NIRWANA SANUBARIKU
Keemasan cahaya dicakrawala
Disudut langit biru mulai menjemput senja
Terbelalak mata saat memandangnya
Keindahan dari sang Maha Pencipta
Seniman handal melukis pulau-pulau berjajar
Penyair handal menyayati elok pesona menebar
Penari handal melambai selendang berbinar
Senimetropolis, pemeran pemasok kurator
Oh Negeriku…Indonesia
Potongan hiasan tanah surga
Beragam adat istiadat, bahasa nan suku bangsa
Warisan leluhur dunia
Inilah Indonesiaku
Bhineka Tunggal Ika semboyannya
Merdunya suara gamelan
Berkilaunya selabit anyaman
Uniknya corak batik
Lugunya untaian prosa
Oh…Indonesiaku
Aku bangga menjadi bagianmu
Ku menyatu dengan tanah tercinta ini
Hingga maut mengakhiri perpisahan
CINTA YANG HILANG
Terduduk bersimpuh menatap keramaian
Dua insan tampak merana dalam keasmarahan
Terambang-ambang dalam perasaan
Tanpa bintang dan bulan yang tertutup awan
        Â
Aku menatapmu perlahan
Berusaha melupakan sakit yang tak tertahan
Melihat ragamu yang perlahan menghilang
Dan aku memilih diam
Sekian lama telah berjalan bersama
Menyapa hari tanpa hadirmu terasa semu
Sejenak hening merasakan kehilangan
Entah mengapa waktu terus kembali mengingat kenangan
Terlelap sempat teringat pesan singkat tentang perasaanmu
Tak sengaja kedua lesung ini tersenyum, terheran
Perlahan guratan senyum itu mulai sirna
Bagai senja yang meninggalkan banyak cerita
SIMPANAN LUBUK LUKA
Disini tempat teradu
Memanjat sirna kasih terseduh
Menanam rasa milyaran tusukan luka
Kesedihan yang menyusup dalam dada yang kelak terbunuh perlahan
Wahai Luka…
Gemulai permainan telah ku coba
Berhembus air mata menguap gulita
Surut rasa jiwa tapi masih tersimpan
Menyambar rawa rebut gemelang pedih
Luka…
Pemberi lukisan angan-angan kenangan kesedihan
Kesedihan memaruti ingatan dalam kenangan tentang sukacita
Perihal bimbang tentang realita
Senandung jeritan mendeku punca selasih
Lontaran krongkongan batin terinjak tekat dendam
Tetapi mengingat sukma curam dosa kepada sang Ilahi
Petunjuk dersik kehidupan menemani hari demi hari
Kini taburan luka memberi pelajaran kehidupan
Biarlah cerita luka menjadi kenangan tekesan seumur hajat kehidupan
TIRAI SAJADAH YANG HILANG
Wahai gemulai rajut sujudku
Serutan dambaan tertuju satu titik rindu
Lapisan hangat berhembus surut
Dulu masih tersimpan hangat dengan sekujur tubuh
Walau waktu terampas jengkal cengkraman
Syahdu selasih suara nan reduh
Curam resah penuh keluh kegundahan
Lontaran rintih rintik doa yang terucap memberi kekuatan
Ingin rasanya kembali sujud di sepertiga malam
Kini abad dunia telah tamat
Tinggalah tangisan di kolong tak tertolong
Di liang terkurung redup curamkan jeritan membara
Rindu selasih renungan bisu medeku beku
Tak terungkap bentukan lahat suratan
Perihal terlambat hanyalah bekas yang menyiksa penyesalan
Semi rasa kasih ingin jumpa di tirai sajadah
Gugus patokan telah tertancap di wajah
Nama tinggallah nama
Insan bekal imanlah yang kekal abadi seutuhnya
Sidoarjo, 21 Mei 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H