Mohon tunggu...
Ana
Ana Mohon Tunggu... Lainnya - Perangkai kata

Menemani anak salah satunya juga mengajarkan bersikap sebagai manusia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perahu Tanpa Layar

9 September 2020   22:46 Diperbarui: 14 September 2020   06:13 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di samping aku sendiri masih sekolah kelas tiga SMA, aku juga tidak punya tempat tinggal, selain rumah warisan dari orang tua kami.
Sayangnya, aku harus mengalah. Ketimbang terus hidup bersama seorang kakak kandung yang pemabuk dan hobi berjudi.

Malam merayap menuju pukul 22.30 WIB dan aku berada di antara hidup dan mati. Dengan luka-luka dan memar sehabis dipukul oleh Bang Oji, kuterabas pekat malam. Berjalan terseok, seolah luruh semua harapku pada hidup ini.

Kemana aku harus rebahkan segala penat. Sedang di hidup ini kepemilikanku hanya kosong. Tubuh dengan tulang tanpa taring apalagi kekayaan.

Ingatanku hanya tertuju pada gudang koran tempat aku biasa ambil loperan pelanggan. Bang Reno? Ya ... dia pasti bisa membantuku.

Keyakinan itu datang entah darimana. Dengan sisa receh kularikan semua harap menuju gudang surat kabar milik Bang Reno.

Lumayan jauh dari tempatku berada saat ini. Aku harus naik KOPAJA 27 menuju stasiun senen. Alhamdulillah sesampai di sana, kulihat Bang Reno masih nongkrong, sibuk bagi komisi anak buahnya.

"Malam Bang," sapaku pada Bang Reno.

"Eh ada Lu, Kim? Malam amat, ada apa, nih?"

"Euuhh ... gini, Bang ... gua ...."

"Sebentar ...," potong Bang Reno. Pria itu menyelesaikan pembayarannya pada seseorang. "Sini duduk." ajak Bang Reno.

Aku duduk di atas sebuah tumpukan kayu palet berbentuk box, yang biasa di pakai orang untuk menyimpan dagangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun