Bahasa menjadi kunci penting dalam kehidupan manusia, karena dengan bahasa, manusia bisa saling berkomunikasi. Dalam berkomunikasi dengan orang sekitar pastinya kita semua menggunakan bahasa yang sering kita gunakan di dalam lingkungan kita masing-masing.Â
Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki beragam suku, etnis dan ras, tentunya hal itu mendorong munculnya keberagaman bahasa pula tergantung daerah atau lingkungan masing-masing.Â
Secara universal kita semua menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi, karena kita merupakan warga negara Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:19) bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer dan digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Dalam suatu kondisi secara tidak langsung saat kita sedang berkomunikasi dengan orang terdekat, terkadang kita secara tidak sadar menggunakan kata yang telah dimodifikasi dalam berinteraksi. Sisipan kata-kata atau diksi modifikasi itu dapat muncul karena pengaruh lingkungan sekitar dan kedekatan hubungan orang tersebut.Â
Diksi atau bahasa gaul tersebut sering dikenal sebagai "slang" yang kini beredar luas dan popular digunakan oleh para remaja generasi Z. Menurut Mulyana (2015:2) bahasa gaul merupakan kata-kata yang memiliki arti khusus, unik, menyimpang, atau bahkan bertentangan dengan arti yang lazim dikenal oleh orang-orang dari subkultur tertentu.Â
Bahasa gaul atau "slang" sering digunakan ketika berada dalam lingkungan kelompok dan menjadi ciri khas sehingga orang yang berada diluar kelompok itu tidak akan memahami "slang" ini. Hal ini ditegaskan oleh Samovar (2015:275) bahasa gaul "slang" adalah suatu cara untuk menandai identitas sosial atau linguistik.
Bahasa gaul atau "slang" ini sering kita dengarkan dalam interakasi sehari-hari, bahasa gaul ini seolah sudah menjadi sebuah kebiasaan dan kini seperti wajib untuk disisipkan ketika sedang berkomunikasi dengan teman-teman. Isitlah "slang" ini sudah ada sejak zaman generasi milenial, menurut narasumber saya yang berusia 55 tahun, kata-kata seperti ini sudah mereka gunakan sejak dulu.Â
Dalam konteks zaman sekarang tentu saja bahasa gaul generasi itu sudah banyak termodifikasi secara tidak langsung, karena sudah masuk ke lintas generasi yang berbeda.Â
Bahasa gaul tersebut adalah seperti "Kongkow" yang berarti berkumpul atau bahasa sekarangnya adalah nongkrong, kemudian ada "Gatot" dan "Matot" istilah ini sebenarnya adalah singkatan dari gagal total dan mati total. Bahasa gaul seperti itu biasa mereka ucapkan ketika sedang berinteraksi di lingkup pertemanan, melalui itu juga menandakan jika bahasa gaul ini merupakan bahasa non-formal dan bahasa tidak baku.
Generasi Z sekarang ini mulai gemar menggunakan istilah khusus "slang" ini, karena menurut mereka hal ini menyenangkan dan menunjukan kedekatan serta ciri khas mereka, hal ini juga saya rasakan di posisi generasi Z. Dalam generasi sekarang ini bahasa gaul sudah dimodifikasi dan diperbarui sehingga berbeda dengan bahasa gaul generasi terahulu, maka dari itu istilah atau "slang" ini hanya dipahami oleh orang-orang yang berada dalam generasi Z.Â
bahasa gaul saat ini beragam dan unik, misalnya seperti penggunaan "Kuy" saat mengajak "Kuy nongkrong" yang sebenarnya hanya membalik kata "yuk", kemudian ada "Cabs" digunakan ketika akan pergi atau meninggalkan tempat "Cabs nongkrong kuy" yang berarti ajakan untuk berkumpul atau nongkrong.Â
Bahasa gaul kini masih tetap eksis seperti dulu akan tetapi bahasa gaul kini hadir dalam versi yang berbeda karena telah terpengaruh lintas generasi dan tentu saja globalisasi.Â
Dalam mengganti bahasa gaul generasi sekarang lebih terpengaruh pada saat penggunaan sosial media sehingga "slang" generasi sekarang bisa lebih cepat dimengerti karena mereka didasari pada wadah yang sama yaitu sosial media.
Penggunaan bahasa gaul dalam lingkup masyarakat memang tidak ada larangan, tetapi kita seharusnya juga sadar tempat dan posisi ketika ingin menggunakannya. Bahasa gaul termasuk non formal dan melenceng dari PUEBI atau tidak baku, maka dari itu hanya bisa digunakan ketika dalam situasi non formal saja. Gimana nih teman-teman, apakah setelah mengetahui bahasa gaul ini kalian menjadi takut untuk menggunakannya atau dengan masih eksisnya bahasa gaul di generasi sekarang kalian menjadi lebih tertarik untuk menggunakannya? Â
Referensi
A.Samovar. 2015, Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between Cultures, Boston: Cengage Learning
Auva Rif'at (2019). Penggunaan Bahasa Indonesia Dan Bahasa Gaul Di Kalangan Remaja, 33(1)
Riza Sukma (2016). Realitas Komunikasi Lintas Budaya Di Indonesia: Studi Kasus Pemilihan Bahasa Remaja Era Kekinian Di Jakarta, 419 (1).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H