Mohon tunggu...
Hikmal Muhammad Al Qisti
Hikmal Muhammad Al Qisti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Untirta

Hanya belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Peristiwa Pemberontakan PKI tahun 1926 di Banten

21 Desember 2024   19:40 Diperbarui: 21 Desember 2024   19:40 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Pasar Lama kota Serang hari ini (Sumber: Foursquare.com)

Pendahuluan

Serang -- 12-15 November 1926 menjadi hari yang sangat bersejarah bagi masyarakat Banten khususnya bagi masyarakat di wilayah Menes, Pandeglang, dan Serang.  Dikarenakan pada hari itu terjadi sebuah pemberontakan besar yang dilakukan oleh para petani dan masyarakat menengah ke bawah yang dipimpin oleh partisipan PKI dan bersama ulama-ulama Banten  dalam melawan pemerintah kolonial.

Peristiwa ini juga menjadi peristiwa pemberontakan pertama yang dilakukan oleh PKI yang pada masa-masa berikutnya disusul dengan pemberontakan-pemberontakan PKI lainnya. Meskipun sebenarnya berbagai pemberontakan yang memiliki keterkaitan dengan peristiwa di Banten hanyalah peristiwa yang terjadi di Sumatera di tahun yang sama dengan latar belakang yang hampir sama yakni perpecahan. Sedangkan pemberontakan-pemberontakan lain setelahnya seperti di Banten tahun 1945, Madiun 1948, Jakarta 1965 tidak memiliki keterkaitan karena memiliki latar belakangnya masing-masing.

Dan tak hanya itu, pemberontakan ini merupakan pemberontakan pertama kaum perintis kemerdekaan Indonesia. Sehingga bisa dikatakan pemberontakan ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap sejarah bangsa Indonesia ke depannya.

Dari segi persiapan dan perencanaan terbilang belum matang. Hal tersebut disebabkan kurangnya persetujuan dan mediasi terhadap petinggi PKI dikarenakan sejak 1919 banyak sekali petingginya yang sedanng diasingkan ataupun dalam pelarian ke luar Hindia Belanda. seperti Semaun dan Muso yang bersembunyi di Singapura, semaun dan Darsono yang diasingkan ke Belanda, dan Tan Malaka mengasingkan diri ke Cina. Di tengah situasi tersebut para pengurus besar PKI mengadakan kongres pada 11-17 Desember 1924 dan hasil kongresnya ialah seruan perlawanan terhadap pemerintah kolonial. Dan Tan Malaka tidak menyetujui hasil kongres tersebut bahkan memerintahkan agar keputusan tersebut dicabut karena dinilai dari segi organisasi maupun rencana dirasa belum matang (Nami Irawan Batubara, 2021: 9-10)

Hal tersebut juga sebagaimana disebut Mufti Ali dalam bukunya "Revolusi Banten 1926 & Neraka Penjara Boven Digoel": "Para eksekutif PKI sudah memutuskan dalam rapat mereka di Bandung pada bulan Juni untuk melakukan perlawanan bersenjata, namun pimpinan pusat PKI masih ragu. Mereka masih menghadapi kesulitan dalam mengontrol gejolak-gejolak lokal, yang sebagian, seperti di Tegal, memilih melakukan revolusi secepatnya." (Mufti Ali & Mehrunnisa, 2020: 15).

Kendati demikian, aksi ini tetap memiliki pengaruh terhadap gerakan-gerakan revolusioner ke depannya yang membawa Indoneia ke arah kemerdekaan.

Latar Belakang Pemberontakan

Awal mula kemunculan PKI ini tak bisa lepas dari pengaruh Oesadiningrat, seorang karyawan Stasiun Kereta Api Tanah Abang yang dipecat oleh otoritas kolonial yang kemudian aktif di Sarekat Buruh Kereta Api sebagai pengurus harian penuh .yang sebelumnya ia sering mengadakan perkumpulan bersama para petinggi PKI seperti Alimin dan Muso pada tahun 1924 di Pandeglang sebagai bentuk reaksi dari perpecahan dan konflik yang terjadi di dalam tubuh SI (Sarekat Islam). Yang mana perkumpulan tersebut menjadi langkah awal berdirinya cabang PKI di Banten (Aliyah Hidayati, 2016: 81).  

hingga akhirnya berdirilah cabang PKI di Serang-Banten pada 9 oktober 1925. Yang mana pada saat tu diputuskan bahwa Puradisastra diangkat sebagai Ketua, Tb. Alipan sebagai Sekretaris, dan Bendahara Djarkasih. Selain itu juga diangkat tiga orang yang menduduki posisi komisaris partai, yaitu H. Alwan, Arman dan Mohammed Ali (Mamak). Kantor PKI kini berlokasi di Pasar Serang, di sebuah milik seorang Cina, Lee Eng Hock, yang juga anggota PKI (Michael C. Williams, 2003: 34).

Lahirnya PKI cabang Serang menjadi langkah semakin menjadi-jadinya propaganda komunisme dan juga propaganda pembeontakan terhadap kolonial di Banten. Hal tersebut sebagaimana dikutip melalui koran Het Nieuws Van Den Dag voor Nederlandsch-Indie dalam artikel De Gebeurtenissen in Bantam yang diterbitkan pada 8 Februari 1927:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun