Al- Yunusiyah adalah pengikut Yunus Ibn 'Aun al-Namiri. Sekte ini berpendapat bahwa iman adalah mengenal Allah, tunduk kepada-Nya, dan mencintai-Nya melalui hati. Bagi mereka, ketaatan tidak termasuk unsur iman. Oleh sebab itu, ketidaktaatan tidak merusak iman dan seseorang tidak disiksa karenanya selagi imannya benar-benar murni dan penuh keyakinan. Iblis, demikian menurut mereka, mengetahui Allah Yang Esa, namun ia kafir karena kesombongannya. Kemaksiatan tidak menyebabkan rusaknya iman seseorang dan tidak mendatangkan mudarat baginya. Seorang mukmin masuk surga karena keikhlasannya dan kecintaannya, bukan karena amal dan ketaatannya.
Al- Ubaidiah, pengikut 'Ubaid al-Mukta'ib, dosa selain syirik pasti diampuni. Seorang hamba meninggal dalam keadaan berakidah tauhid tidak disiksa atas dosa-dosa dan kejahatan yang pernah ia kerjakan.
Al-Ghassaniah , kelompok Ghassan Al kufi, jika seseorang mengatakan "saya tahu Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini", maka orang tersebut tetap mukmin bukan kafir.
Shalihiyah, kelompok Abu Hasan Ash-Shalihi, berpendapat bahwa iman adalah mengetahui Tuhan, sedangkan kufur tidak mengetahui Tuhan. Sholat bukan merupakan ibadah kepada Allah, yang disebut ibadah adalah iman kepada Allah dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat, puasa, dan haji bukanlah ibadah, melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan.
Al-Tsaubaniah, kelompok Abu Tsauban, bahwa iman adalah mengetahui dan mengakui Allah dan para rasul-Nya. Semua, yang oleh akal tidak boleh dikerjakan dan boleh dikerjakan tidak termasuk kategori iman.
(Panduan Ilmu Kalam Program Studi Islam,Drs.A.Hadlari Moechtar,hal 84-87, Study Ilmu Kalam,Dr. Suryan A. Jamrah, M.A.,hal 117-122, Aliran-aliran Kalam/Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam,Drs.H.Mawardy Hatta, M.ag.,hal 76-80)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H