Harus ikut organisasi masjid
Di setiap masjid pasti memiliki remas (remaja masjid). Nah saat pemilihan pengurus remas pasti nih anak ketua takmir diajukan. "si A saja, bapaknya saja sukses menjadi ketua takmir dan bisa memimpin. Pasti anaknya juga begitu" atau "gapapa ya kamu saja, kamu bisa belajar ke bapak kamu bagaimana cara memimpin orang".Â
Wait-wait, betul sekali kalau sifat seseorang nurun ke anaknya, tapi bukankah itu butuh waktu? Ya kali sekarang dipilih jadi ketua lalu harus mengadakan acara ini itu, tanpa belum pernah mengadakan acara sama sekali? Nggak ngotak dong.Â
It's okey, kalau harus mengikuti remas, tapi dicalonkan menjadi ketua remas tidak! Setiap orang bisa menjadi ketua, asal punya minat dan niat. Kalau ikut organisasi doang gapapa, kan bisa menambah pengalaman dan pertemanan.
Pasti jadi panitia acara PHBI
Memang benar, menjadi anak ketua takmir pasti jadi panitia. Apalagi orang-orang sudah hafal nama si anak ini. Pasti dalam acara apa pun, bakalan di catat namanya dan dimasukkan list tanpa ngobrol dulu ke anak ketua takmir.Â
Kadang nih aku pernah memang sengaja nggak jadi panitia dengan alasan biar yang pernah ngerasain jadi panitia, udah bosan juga. Padahal nih jadi panitia nggak ada enaknya, yang ada malah pusing sebelum dan sesudah acara.Â
Apalagi kalau acara kita besar dan sudah diusahakan semaksimal mungkin, tapi denger omongan dari tamu undangan yang tidak mengenakan uh rasanya sakit banget.
Disangka alim
Entah kenapa orang-orang memberikan statement jika anak ketua takmir itu alim. Mungkin disebabkan karena ketua takmir selalu ke masjid, aktif dalam kegiatan masjid, dan itu tersalurkan juga ke anak nya.Â
Padahal nih ya, alim atau tidak bukan urusan orang-orang. Daripada mereka memberikan statement jika anak ketua takmir alim dan tidak sesuai ekspetasi mereka, ntar di gunjing. Kan sebagai manusia kita fleksibel mau kesini kesana harus bisa menyesuaikan diri.Â