tubuh tersebut digerakkan menuju sesuatu yang diinginkan tersebut, hingga ketika yang dibayangkan itu hal yang baik, maka kesukaanya makin kuat, dan berujung dengan derasnya air liur. Dalam teori Al Ghazali dijelaskan bahwa mengalirnya air liur desebabkan oleh penilaian pada yang dibayangkan, karena banyak hal diantaranya:Â
Karena jiwa seseorang dengan lainya saling berpengaruh, sebagai contoh ketika seseorang hidup dalam sekelompk orang yang bersedih, atau ketika temanya sedih ia akan terbawa sedih juga. Karena setiap pemandangan yang nampak terus menerus di mata kita akhirnya akan mengikat jiwa kita. Al Ghazali dalam menunjukkan teorinya berdasarkan pada uji coba dalam kehidupan manusia, karena pada saat itu belum ada LAB, terutama dalam teori Pembelajaran serupa bersyarat, yang sama sekali tidak membutuhkan kontiyuitas dan pengulangan sebagai contoh, seseorang yang pernah digigit ular, ia belajar untuk takut pada setiap tali yang berwarna hitam di waktu malam, padahal tidak ada kesamaan antara ular dan tali kecuali dalam anggapan saja dan ia tak akan terulang kedua kalinya digigit oleh ular.Â
Al Ghazali dan Ilmu Fisiologi Ilmu yang berbicara tentang fungsi anggota tubuh dalam kaitanya dengan prilaku (fisiologi) menegaskan bahwa akal adalah sebagai pengendali dan penguasa prilaku seseorang, hal ini merujuk pada hasil studi dan penelitian yang dilakukan dewasa ini. Pandangan ini berbeda dengan Alqur'an yang menyatakan dengan gamblang bahwa yang yang mengendalikan prilaku manusia adalah Qalbu. Lihat QS: Al A'raf, 179 Allah berfirman: Dalam hadist nabi juga disebutkan: . ( ) Menurut Rabi' Al Ghazali menjelaskan makna kalbu (Akal) dan korelasinya dengan prilaku dengan mengunakan argument Alquran seperti berikut:
1.Kalbu adalah daging paniel yang bentuknya seperti tisu terletak dalam dada, dan di dalamnya ada pengering, memiliki kantong /capatis untuk menampung darah hitam, sebagai sumber/pusat/ roh hewani.
2. Kalbu adalah sesuatu yang lembut bersifat rabbani, ia merupakan hakekat manusia yang dapat mengerti alam bisa berdialog, tempat diberi pahala dan disiksa.Â
3. Kalbu memiliki dua serdadu, satu bisa melihat dengan alat indra, seperti mata, telinga, mulut, dan satunya tidak bisa melihat kecuali dengan nurani seperti kekuatan jiwa. Kedua serdadu tersebut memiliki tugas dan fungsi sebagaimana berikut:Â
A. Sebagai pendorong untuk meraih hal-hal yang positif seperti syahwat, dan penolak terhadap hal yang negative seperti amarah. Al Gazali menyebutkan hal ini dengan istilah Iradah/keinginan.Â
B. Sebagai pengerak terhadap anggota tubuh untuk mencapai tujuanya, hal ini disebut dengan Kudrat/kemampuan. \
C. Yang mengenal dan mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan energy pendengaran, penglihatan, ciuman, rasa, sentuhan, dan semua itu ada pada bagian fisik luar yang terstruktur dalam wujud daging, urat, saraf, darah, tulang, semuanya menggunakan kekuatan kalbu ini.Â
D. Kalbu memiliki dua serdadu: - Serdadu Zahir yang terdiri dari shahwat, amarah, dan bertempat di kedua tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh lainya. - Serdadu Batin, dan tempatnya pada akal (otak), ia adalah kekuatan berfikir dan berimajinasi, berperaduga, dan setiap kekuatan itu memiliki peran masingmasing. - memiliki dua serdadu, dan keduanya sangat patuh melayaninya Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Al Gazali melihat kalbu dengan merujuk pada konsep Alquran yang berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan perilaku.
Perilaku (Behavior) dalam Pandangan Al Ghazali Menurut Mansur (2001) dan lainya, Al Gazali dalam memandang sebuah prilaku ditinjau dari beberapa dimensi, dan banyak memiliki kesamaan dengan psikologi modern, hal ini bisa dilihat bahwa perilaku menurutnya:Â
1. Dorongan/ motivate
2. Target dan tujuanÂ
3. Mengandung perasaan, pengetahuan, emosionalÂ
4. Memiliki efektifitasÂ
5. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan Â
6. Prilaku emosional, nurani, logic. Selanjutnya Mansur menyebutkan bahwa Al Ghazali dalam menjelaskan fungsi jiwa dengan tiga krakter, ada yang bersifat nabati, hewani, insani, dan semua kekuatan jiwa yang sejenisnya, dalam hal ini Al Ghazali mengenai kekuatan jiwa sama penafsiranya dengan Ibnu Sina.Â
7. Ada perbedaan tingkatan dalam prilaku, tergantung pada dominasi motive, namun beliau menjelaskan bahwa sebuah perilaku yang dikontrol oleh kemauan yang manusiawi, ketika ia dalam dirinya memiliki nilai-nilai (values) mulia. Dan hal ini yang tidak diterima oleh psikologi modern. Beliau menyebutnya dengan motivasi Malaikat.Â
8. Beliau sangat perhatian pada prilaku agama dan beragama, dan peran emosi keagamaan dalam prilaku, dan semua aliran psikologi tidak mengakui dimensi agama dalam perilaku.
Beberapa karya Al Ghazali yang berkaitan dengan masalah Pendidikan dan Ilmu Jiwa antara lain:Â
1. Ihya'u UlumiddinÂ
2. Maarijul QudsÂ
3. Manhajul ArifinÂ
4. Raudatul TalibinÂ
5. As SaadahÂ
6. Ayyuhal WaladÂ
7. Mizanul AmalÂ
8. Kimiyaus Saadah
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H