Gunung salak, memiliki hutang yang membuat saya jatuh hati. Dari beberapa gunung yang pernah saya ndaki, hanya gunung salak yang memiliki hutan yang begitu menenangkan. Hutan yang memiliki vegetasi sangat rapat, serta begitu sunyi dari suara bising seperti di Ibukota.
Hutan gunung salak memang menenangkan, namun memiliki medan yang sangat menantang, tapi menurutku ini sangat asik.Â
Selama pendakian gunung salak, jangan harap kalian mendapatkan bonus, bonusnya bukan medan yang landai namun hutan yang tenang.Â
Kami memulai pendakian pukul 07.20 via ajisaka menuju puncak salak II dengan ketinggian 2180 mdpl. Medan pendakian pertama diawali dengan batuan yang tersusun rapi yang menanjak sampai bertemu di makam. Setelahnya, medan yang akan kita lalui sampai puncak adalah tanah setapak, serta seringkali kayu-kayu melintang di jalur pendakian.Â
Setelah melakukan trekking selama 3.5 jam, kita sampai di puncak fajar kencana dengan ketinggian 1917 mdpl. Sayang sekali puncak ini diselimuti kabut, padahal pemandangan disini sangat indah. Target puncak kami adalah puncak Prabu yaitu puncak salak II.
Melanjuti pendakian dari puncak fajar kencana pukul 12.35, dan kami tiba di tanjakkan viral ini, yaitu tanjakkan wayahna.Â
Eits, ternyata sebelum tanjakkan wayahna ni, kita harus akan berhadapan dengan tanjakan-tanjakan lainnya. Namun tingkat kesulitannya dibawah tanjakan wayahna. Jika tanjakan wayahna ini aku nilai 9/10, maka tanjakkan sebelumnya aku nilai 8/10.
Proses menanjak sebelum wayahna aku bisa lebih cepat, namun pada wayahna tidak. Sedikit merasa pesimis, ketika di awal mengangkat kaki merasa tidak yakin, karena aku harus mengangkat badan ku yang berat serta mencari celah untuk tumpuan kaki.Â
Dan di pertengahan tanjakkan, aku sedikit gemetar sehingga memiliki pemikiran ingin turun kembali. Namun, untuk turun juga akan lebih sulit, dan untuk naik juga sulit. Jadi kupaksakan kaki ini naik sampai atas.