"Terimakasih, maaf tidak seharusnya aku datang padamu di pagi hari dan mengatakan hal gila ini" ucap gio, berusaha menahan diri agar tidak melanjutkan ceritanya.Â
"Minumlah, lalu kau bisa melanjutkan ceritamu. Tolong..aku memaksa" ucap haya dan memberikan cangkir teh itu kepada gio. Gio mengangguk dan menerima cangkir teh tersebut perlahan dia menyesapnya. aroma dari daun teh dan manisnya minuman itu sedikitnya membuat gio merasa tenang, dia meletakkan cangkir di atas meja dan menatap haya lagi.
"Baiklah, sebenarnya aku tidak masalah jika aku Memang harus membiayai hidup orang tuaku. Tapi.. entah apa yang ada di pikiran mereka, tiba tiba anak laki-laki dari sepupu ayahku datang dan mereka memintaku berbagi kamar dengan anak itu. Kupikir tidak ada masalah, normal untuk berbagi kamar apalagi katanya anak itu masuk perguruan tinggi yang dekat dengan rumah kami. Tapi, yang membuatku ingin marah adalah cara orang tuaku memperlakukan aku dengan anak tersebut. Mereka selalu menyiapkan sarapan untuk anak itu tapi tidak pernah memberikan satu mangkok pun untukku..mereka bilang aku bisa makan di supermarket"
Haya mengangguk, dia tidak pernah mengalaminya tapi mendengar sahabatnya mengalami nasib yang buruk dia sangat bersimpati padanya.Â
"Aku mencoba mengerti...tapi, bagaimana bisa mereka menggunakan uangku untuk biaya kuliah anak itu?. Bagaimana bisa mereka mengatakan seharusnya aku bekerja lebih giat agar punya uang lebih dan bisa membelikan mereka mobil dan rumah yang besar?..kenapa mereka tidak pernah puas?. Anak itu masih punya orang tua kenapa mereka tidak meminta uang saja dari mereka karena dia anaknya yang menumpang di rumah kami!. Aku marah haya..tapi aku tidak bisa mengatakannya langsung pada orang tuaku.. aku terlalu pengecut" ucapan gio melemah di akhir dan badannya kembali bergetar.Â
"Puncaknya malam tadi, aku pulang kehujanan kupikir mereka setidaknya menanyakan keadaan ku..tapi apa?, mereka menanyakan uang bonus lembur milikku. Aku bilang tidak ada, dan ayahku membuka tasku begitu saja dia mengambil uang bonus milikku..sekarang aku tidak punya uang sepeserpun haya..aku tidak tahu Dosa apa yang telah kuperbuat di masa lalu"
Mata haya membulat tak percaya mendengar ucapan gio hatinya merasa ikut tersayat saat melihat tubuh gemetar gio.
"Mereka bilang aku penipu, pelit karena berbohong lalu mengusirku dari rumah dan disinilah aku sekarang..semalam aku menginap di rumah Noah tapi dia pergi dan aku tidak enak berada di rumah yang pemiliknya pergi apalagi ada orang tua noah jadi aku keluar dan yang terpikir hanya kamu..maaf jadi mengganggu" sesal gio lalu menghapus air matanya. Haya menggeleng dan tersenyum hangat.Â
"Menganggu apa?, sudahlah.. terimakasih sudah bercerita..aku tidak cukup baik dalam memberi saran, tapi..bagaimana kalau kamu memisahkan uang gajimu ke bos atau siapapun yang kamu percayai jadi kamu masih punya pegangan. Katakan pada orang tuamu kalau gajimu dikurangi begitu saja.. terkadang kita harus berbohong untuk menyelamatkan diri" balas haya, gio mengangguk dan tersenyum tipis.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI