Mohon tunggu...
Hikmah Komariah
Hikmah Komariah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seseorang yang suka mengeluh atas berbagai ketidakidealan dan kerusakan yang ada, mencoba berpikir out of the box dan berusaha menemukan ide yang mencerahkan untuk dunia saat ini dan dunia dimasa mendatang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Siti, Si Kupu-kupu Malam (4)

28 Januari 2016   01:00 Diperbarui: 28 Januari 2016   01:19 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(8)
Siti mulai bekerja

Memuaskan nafsu lelaki nista

Bersolek, merayu, dan melayani

Tubuhnya dilihat dan dijamah

Lelaki yang bukan suaminya

Satu lelaki, dua lelaki, tiga lelaki

Tak ada suaminya disana

Suami bejat yang meninggalkannya

Bersama lelaki bejat lainnya

 

Satu tahun…

Dua tahun…

Tiga tahun…

Banyak lelaki mencarinya

Merindukan sentuhannya

Menginginkan tubuhnya

 

Dia semakin terjebak

Dalam dunia yang gelap

Hatinya masih berontak

Tapi tak bisa menolak

Nuraninya terus berteriak

Masih ada harapan

Pulang ke kampung halaman

 

Empat tahun…

Lima tahun…

Enam tahun…

Dia tetap wanita tuna susila

Dia tetap wanita pemuas nafsu

“Pelacur! Wanita jalang! Pendosa!”

Begitu orang menyapanya

 

Awalnya tak biasa

Tapi kini sudah biasa

Mereka tak tahu apa-apa

Cuma asal bersuara

Siti berulang kali berkata,

Tak perlu kecil hati

Tak ada satupun manusia

Yang luput dari dosa

Yang ada hanyalah mereka yang sok suci

 

Tujuh tahun…

Delapan tahun…

Sembilan tahun…

Siti mulai lelah

Lelah menanti harapan

Masihkah ada jalan?

Kembali pulang?

Ataukah terus bertahan?

Sebagai wanita jalang

Tak sulit mencari uang

 

Sepuluh tahun…

Sebelas tahun…

Dua belas tahun…

Jalan ini mungkin tak memiliki akhir

Aku masih wanita jalang

Pemuas nafsu lelaki nista, pikir Siti

 

(9)
Malam di bulan Januari

Selepas merias diri

Siti hanya berdiam diri

Pelanggan tak juga menghampiri

 

Kala itu, film India digemari

Tawaran menonton film

Ia sanggupi

Di Gedung Bioskop Srikandi

Katanya sambil mengaji

Mengaji?

 

Mereka dihadiahi jilbab

Oleh Ustadz Syu’eb

Katanya untuk dipakai

Saat mengaji

Mengaji?

 

Mengaji?
Sudah lama aku tak mengaji

Lupa cara bersuci

Lupa cara membaca ayat suci

Lupa cara berdzikir

Lupa cara mendirikan tiang agama

Masih pantaskah??

Dipandangnya jilbab itu lekat

Dipegangnya jilbab itu kuat

Pantaskah aku mengaji? 

 

(10)
Adzan subuh yang berkumandang

Selalu ia dengar

Selepas melayani nafsu pelanggan

 

Tapi tak berani dia

Memenuhi panggilan suci itu

Membasuh tubuh dengan wudhu

Sholat bersimpuh pada Sang Khalik

Melantunkan dzikir

 

Dia manusia kotor dan hina

Tak pantas meminta

Pada Sang Maha Kuasa

Meminta perlindungan

Meminta cahaya

Dia bukan lagi seorang alim

 

Siti hanya bisa menangis

Menangis terus dan menangis lagi

Hingga pipinya kering

Hingga rongga matanya kering

Hingga kini dia terbiasa

Menangis dengan tawa

 

Mengaji?

Masih pantaskah?

Bagi seorang pelacur

Yang berlumur dosa

Mereka saja selalu memaki

“Pelacur! Wanita jalang!”

Bagaimana dengan Allah?

Tentu tak menerima

Wanita hina sepertinya

 

Manusia dengan Tuhan berbeda

Siapapun dia

Dosa apapun yang dikerjakan

Kasih dan ampunan Allah

Selalu tercurah

Untuk mereka yang bersungguh-sungguh

Itu yang dikatakan Ustadz Syu’eb

Untuk Siti

Untuk semua wanita tuna susila

Yang ingin hidup dalam damai

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun