4. Dejavu dalam Ilmu Pengetahuan
Para ilmuwan telah mengemukakan berbagai teori untuk menjelaskan fenomena dejavu. Salah satu teori yang paling umum adalah bahwa dejavu terjadi karena gangguan dalam proses memori otak. Dalam hal ini, otak kita mungkin mengalami kesalahan dalam memproses informasi baru sehingga membuat kita merasa seperti sudah pernah mengalami kejadian tersebut sebelumnya.
Misalnya, jika kamu melihat sesuatu yang mirip dengan sesuatu yang pernah kamu lihat sebelumnya, tetapi tidak persis sama, otakmu mungkin menganggapnya sebagai pengalaman yang sudah dikenal. Ada juga teori yang menyebutkan bahwa dejavu bisa muncul akibat ketegangan atau stres, yang dapat memengaruhi bagaimana kita merasakan dan mengingat waktu dan pengalaman.
5. Kaitan Dejavu dengan Kepercayaan dan Spiritualitas
Di luar penjelasan ilmiah, berbagai budaya dan kepercayaan spiritual sering kali memiliki pandangan unik tentang dejavu. Beberapa orang percaya bahwa dejavu adalah tanda atau petunjuk dari alam semesta atau kekuatan yang lebih tinggi. Dalam pandangan ini, dejavu bisa dianggap sebagai sinyal bahwa kamu sedang berada di jalur yang benar atau sebaliknya, sebagai peringatan untuk berhati-hati. Misalnya, dalam beberapa tradisi spiritual, dejavu mungkin dianggap sebagai bentuk komunikasi dari dunia gaib atau sebagai tanda bahwa seseorang sedang mengalami proses spiritual atau pertumbuhan pribadi.
Daftar Pustaka
- Brown, D. J. (2018). The Psychology of Dj Vu. Journal of Cognitive Neuroscience.
- Cardena, E., & Terhune, D. B. (2014). The Parapsychological Imagination: Cognitive and Neuroscientific Perspectives. Journal of Parapsychology.
- Muthusamy, S. (2016). Neuropsychological Aspects of Dj Vu Experiences. Neuropsychologia, 85, 100-109.
Dejavu adalah fenomena yang memikat dan penuh misteri. Meskipun kita belum sepenuhnya memahami bagaimana dan mengapa dejavu terjadi, pengetahuan yang ada saat ini membantu kita untuk lebih menghargai kompleksitas otak dan proses psikologis kita. Jadi, lain kali kamu mengalami dejavu, ingatlah bahwa itu mungkin hanya salah satu cara otak kita berinteraksi dengan ingatan dan pengalaman baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H