(8)
Siti mulai bekerja
Memuaskan nafsu lelaki nista
Bersolek, merayu, dan melayani
Tubuhnya dilihat dan dijamah
Lelaki yang bukan suaminya
Satu lelaki, dua lelaki, tiga lelaki
Tak ada suaminya disana
Suami bejat yang meninggalkannya
Bersama lelaki bejat lainnya
Satu tahun…
Dua tahun…
Tiga tahun…
Banyak lelaki mencarinya
Merindukan sentuhannya
Menginginkan tubuhnya
Dia semakin terjebak
Dalam dunia yang gelap
Hatinya masih berontak
Tapi tak bisa menolak
Nuraninya terus berteriak
Masih ada harapan
Pulang ke kampung halaman
Empat tahun…
Lima tahun…
Enam tahun…
Dia tetap wanita tuna susila
Dia tetap wanita pemuas nafsu
“Pelacur! Wanita jalang! Pendosa!”
Begitu orang menyapanya
Awalnya tak biasa
Tapi kini sudah biasa
Mereka tak tahu apa-apa
Cuma asal bersuara
Siti berulang kali berkata,
Tak perlu kecil hati
Tak ada satupun manusia
Yang luput dari dosa
Yang ada hanyalah mereka yang sok suci
Tujuh tahun…
Delapan tahun…
Sembilan tahun…
Siti mulai lelah
Lelah menanti harapan
Masihkah ada jalan?
Kembali pulang?
Ataukah terus bertahan?
Sebagai wanita jalang
Tak sulit mencari uang
Sepuluh tahun…
Sebelas tahun…
Dua belas tahun…
Jalan ini mungkin tak memiliki akhir
Aku masih wanita jalang
Pemuas nafsu lelaki nista, pikir Siti
(9)
Malam di bulan Januari
Selepas merias diri
Siti hanya berdiam diri
Pelanggan tak juga menghampiri
Kala itu, film India digemari
Tawaran menonton film
Ia sanggupi
Di Gedung Bioskop Srikandi
Katanya sambil mengaji
Mengaji?
Mereka dihadiahi jilbab
Oleh Ustadz Syu’eb
Katanya untuk dipakai
Saat mengaji
Mengaji?
Mengaji?
Sudah lama aku tak mengaji
Lupa cara bersuci
Lupa cara membaca ayat suci
Lupa cara berdzikir
Lupa cara mendirikan tiang agama
Masih pantaskah??
Dipandangnya jilbab itu lekat
Dipegangnya jilbab itu kuat
Pantaskah aku mengaji?
(10)
Adzan subuh yang berkumandang
Selalu ia dengar
Selepas melayani nafsu pelanggan
Tapi tak berani dia
Memenuhi panggilan suci itu
Membasuh tubuh dengan wudhu
Sholat bersimpuh pada Sang Khalik
Melantunkan dzikir
Dia manusia kotor dan hina
Tak pantas meminta
Pada Sang Maha Kuasa
Meminta perlindungan
Meminta cahaya
Dia bukan lagi seorang alim
Siti hanya bisa menangis
Menangis terus dan menangis lagi
Hingga pipinya kering
Hingga rongga matanya kering
Hingga kini dia terbiasa
Menangis dengan tawa
Mengaji?
Masih pantaskah?
Bagi seorang pelacur
Yang berlumur dosa
Mereka saja selalu memaki
“Pelacur! Wanita jalang!”
Bagaimana dengan Allah?
Tentu tak menerima
Wanita hina sepertinya
Manusia dengan Tuhan berbeda
Siapapun dia
Dosa apapun yang dikerjakan
Kasih dan ampunan Allah
Selalu tercurah
Untuk mereka yang bersungguh-sungguh
Itu yang dikatakan Ustadz Syu’eb
Untuk Siti
Untuk semua wanita tuna susila
Yang ingin hidup dalam damai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H