Tak terasa hampir dua tahun aku bekerja sama dengan Bang Rojak. Berhubungan dekat hingga munculnya rasa nyaman.
Sore itu redup. Mendung menggayut langit dengan rayuannya yang maut. Ada salipan kilat memecah kristal beku di langit sana. Awan yang mengabu, semakin tirus oleh dingin dan sembabnya. Seolah tangis langit hendak memecah udara.
"Kim, kalo sudah selesai ke ruanganku, ya."
"Ok Bang."
Aku tahu, ini saat yang tepat buat hubungan kami berlanjut. Bang Rojak pasti sudah bicarakan dengan orang tuanya. Aku pun telah siap.
Selesai berbenah sengaja kurapikan seluruh tubuhku. Mandi air hangat lalu mengenakan pakaian yang pantas sebagai seorang gadis. Karena malam ini, bisa saja kami akan menemui keluarga Bang Rojak.
Kusiapkan wajah seceria mungkin. Jangan sampai tertinggal gincu merah jambu. Duduk di depan cermin, tampak olehku sosok Kimora yang cantik. Ternyata aku tidak terpaut jauh dengan model pembersih wajah oval itu. Berkulit kuning dengan mata yang lembut dan dagu yang tipis.
Kuketuk pintu ruangan Bang Rojak.
"Yaa ... Masuuk!"
Pintu terbuka. Tampak si baby face itu di sana, sedang duduk dengan lengan kemeja putih yang tergulung ke atas. Wajahnya tersenyum menyadari kehadiranku.
"Hai ... sini masuk, cantik," sapanya. Ini pertama kali pria itu memanggilku cantik.