Indonesia pasti setiap tahun mengalami kelangkaan. Tahun kemarin, Indonesia mengalami kelangkaan minyak goreng. Hal itu membuat resah para ibu-ibu.
"Minyak goreng sekarang harganya turun jadi 14.000/liter, yuk kita borong saja buat stok"
 "ayo mbak ikut mama ke swalayan, kita beli minyak goreng. Nanti kamu baris di belakang mama dan kita pura-pura tidak saling kenal ya"
"mbak ayo tak ajak borong minyak nanti kita jual lagi, lumayan kalau dijual dengan harga 37.000 kita dapat untung banyak".
Ya begitulah kurang lebih pemikiran ibu-ibu saat ini. Minyak goreng yang awalnya mahal 20.000/liter, kini turun 6.000 karena subsidi pemerintah.Â
Namun, dengan turunnya harga minyak goreng, eh stok di pasaran malah langka. Atau semua ini diborong oleh ibu-ibu? Atau digunakan sebagai skincare agar makin glowing? Atau memang sekarang minyak goreng langka?Â
Untuk menjawab semua pertanyaan itu, kita harus paham tantang hal-hal yang menyebabkan kelangkaan.Â
Yuk simak pembahasan dibawah ini.
Bahan Baku
Kelangkaan terjadi karena stok bahan baku menipis. Contohnya saja kelangkaan tempe yang disebabkan stok kedelai di pasaran menipis dan habis.Â
Tak hanya itu, karena di setiap wilayah itu memiliki kekayaan sumber daya alam yang berbeda-beda, maka wajar saja jika ada kelangkaan.Â
Oleh karena itu, untuk meminimalisir adanya kelangkaan bahan baku, pemerintah melakukan impor. Misalnya saja impor jagung, agar stok jagung cukup sebagai bahan baku tepung dan bahan pangan. Kalian pasti sudah tau jika Indonesia terkenal dengan lahan kelapa sawit yang banyak.Â
Coba lihat Pulau Kalimantan, pasti nih semua daerah ditanami kelapa sawit. Tapi mengapa kok terjadi kelangkaan minyak goreng di Indonesia? Sedangkan kelapa sawit melimpah ruah disini. Aneh bukan?
Cuaca
Kita setiap hari makan sayuran dan buah-buahkan, 2 pokok makanan tersebut harus ditanam terlebih dahulu dan menunggu hingga panen baru layak kita konsumsi. Tapi ada faktor yang mempengaruhi cepat/lambatnya panen yaitu cuaca. Yup, cuaca sekarang tidak menentu. Kadang hujan, kadang panas, dan kadang mendung.Â
Perubahan cuaca mempengaruhi tanaman yang ditanam oleh petani. Contohnya saja ketika harga cabai naik yang disebabkan sawah cabai terendam oleh air hujan sehingga cabai menjadi bosok dan tidak layak konsumsi. Maka dari itu, petani kadang menanam tanaman sesuai dengan waktu dan cuaca.Â
Misalnya pada musim penghujan petani menanam padi, karena padi memerlukan air yang cukup banyak. Ketika musim kemarau petani menanam buah semangka, buah melon karena buah tersebut memerlukan air yang sedikit dan cuaca yang panas.
Distribusi kurang merata
Banyaknya jalan yang rusak dan akses jalan yang minim menyebabkan kelamgkaan. Misalnya ketika minyak ingin disebar ke daerah 3T, maka butuh waktu yang cukup lama. Kemudian ketika minyak datang langsung diserbu oleh masyarakat sehingga masyarakat lainnya tidak kebagian dan menyebabkan kelangkaan.Â
Selain itu, kadang ada penimbun/distributor yang nakal. Dia membeli semua barang dari produsen, kemudian ketika ada pembeli yang datang tidak diberikan barang tersebut dan mengatakan jika barangnya habis.Â
Lalu si penimbun akan menaikkan harga 50% dan menjual kepada masyarakat sehingga menyebabkan masyarakat sambat kepada pemerintah atas harga yang mahal.
Inti dari kelangkaan adalah barang terbatas tapi permintaan barang meningkat. Maka dari itu, ketika terjadi kelangkaan jangan sampai menyetok/memborong barang yang langka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H