Mohon tunggu...
Hikmah Komariah
Hikmah Komariah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seseorang yang suka mengeluh atas berbagai ketidakidealan dan kerusakan yang ada, mencoba berpikir out of the box dan berusaha menemukan ide yang mencerahkan untuk dunia saat ini dan dunia dimasa mendatang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Siti, Si Kupu-kupu Malam (5)

28 Januari 2016   09:04 Diperbarui: 28 Januari 2016   09:47 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siti mulai mengaji

Mendekatkan diri pada Ilahi

Setiap bulan…

Setiap minggu…

Lalu setiap hari…

 

Sore mengaji, malam melayani

Sore membaca kitab suci

Malam merias diri

Mengenakan rok mini

 

Lepas dari tempat terkutuk

Butuh waktu

Tapi Siti telah bersungguh-sungguh

Niatnya sudah teguh

Dia ingin pulang…

 

Tak sedikit yang mencemooh

Sok Suci!

Mana mau Allah mengampuni?

Biarlah…

Belas kasih Allah tak terbatas

Berbeda dari milik manusia

 

Tak sedikit yang bersikap kasar

Menarik lepas jilbabnya selepas mengaji

Lalu membakarnya

Sambil tertawa-tawa

Biarlah…

Hanya selembar kain yang dibakar,

Niatnya tetap teguh

Tak tersentuh

 

Diangkatnya kepala tinggi-tinggi

Ditantangnya segala tatapan hina

Aku pelacur! Aku ingin tobat!

Aku ingin hidup wajar

Aku ingin pulang

 

(12)
Tahun 2011

Akhirnya datang

Siti bersama ratusan WTS lain

Pulang

Kembali ke kampung halaman

 

Bahagia tak terkira

Tak dapat menjelma kata

Alhamdulillah

Alhamdulillah

Alhamdulillah

 

Dia bisa hidup normal

Layaknya wanita lain yang ia kenal

Dimilikinya modal

Untuk berusaha

Untuk hidup baru

 

Mimpi buruknya sudah berlalu

Siti yang dulu juga berlalu

Dia bukan lagi gadis desa

Yang mudah diperdaya

Mentalnya tertempa

Menjadikannya lebih berharga

Tak ada lagi alasan

Untuk sebuah penyesalan

 

(13)
Sayang Siti tak mengerti

Tak semua orang memahami

Kampungnya mendengar desas-desus

Kata mereka,

Pelacur tetap saja pelacur!

 

Tatapan hina masih mengintainya

Cemoohan masih menyapanya

Pelacur!

Wanita jalang!

Pendosa!

Dia masih wanita hina

Ah ya, jalan ini belum sampai

Pada sebuah akhir

 

Kenapa mereka tak mengerti?

Aku dikelabui

Oleh suami sendiri

Kenapa mereka tak memahami?

Wanita mana yang tak berontak

Saat tubuhnya dijamah

Lelaki asing yang tak ramah

Siti menangis

Dalam kesendirian

Dalam keterasingan

 

Apa mereka semua suci?

Dari segala dosa duniawi?

Ya Allah…

Tak adakah jalan kembali?

Dari mimpi buruk yang kualami?

 

Dalam sujud airmatanya meleleh

Dia lelah

Dengan segala cacian

Dengan segala makian

 

Dia semakin melemah

Kaki dan tangan terasa kelu

Tak lagi sanggup berpijak

Virus terkutuk telah bersarang

Menggerogoti tubuh

Virus yang paling ditakuti

Penghuni dunia prostitusi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun