Mohon tunggu...
Hildawati Septiani
Hildawati Septiani Mohon Tunggu... Akuntan - Employee | Traveller | Mountaineer | Blogger

"Hidup adalah gerak" "Gerak adalah maju, berjuang, naik gunung, turun gunung, naik lagi"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bermalam di Sukabumi, Memperdalam Pesona Alam Kedua Kalinya

7 Desember 2024   13:56 Diperbarui: 7 Desember 2024   14:48 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc Pribadi: Homestay Ujung Genteng

Hi Kompasianer! 

Kembali lagi dengan petualanganku ke Sukabumi untuk yang kedua kalinya. Petualangan kali ini sangat spontan. Akhirnya, aku bisa mengunjungi Sukabumi lagi tanpa rasa trauma dari perjalanan panjang dan berkelok. Jika sebelumnya aku hanya menghabiskan sehari di Sukabumi, kali ini aku memutuskan untuk bermalam dan lebih menikmati angin segar khas Sukabumi.

Tujuan utama destinasi kami adalah Puncak Darma, Curug Cimarinjung, dan Ujung Genteng. Sebenarnya, Sukabumi memiliki banyak curug, tetapi kami memutuskan untuk mengunjungi curug yang satu ini. Kami juga belum melakukan pemesanan penginapan karena belum tahu di mana akan bermalam, jadi kami memutuskan untuk mencari tempat menginap di lokasi secara spontan.

Perjalanan dimulai dari Jakarta pukul 23.00 dengan tempo yang santai. Kali ini, kami melewati jalan Cikidang. Jika sebelumnya aku tidak bisa tidur selama perjalanan melalui Cikidang, kali ini aku terlelap dan terbangun ketika sudah dekat dengan Puncak. Perjalanan menuju Sukabumi memang sangat sepi dan gelap, jadi jika berencana melakukan perjalanan malam, disarankan untuk memiliki teman laki-laki sebagai backup.

Doc pribadi: Puncak Darma
Doc pribadi: Puncak Darma

Hari Pertama

Tiba di Puncak Darma pukul 05.30, suasana masih gelap dan belum ada wisatawan yang terlihat. Sambil menunggu matahari terbit, kami sempatkan untuk sarapan. Pukul 06.00, hari mulai terang, dan langit Sukabumi pun mulai menunjukkan keindahannya. Tanpa peduli belum memakai makeup, aku langsung buru-buru menuju lapangan dekat warung untuk menikmati langit yang begitu mempesona.

Salah satu tempat yang layak untuk dikunjungi adalah Puncak Darma. Terletak di kawasan Sukabumi, dapat dicapai dengan perjalanan sekitar 2-3 jam dari pusat Kota Sukabumi. Jalan menuju ke Puncak Darma cukup terjal dan berkelok, namun itu semua terbayar dengan pemandangan indah yang bisa dinikmati saat sampai di puncak. Jadi, sebaiknya gunakan kendaraan yang prima dan datang saat cuaca cerah untuk pengalaman terbaik. 

Dari Puncak Darma, kalian bisa menikmati pemandangan spektakuler berupa hamparan perbukitan hijau, garis pantai yang memikat, dan langit biru yang terasa sangat dekat. Kombinasi lanskap ini menciptakan suasana yang menenangkan sekaligus memanjakan mata. Pastikan tempat ini masuk dalam daftar kunjungan kalian, jika hendak berkunjung ke Sukabumi.

Doc Pribadi: Puncak Darma
Doc Pribadi: Puncak Darma

Aku menikmati pesona alam Sukabumi dari sudut dan waktu yang berbeda. Jika sebelumnya aku melihatnya dari Puncak Aher saat sunset, kali ini aku menikmatinya dari Puncak Darma saat sunrise. Namun, dari manapun, keindahannya tetap tak berkurang sedikit pun. Penasaran kan? Masukkan Puncak Darma ke dalam daftar destinasi kalian saat berkunjung ke Sukabumi!

Pukul 06.30, kami bersiap melanjutkan perjalanan menuju Curug Cimarinjung. Perjalanan memakan waktu sekitar 15 menit dengan jalanan yang menurun. Tentu saja, di pagi hari tidak ada kendaraan lain yang lewat kecuali warga lokal. Apalagi macet? Oh, itu tidak akan terjadi di sini.

Tiba di area parkir curug cimarinjung pukul 06.45, kita perlu berjalan kurang lebih lima menit untuk masuk ke area curug. Setibanya di depan curug, kami belum menemui wisatawan lain. Beginilah kondisi ketika main curug di pagi hari, karena kita bisa lebih menikmati keindahannya dengan tenang. 

Untuk tiket masuk, kami hanya diminta untuk memberikan donasi seikhlasnya untuk kebersihan. Sepanjang jalan dari parkiran menuju curug, banyak sekali warung, namun karena masih pagi, semuanya masih tutup.

Doc Pribadi: Curug Cimarinjung
Doc Pribadi: Curug Cimarinjung

Wah, cantik sekali! Karena musim kemarau, batu-batu di dasar air terlihat jelas. Selain itu, dengan air yang surut, kami bisa lebih dekat dengan air terjunnya. Kami juga membawa kursi lipat, membuka kursi, dan menikmati suasana dengan tenang tanpa gangguan suara bising orang lain. Sangat direkomendasikan untuk datang di bulan Agustus. 

Kami duduk dan mengobrol di depan air terjun selama kurang lebih satu jam. Tak lama kemudian, beberapa wisatawan mulai berdatangan. Setelah itu, kami bersiap untuk kembali pulang, bergantian dengan pengunjung lainnya. Sudah pukul 08.00, namun warung-warung di sekitar area wisata belum juga buka. Jika kalian mudah lapar, disarankan untuk membawa cemilan sendiri.

Pukul 08.30, kami melanjutkan perjalanan menuju Ujung Genteng. Yeay, ini adalah kali kedua aku ke sana, dan aku sangat excited! Perjalanan memakan waktu sekitar dua setengah jam, melewati jalan pedesaan yang indah. Ujung Genteng adalah pilihan yang tepat untuk destinasi terakhir atau tempat bermalam.

Tiba di Ujung Genteng pukul 11.00, kami langsung melihat bahwa tempat ini sudah cukup ramai. Kami fokus mencari penginapan dengan cara memeriksa nama homestay yang terpampang di depan pagar, kemudian mencarinya secara online untuk mengetahui estimasi harga.

Doc Pribadi: Homestay Ujung Genteng
Doc Pribadi: Homestay Ujung Genteng

Doc Pribadi: Kolam renang homestay
Doc Pribadi: Kolam renang homestay

Akhirnya, aku bisa mencoba menginap di homestay yang tepat di depan Cafe Moana! Dengan harga Rp 600.000, kami mendapatkan penginapan dengan kapasitas maksimal 8 orang. Fasilitasnya lengkap, ada TV, dapur yang memadai, dan meskipun aku lupa nama homestay-nya, lokasinya sangat strategis, tepat di depan Cafe Moana. Lingkungannya bersih dan luas, bahkan tersedia kolam renang di halaman belakang.

Doc Pribadi: Moana Cafe
Doc Pribadi: Moana Cafe

Siang itu, matahari masih terik. Rasanya mustahil bermain di pantai, apalagi air sedang surut. Akhirnya, aku memutuskan untuk tidur siang sejenak sambil menunggu air pasang. Homestay ini sangat nyaman, membuatku untuk pertama kalinya menikmati tidur siang saat sedang berkelana.

Doc Pribadi: Pantai Ujung Genteng
Doc Pribadi: Pantai Ujung Genteng

Aku terbangun pukul 16.30, namun air masih surut. Meski begitu, banyak orang terlihat bermain di pantai. Baiklah, aku putuskan untuk menikmati saja momen matahari terbenam di tepi pantai. Ini adalah pengalaman pertamaku menyaksikan sunset di pantai, karena sebelumnya aku selalu menikmatinya di puncak gunung.

Malam hari, kami memutuskan untuk keluar dengan kendaraan, mencoba pergi sedikit lebih jauh mencari makanan seafood. Namun, kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Kami bahkan tidak menemukan warung yang buka. Mungkin karena tempat ini memang selalu sepi, sehingga tidak banyak warung makan yang tersedia. Sayang sekali, padahal aku sangat ingin menikmati kuliner hasil laut yang segar langsung dari sumbernya.

Doc Pribadi: Pagi hari di pantai ujung genteng
Doc Pribadi: Pagi hari di pantai ujung genteng

Hari Kedua

Pukul 07.30, ombak sedang pasang, dan sudah banyak sekali pengunjung yang berenang di tepi pantai. Seperti biasa, aku hanya berdiri mencelupkan kaki sambil mengamati sekeliling. Setelah menikmati air pantai selama kurang lebih satu jam, aku melanjutkan aktivitas dengan menemani temanku berenang di halaman belakang penginapan. 

Di hari kedua, kami sempat bingung menentukan destinasi tujuan selanjutnya. Sambil berkemas, kami mencari tempat wisata yang searah dengan rute perjalanan pulang. Kami menemukan satu pantai lagi yang jaraknya kurang lebih tiga puluh menit. 

Namun, ternyata jalan menuju lokasi cukup menantang, berupa tanjakan berbatu. Menurut informasi dari warga lokal, sebaiknya menggunakan motor daripada mobil. Akhirnya, kami memutuskan untuk langsung kembali pulang ke Jakarta.

Perjalanan kali ini tidak banyak destinasi yang aku kunjungi, namun justru terasa sebagai perjalanan yang paling santai dibandingkan sebelumnya, karena tidak diburu waktu. Biasanya, aku selalu menghabiskan waktu untuk menjelajahi setiap sudut kota sesuai itinerary yang sudah dibikin dari jauh hari, tetapi kali ini aku memberi diriku kesempatan untuk beristirahat lebih lama.

Alhamdulillah, keinginanku untuk kembali ke Sukabumi akhirnya tercapai. Suasana dan pengalaman di sini tetap sama menyenangkan, tanpa sedikit pun meninggalkan kesan buruk. Semoga di lain waktu aku bisa datang lagi, dengan kesempatan untuk menjelajahi lebih banyak tempat dan menciptakan lebih banyak kenangan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun