November sudah berantakan, kok februari dibuat berantakan juga. Hoalah asmara kacau memang mengubah semuanya.Â
Hal ini berawal dari feeling, insting, dan kepo. Pada bulan november aku dan dia memutuskan untuk udahan, hal ini disebabkan dia nggak kuat LDR dan memang ada cewek lain.
Menurutnya si cewek nggak sempurna, masih sempurna aku. Akan tetapi, namanya cinta akan datang kalau terbiasa bukan? Nah begitu pun dengan dia, yang selalu sekelas, saling pandang, dan akhirnya suka.Â
Selain itu, dia juga nggak ngaku apabila nyaman dan menyimpan foto-foto berdua dengan si cewek. Bukan cewek dong namanya kalo nggak naik pitam melihat seseorang yang disukainya malah bermain dengan cewek lain.Â
Alhasil, karena kesabaranku setipis tisu dan harus berfikir menggunakan otak lagi bukan perasaan, aku setuju jika kami udahan. Seminggu setelah putus, hampa rasanya. Hari-hari hanya bisa menangis, mood berantakan dan stress.Â
Perjuangan banget pada bulan November, selain putus juga mendapat tekanan dari kampus untuk segera menyerahkan proposal skripsi. Disaat itu, aku belum sama sekali membuat proposal skripsi.Â
Akhirnya, aku tetap mengerjakannya walau diimbangi dengan tangisan dan galau. Alhamdulilah, proposalku jadi dan siap untuk ku ajukan.Â
Tetap saja, aku masih galau. Temanku berinisiatif untuk mengajakku healing, agar aku tidak stress dan sedikit refreshing.Â
Tidak berhasil. Setiap malam, aku selalu menangis, terbayang wajahnya.Â
Kami berjanji, walau putus, masih tetap bisa keluar untuk bermain bersama. Hal itu terwujud ketika aku pulang ke rumah, akhirnya kami main.Â
Disitu dia mulai aneh, hp tidak ia keluarkan sama sekali. Mungkin dia takut, jika aku kepoi dan malah membuatku sakit hati. Aku merasa bodoh amat, kan emang tujuan kami main bukan bikin overthinking.Â