Mohon tunggu...
Al Hikmah Alfaini
Al Hikmah Alfaini Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

seorang mahasiswa yang siap mengabdi pada negara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mbah Amat, Si Penjual Jajanan Keripik di Pasar Beringharjo Yogyakarta

26 Juni 2022   23:53 Diperbarui: 27 Juni 2022   00:50 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret mbah Amat yang sedang bergegas menuju masjid untuk sholat ashar. Dokumentasi: Penulis. 

Amat Syahid, mungkin tak pernah berpikir dia akan hidup sebatang kara di usianya yang sudah senja. Tapi inilah kisah hidupnya mbah Amat syahid wanita 80 tahun, yang harus menafkahi dirinya sendiri dengan berjualan keripik di Pasar Beringharjo Yogyakarta.

Setiap hari rabu dan minggu mbah amat berjualan keripik di pasar untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Dia hidup sebatang kara di usianya yang sudah senja dan sudah tak layak untuk bekerja lagi. Meskipun begitu mbah amat tidak urung dari semangatnya. Dia tetap berjualan tanpa ingin dikasihani.

"Meskipun hidup saya seperti ini saya gak mau dikasihani mbak, saya mau orang-orang membeli dagangan saya itu karena mau bukan karena kasihan," ungkap Mbah Amat saat diwawancarai (12 Juni 2022)

Mbah Amat berjualaan dari pukul 03.30 sampai 21.00 itupun kalau daganganya terjual habis, jika belum mbah amat bisa berjulan sampai dini hari.

"Seperti ini lah mbak, Hidup saya, jika tidak begini saya tidak bisa memenuhi kebutuhan saya sehari-hari" Ungkap mbah Amat 

Diketahui mbah amat syahid  mempunyai satu anak dan meninggal pada usia 21 tahun karena kecelakaan motor. Dan ditingalkan suaminya saat usia 65 tahun, karena serangan jantung. Dari musibah yang dia hadapi mbah Amat mau tidak mau harus menghadapinya sendiri.

Adapun barang dagangan yang dia jual yaitu hasil buatanya sendiri. Dimulai dari membeli bahan-bahan hingga proses pembuatan dan pengemasan dilakukan dengan sendiri. Macam macam keripik yang di jualnya dari mulai kacang kacangan, popcorn, dan opak yang terbuat dari nasi. Dengan modal 300 ribu bisa kembali dengan jumlah 400 ribu bahkan lebih.

"Alhamdulillah mbak untuk hasil dagangan saya selalu melebihi modal, itupun bisa di belikan lagi untuk bahan bahan dan sisanya untuk kebutuhan saya." Kata mbah Amat

Saya  berangkat  dari rumah pukul 03.30 dan selalu menyempatkan sholat subuh di pasar. Paginya saya berjualan di pendopo pasar setelah jam 10 pagi saya pindah kedepan meskipun itu pasti selalu ada razia yang melarang berjualan di depan pasar. Meskipun begitu, wajahnya selalu tampak gembira tak pernah terlihat perasaan sedih. Seyum ramah yang selalu ditampakan. Dia sangat menikmati perjalanan hidupnya bahlan banyak dari para pedagang lain yang menghiburnya, yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.

Diketahui mbah amat berasal dari Wonosari, Gunung Kidul. Sejak tahun 77  dia merantau ke Jogja untuk mencari nafkah. Pada saat itu dia berjulanan di angkringan dengan suaminya. Tapi semenjak suamianya meninggal dia memilih berjualan jajanan keripik di Pasar Beringharjo.  itupun rata rata pembelinya tukang becak, tukang delman bahkan sesama pedang asongan juga. Kehujanan, kedinginan dan kepanasan adalah hal yang lumrah dirasakan bagi Mbah Amat.

"Saya berjulan dalam seminggu  hanya dua kali saja rabu dan minggu, untuk hari lainya saya menyiapakan bahan bahan dagangan dengan menjemur nasi dan nantinya di goreng menjadi opak." Ujar mbah amat

Hal yang sulit yang dialami mbah Amat yaitu ketika sakit, tidak ada yang membantunya untuk menyiapkan daganganya bahkan untuk memebelikan obat saja tidak ada, kecuali  jika ada tetangga rumahnya yang mengetahui keberadanya. dia jua terkadang  rindu akan suami dan anaknya. "tapi saya sadar bahwa semua yang kita miliki itu hanyalah titipan tuhan." Ujar mbah amat.

Untuk saudaranya sendiri mbah amat sudah tidak tahu apakah masih mempunyai saudara atau tidak, karana sudah lama tidak pulang ke Wonosari.

Pernah terlintas dipikiran mbah Amat melihat keluarga lain yang sudah mempunyai cucu dan tinggal menikmati masa tuanya. Tetapi dia sadar bahwa manusia hidup di dunia ini punya jalannya masing masing untuk bahagia. "Maka dari itu Syukurilah apa yang Allah berikan kepada kita sebagai makhluk entah itu kecil ataupun besar. Karna sejatinya dunia ini adalah senda gurau." Ungkapnya.

Setelah saya wawancarai mbah Amat langsung bergegas menuju masjid karena sudah mendengar suara adzan ashar dengan membawa barang daganganya yang tinggal separuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun