Kami terlahir sempurna dengan kasih sayang serta restu Tuhan. Tujuan hidup kami juga sama yakni menjadi manusia yang mampu memberikan manfaat kepada oranglain dan tidak menyakiti siapapun di dunia ini. Siapa kami yang sampai diusia seperempat abad ini masih mempertanyakan ke eksistensi an diri. Bertemu dengan segalanya yang harus dapat diukur dan dihitung. Kami sering berpikir untuk menikmati semua yang disuguhkan alam terbuka, yang pada kenyataannya terjebak dalam ruang tertutup, selalu mengeluhkan hidup yang terasa kian berat serta menuntut. Merasa penyebab semua masalah yang ada adalah kita dan solusi dalam masalah itu adalah kita juga.
Kami yang bernama Aliyah, Nadiya, dan Diatmika. Tiga prempuan yang dipertemukan sedang berproses dalam hidup secara bersama, memiliki pemikiran yang hampir sama, namun dalam perjalanan yang berbeda. Lahir pada tahun 1996, menurut kalender China merupakan tahun shio tikus. Menurut penelusuran google, shio tikus dikenal sebagai simbol keberuntungan di China dan Jepang, benar bukan di negara kami Indonesia. Adapun kepribadian shio tikus hampir semua ada pada masing-masing kami. Namun, kami merasa belum sepenuhnya beruntung. Kami tak punya kata-kata dan istilah yang tepat untuk menggambarkan diri kita masing-masing.
Siang menjelang sore, kami sedang berkumpul di suatu tempat yang nyaman menceritakan apa yang kami rasakan saat ini. Keadaan dunia yang sedang tidak baik-baik saja karena kehadiran virus yang tak kunjung padam, merasa tidak cukup baik dan merasa bahwa oranglain akan selalu baik daripada kami, dan kami yang masih sama dengan tahun, bulan, hari kemaren. Mengeluh, menghela napas, bertanya, berpikir, menertawakan, dan membiasakan. Siklus ekspresi kami satu sama lain.
Kami lupa untuk memperkenalkan diri secara lengkap. Pertama, Aliyah adalah perempuan kelahiran Februari tahun 1996 yang berzodiak Aquarius, merupakan anak pertama dari empat bersaudara dan saat ini sedang bekerja pada suatu perusahaan media di Surabaya. Sebagai seorang penulis konten (content creator) yang merangkap sebagai  penulis (copywriting) dirinya selalu dituntut memiliki kreatif yang lebih daripada lainnya. Bekerja dari rumah (WFH) maupun bekerja di kantor (WFO) baginya tidak ada perbedaan karena sama-sama bekerja di depan laptop dan otak harus on. Aliyah satu-satunya teman diantara bertiga yang sudah memiliki pekerjaan nyaman dengan bayaran yang cukup.
 Kedua, Nadiya yang sesuai dengan urutan perkenalan ini selalu menjadi penengah diantara kami apabila suasana tidak dapat dikendalikan. Sebagai perempuan yang fleksibel tak khawatir apabila dirinya sangat dibutuhkan dalam keadaan yang mendesak. Kesehariannya menjadi mahasiswa pascsarjana jurusan bahasa Indonesia dengan hidup yang selalu tercukupi dari segi materi maupun kasih sayang. Pikirannya yang logis,kritis, dan puitis sudah melekat pada dirinya. Namun, tidak ada manusia yang sempurna mungkin Nadiya adalah salah satu orang yang beruntung terlihat sempurna  menurut kami berdua.
Terakhir, satu-satunya teman yang sangat mendewakan cinta yakni Diatmika. Ditempatkan posisi terakhir karena dalam satu tahun ada dua belas bulan dan dirinya dilahirkan pada bulan sebelas tahun 1996. Meski usianya termuda karena urutan bulan, kadang mampu menjadi posisi yang didengarkan. Namun, untuk urusan cinta kami memiliki prinsip yang berbeda tapi cukup mempengaruhi pola pikir kami, karena cinta yang dimiiki lebih besar, banyak, dan berat diantara kami bertiga. Memiliki hubungan dengan kekasihnya yang hampir 4 tahun bersama namun belum ada kejelasan untuk jenjang yang lebih serius, sebut saja menikah.
Bangunan coffee shop milenial bernama titik atau dikenal berdiri diantara bangunan-bangunan penyedia makanan minuman lainnya di tengah kota Surabaya. Pemiliknya adalah Diatmika bersama kekasihnya. Sebagai teman, hampir setiap minggu salah satu dari kami atau kami bersama meneduh melepas penat.
"Apa yang membuat aku menjadi seperti ini?",
"Apa sih yang aku kejar, menulis, buat video, Â setor ke bos , menulis, edit video, setor lagi ke bos. Alhamdulillah memiliki kesibukan tapi kenapa aku masih punya waktu untuk mengeluh ya?", tanya Aliyah untuk memulai sesi curhat rutinan. Â
"Kamu butuh apa sekarang?", celutuk Nadiya.
 "Aku sudah berumur 25 tahun, aku melihat teman-teman SD, SMP, SMA, dan sebagian teman kuliah kita sudah menikah bahkan ada yang sudah memiliki anak. And what about me?",  kedua tangannya mengisyaratkan pertanyaan dan juga permintaan
" Aku sama sepertimu Liya, sebenarnya meskipun aku memiliki pacar tapi kita belum bisa menikah. Aku masih merasa belum siap terlebih pacarku ...",
Tiba-tiba terhenti. Diatmika selalu merasa tidak percaya diri ketika ditatap oleh Nadiya. Baginya, Nadiya dengan kelogisannya dan  memiliki indera yang lebih sehingga mampu memahami isi pikiran dan hati temannya.
"Kedewasaan tidak diukur berdasarkan usia, dan menikah bukan karena ada pasangan atau belum menikah karena tidak punya pasangan kan? Melainkan menikah karena mampu dan siap", ujar Nadiya
"Tapi 25 tahun itu tua ga sih?", tanya Diatmika malu
"Kata siapa 25 tahun tua?", tanya Aliyah serasa intimidasi kepada Diatmika
"Aku merasa asing dengan usiaku saat ini", Â dengan tiba-tiba suara berat Nadiya terdengar
" Posisiku ditengah, kesibukanku belajar mengerjakan tugas kuliah, menemani mama yang tidak bisa aku tinggal lama, dengan segala kekhawatirannya berlebih, tentang cinta nya laki-laki yang cepat datang dan mudah hilang mudah pergi, dan kekhawatiran tentang masa depanku sendiri. Mikir lagi, aku kurang apa kok belum ada callingan di lamaran kerjaku? Tahun ini aku jadi overthinking", Nadiya menghela napas
"Kamu punya banyak pikiran? Itu artinya kamu punya waktu lebih. Oranglain bahkan tidak punya waktu untuk berpikir, mereka hanya berlatih tanpa berpikir dan menghadapi segalanya tanpa berpikir. Akupun begitu, jika aku memiliki banyak pikiran, berarti aku sedang punya banyak waktu".
 "Setiap orang punya insecure tapi kata orang kita harus banyak bersyukur. Haha lelucon apa ini?", canda Aliyah
"Ada kalanya ketika aku memiliki tugas kuliah dan tugas itu ternyata susah bagiku, saat itu aku bilang pada diriku sendiri jangan berpikir ini melelahkan dan sulit, ini sesuatu yang harus disyukuri".
"Benar, akupun begitu. Berpikir bahwa tidak apa-apa sedikit sakit saat bekerja karena perlahan akan hilang. Merasa bahwa pekerjaanku adalah hal utama dan aku harus melakukannya dengan lebih baik lagi aku tidak boleh bermalas-malasan nanti dipecat dan nanti orangtuaku makan apa? ".
"Kamu merasa waktu luangmu adalah bentuk kemalasan? Kamu terobsesi dengan bekerja tapi kamu pernah berpikir kalau kamu bisa mati karena itu?", Tanya Diatmika kepada Aliyah
"Setidaknya dengan lelah yang aku miliki, aku bisa pulang ke rumah tanpa merasakan isi rumah".
Rasa lelah yang ada pada diri Aliyah setiap kali pulang ke rumah bukan dikarenakan banyaknya pekerjaan di kantor melainkan tidak ada kenyamanan dan kehangatan yang dirasakan. Â Setiap kali menampakkan kehadirannya, saat itu juga mental nya dijatuhkan. Peluang orang yang menyakiti berasal dari orang yang sangat dekat dari siapapun, seperti keluarga, kekasih, atau teman.
"Kerja terus, uang ga keliatan, bukti tak terlihat, jodoh pun tak nampak",
"Umur 25 tahun mama sudah punya anak kamu",
"Tidak usah ngomong, ini bukan tugasmu, ga butuh kamu",
"Ya, kalian tahu apa yang terjadi anatara aku dengan keluargaku? Ayah, ibu, dan adik aku yang seperti..., aku masih normal dengan cita-cita salah satunya menikah tapi aku belum menemukan yang membuat aku  berkata I Love him and he should me my shoulder ", matanya yang tajam terlihat jelas
"Aku ingin semua orang di sekitarku bahagia, berharap tidak merasakan sakit karena apa yang ada pada diriku. Aku ingin memberikan cinta karena aku ingin dicintai. Dan saat ini aku di fase ingin pergi ke suatu tempat ".
 "Sebelum membuat orang sekitar bahagia, pastikan terlebih dulu kamu bahagia. Tidak selalu buruk menjadi egois, memikirkan dirimu apakah sudah bahagia? ", kemudian menatap kedua sahabatnya
"Aku setuju dengan Nadiya, pelan-pelan bukan berarti terlambat, bukan berarti tidak mampu untuk jalan cepat melainkan supaya bisa merasakan moment tersebut secara maksimal. Karena tidak semua kejadian dapat diulang",
"Mau mandiri seperti apapun cewek , sehebat apapun dalam berjuang sendiri, meskipun terbiasa melakukan suatu hal sendirian, tetap saja suatu hari nanti pasti butuh orang untuk dijadikan tempat pulang, diskusi, dan berada disamping kita".
"Aku begitu menyedihkan setelah lega menceritakan ini", tunduk lesu pada wajah Aliyah
"Usia kita sudah 25 tahun, bagaimana kamu bisa bekerja di perusahaan itu, bagaimana aku masih sanggup melanjutkan pendidikan S2 meskipun tidak ada lamaran pekerjaan yang menerima, dan bagaimana Didi bertahan dengan kekasihnya dan bisnis ditengah pandemi ini?", Â Saut Nadiya
"Impian itu penting, dan masa depan tak kalah penting.Tapi, kami berharap masa kini dan hidup saat ini juga diperhatikan".
"Aku hanya content creator dan copywriting, status single, dan toxic family", Aliyah mengacungkan tangan sebagai absen pertama
"Aku mahasiswa S2, belum diterima kerja dimanapun dan lagi ga butuh banget cinta laki-laki", Nadiya menyusul
"Aku Diatmika, status punya pacar dan penjaga warung kopi milik sendiri yang saat ini sepi pembeli",
Secara bersamaan, mereka menghela nafas seakan hidup yang sedang dijalani sangat berat.
"Adakah cowok yang sedang mendekati kamu?", tanya Aliyah kepada Nadiya
"Sampah masyarakat, luar biasa mahasiswa S2 kita ini", jawab Diatmika
"Cowok-cowok yang mendekati aku lumayan semua tapi...",
"Bukan cowoknya yang bermasalah, tapi dia nya".
"Ah menyebalkan sekali. Tapi aku setuju", jawab Nadiya pasrah
"Cinta selalu aneh menurutku. Memberikan yang terbaik untuk mencintai seseorang dan terus hanyut dalam cinta terasa agak norak. Kalian tahu, ayah ibuku menikah karena saling mencintai dan saling meninggalkan karena sudah tidak saling mencintai. Simple sekali pilihan dan aku saat ini pilihanku fokus dengan kuliah juga mencari cuan. Ngerti gak? Sometimes I need a man but I don't want to have a boyfriend",
"Lebih ke I need someone to talk to like something deeper than we usually thought, ya semacam support system. Ketika rumah pertama ku menakutkan, aku berharap memiliki rumah yang menenangkan", Aliyah menimpa
Tangisan hening yang tidak berarti ini terkadang memiliki pengaruh yang lebih besar daripada dugaan yang ada. Pesanan makanan pedas yang dihidangkan diatas meja kami sangat membantu meredakan stress yang sedang kami alami.
"Pandemi belum berakhir juga. Aku dan Hasan dicoba dengan ujian ini. Akhir tahun 2019 coffeeshop ini diresmikan dengan uang hasil patungan berharap baik yaitu keuntungannya untuk modal bisnis lainnya. tapi siapa sangka, pertengahan Maret tahun kemaren Corona masuk Indonesia yang memaksaku untuk tutup  sementara, hingga September kita mencoba membuka kembali dengan mematuhi protokol yang ada. Kehadiran mahasiswa sangan berdampak bagi kita, orderan sepi tapi kita tetap membayar biaya sewaan ini. Beberapa karyawan terpaksa kita hentikan, dan satu yang memilih mengundurkan diri. Sebenarnya tidak sampai hati untuk menghentikan, namun ada banyak yang harus kita tanggung".
"Ketika aku mengalami masa sulit, aku mampu melewatinya dengan baik sendiri tapi ketika aku melihat kalian aku mampu menangis tiba-tiba".
Kedua mata Aliyah dan Nadiya terlihat berkaca-kaca setelah mendengar ucapan temannya. Samyang makanan khas Korea yang memiliki tingkat kepedasan yang tinggi mampu menjadi alasaan untuk mereka menghapus airmata yang mengalir dengan tissue di depan .
"Aku lebih khawatir tentang dirimu daripada perut ku yang sebenarnya mules. Karena aku belum mempunyai masa sulit seperti kamu. Meskipun aku Gemini yang tidak pernah menganggap semuanya suatu hal yang harus dipikirkan mateng-mateng dan Aliyah yang cuek dingin ini selalu kita yang menangis kalau kamu yang bercerita, Di".
"Selama hampir 4 tahun ini, kalian teman yang paling aku khawatirkan. Ketika aku mencoba menjadi Aliyah yang menurutku sudah lebih enak karena memiliki pekerjaan yang mapan dan cantik, menjadi Nadiya yang pintar dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, namun tetap saja kekhawatiranku ini ketika ada sesuatu yang terjadi pada kalian".
"Our bontot", ucap Aliyah terharu.
"Semua orang di sekitarku, keluargaku berpikir aku bahagia selama 7 hari 24 jam ini. Aku sangat menyedihkan setiap saat, merasa seperti orang asing yang harus memastikan kepada mereka bahwa aku baik-baik saja. Aku tidak mengerti, tuntutan menjadi perempuan yang baik-baik dan baik zaman sekarang ini seperti apa tapi aku tetap harus ada untuk mereka. Melanjutkan pendidikan dan dituntut mendapatkan pekerjaan yang mapan karena akan memuaskan mereka tapi aku masih bingung dengan diriku. Se hampa ini.", Nadiya memandang kedua temannya
Memiliki teman-teman yang saling menyayangi dan pengertian. Keren bukan ? sama-sama memandang dunia yang selalu berantakan ini. Lalu apa salahnya bergantung kepada mereka untuk bisa bahagia. Its ok to not be okay.
Disaat dunia selalu berputar dan akan terus berubah, aku, kamu, kita, dan kami semua pasti merasa dipaksa untuk membuat keputusan untuk  masa depan. Keberadaan sosial media salah satunya seakan menjadi patokan seperti perlombaan dalam segala hal mulai dari gaya hidup, kisah percintaan, standar kecantikan, kesuksesan, hingga keturunan, yang harus sama dengan oranglain. Pikiran yang terus berjalan membawa diri untuk membandingkan dengan oranglain. Mengejar untuk mencapai level seperti oranglain dan akhirnya merasa kehilangan diri dan arahan hidup.
Mereka bertiga bersulang minuman kaleng cap kaki tiga. Lagu Welcome To My Life milik simple plan diputar dan terdengar ke seluruh penjuru sisi caffee.
No you don't know what its like
When nothing feels alright
You don't know what its like to be like me
To be hurt, to feel lost
To be left out in the dark
To be kicked when you're down
To feel like you've been pushed around
To be on the edge of breaking down
And no one there to save you
No you don't know what its like
Welcome to my life
Tidak mudah untuk selalu bertindak positif. Ada hari yang akan dirasakan untuk tidak melakukan apapun. Ingin menyerah pada segalanya karena merasa tidak dibutuhkan oleh siapapun. Merasa semua perjuangan telah sia-sia. Sehingga disuatu hari emosi negatif itu hadir dan mengelilingi, lalu bagaimana untuk melewati nya? Kembali mengingat moment penting dan akan mengerti bahwa semua yang pernah diperjuangkan tidaklah sia-sia. Tidak ada yang mampu menjelajahi alam semesta, ketika kita memberikan satu dan mendapatkannya kembali sepuluh. Tetap berada pada pada kebaikan, berusaha positif semampu nya, Â tersenyum kepada siapapun sekalipun itu yang kamu benci, dan selalu ingat dengan tersenyum akan merasa lebih baik. Ada waktu ketika tidak bisa melakukan semua tugas sekaligus, karena melakukannya dengan langkah demi langkah cukup baik untuk bergerak maju. Semua ditakdirkan memiliki ending yang bahagia setelah apa yang dilalui.
Suatu hari kau akan menyadari , bahwa orang dewasa tidak tahu segalanya tentang hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H