Mohon tunggu...
Hikam Musthofa
Hikam Musthofa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Wayang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penggunaan Ayat Al-Quran sebagai Rajah

8 Juli 2024   21:09 Diperbarui: 8 Juli 2024   21:19 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hukum Penggunaan ayat-ayat Alquran sebagai rajah.

Identifikasi masalah

         Artikel ini menganalisis fenomena rajah dalam masyarakat Islam. Tujuan artikel ini untuk mengetahui ragam ayat al-Qur`an yang digunakan dalam rajah dan bagaimana masyarakat memaknainya. Raja adalah jimat yang berisi tulisan-tulisan Arab, ayat-ayat Alquran, dan simbol khusus berbahasa Arab. Rajah biasanya dibuat oleh seseorang yang ahli dalam bidang hikmah, sehingga gambar-gambar tersebut mempunyai  kekuatan magis yang  dapat digunakan oleh  masyarakat sebagai media terapi mistik. (Pamungkas et al., 2022).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Rajah yang digunakan oleh masyarakat  bermacam-macam, mulai dari rajah yang ditujukan untuk mengusir/melindungi gangguan makhluk halus atau Jin, rajah pagar rumah, rajah kekebalan, rajah penglaris, hingga rajah penyubur tanah (Mujahidin, 2017). Sebagian besar ayat dan surat al-Qur`an yang digunakan meliputi Surat al-Fātihah, Ayat Kursi, Surat Yāsin, Surat al-Syu’arā, Surat Thaha ayat 39, Surat al-Ikhlāsh, al-Falaq, dan al-Nas. Praktik ini dikombinasikan dengan unsur budaya lokal seperti selametan , puasa mutih, puasa mati geni dan lainya. Bagi masyarakat, ayat-ayat al-Qur`an yang digunakan dalam rajah adalah wahyu yang memiliki kekuatan luar biasa yang diturunkan Allah SWT dan hanya dapat dicapai oleh orang-orang tertentu yang memiliki kekuatan supernatural, yang disebut sebagai wong pinter.

          Tetapi sebagian ulama juga berpendapat bahwasanya rajah adalah termasuk dari praktek sihir (Tambusia, 2020). Penggunaan ayat-ayat Al-Quran sebagai rajah adalah subjek yang kompleks dan kontroversial dalam Islam. Sebagian besar ulama sepakat bahwa menggunakan ayat-ayat Al-Quran dalam praktik-praktik seperti rajah atau sihir adalah haram dan bertentangan dengan ajaran Islam (SAHAR, 2022). Al-Quran seharusnya dihormati dan dipahami sebagai pedoman spiritual, bukan untuk praktik-praktik mistis atau sihir.

              Ilmu hikmah dalam perbendaharaan Islam merupakan salah satu pengetahuan yang hadir bersama dengan Islam itu sendiri. Banyak sekali hadits Rasulullah saw yang menunjukkan betapa ilmu hikmah itu sangatlah penting, karena Komplelksitas kehidupan manusia seringkali membutuhkan solusi yang beragam. Diantara rekaman kejadian itu bisa kita lihat dalam asbabun nuzul dari surat mu’awwidztatin (qul a’udzu birabbil falaq dan qul a’udzu birabbin nas) yang keduanya dibaca Rasulullah saw ketika beliau terkena sihir orang yahudi. Dalam kitabnya Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul, Imam suyuthi menerangkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw sakit parah sehingga dua malaikat mendatanginya dan menunjukkan kepada para sahabat bahwa Labid bin al-A’sham al-Yahudi mengirim sihir kepada Rasulullah saw. Sihir itu berupa gulung-gulungan tali yang disimpan di bawah batu besar di dalam sebuah sumur. 

Maka segeralah para sahabat mengambil gulungan yang terdapat dalam sebuah sumur tua yang ternyata airnya mengandung warna merah pacar dan mengambil gulungan yang dimaksud setelah terlebih dahulu mengangkat batu dari dalamnya. Benar saja, tali bergulung-gulung itu tidak dapat diurai simpulnya kecuali setelah Rasulullah saw membaca surat mu’awwidztatin. Dan demikianlah setelah tali itu terurai sakit Rasulullah saw mendadak hilang begitu saja. Tentunya hal ini tidak terlepas dari kekuasaan Allah swt, akan tetapi kekuasaan-Nya itu dihadirkan oleh Rasulullah saw melalui bacaan mu’awwidztatin.

Dalil- dalil penggunaan ayat alquran sebagai rajah :

Al-Qur’an tidak hanya berfungsi sebagai al-huda (petunjuk, QS. Al-Jin (72): 13),

وَّاَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدٰىٓ اٰمَنَّا بِهٖۗ فَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِرَبِّهٖ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَّلَا رَهَقًاۖ 13.

Dan sesungguhnya ketika kami (jin) mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya. Maka barangsiapa beriman kepada Tuhan, maka tidak perlu ia takut rugi atau berdosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun