Mohon tunggu...
HIJRASIL
HIJRASIL Mohon Tunggu... Administrasi - pemula

menjadi manusia seutuhnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Cengkeh

6 September 2024   15:43 Diperbarui: 6 September 2024   15:46 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara Langkah kecil  dari arah dapur memecah keheningan subuh, sendiri seorang perempuan tua bernama Rukiah menjaga dapur  biar setiap pagi selalu berasap. Dapur dan perempuan seakan tak dapat dipisahkan sejak jaman dewa-dewi  Yunani . Mitologi Yunani tentang dapur melekat  kepada dewi Hestia, sosok perempuan yang memutuskan seumur hidup tinggal di dalam rumah menjaga api biar selalu hidup di dapur. hingga orang-orang yunani menyimbolkan dengan dewi api, tidak heran jika setiap hajatan orang-orang Yunani selalu melibatkan simbol api menghormati sang dewi.

Sang fajar menyingsing dibalik punggung perbukitan dan pepohonan, memberikan kehidupan bagi penghuni bumi. Menandakan Rukiah segera melangkah menuju gurah cengkeh (kebun cengkeh), tak jauh dari gubuk kecilnya.  Saat bersamaan, musim panas sedang berlangsung lama di desa Balanga. semua penduduk desa menyambut baik kedatangan musim panas kali ini di wilayah mereka.  Menandai munculnya tangkai hijau yang mengeluarkan buah cengkeh.

Wajah bahagia muncul di seluruh penduduk desa, tak terkecuali Rukiah, menyambut kebahagiaan  dengan langsung memanggul Saloi yang telah di isi karung dan parang kecil di dalamnya. Seorang anak kecil berusia 12 tahun tak lain ialah anak laki-laki sematawayangnya, mengikuti di belakang seakan ingin ikut tenggelam dalam kebahagiaan bersama sang Ibu.

Tangan semesta di ujung cengkeh bergayung sambut bersama kurangnya rempah di dapur. Sudah dua bulan aroma cengkeh hilang dari masakan, setiap kali panen  Rukiah selalu menyimpan dua karung cengkeh kering. Disimpan sebagai persediaan bumbu masakan dan berjaga-jaga bila suatu waktu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan,  Cengkeh bisa diandalkan sebagai alat tukar.

Harum cengkeh lewat tangan Rukiah dan seluruh penduduk desa,  singgah ke setiap rumah warga dunia dan Industri. Kemakmuran desa Balanga rupanya mengilhami sang raja di singgasana kerajaan, membuat titah bagi seluruh rakyat Pulau Utara  agar sumber kemakmuran mereka dari  pohon cengkeh segera di bakar. Titah sang raja pun sudah sampai ke telinga  Rukiah dan warga desa, titah raja disampaikan oleh Kanaha (kepala desa). Sontak kebahagiaan di wajah Rukiah dan warga desa  seketika hilang berganti wajah kesedihan.

Pembakaran cengkeh akan dimulai esok hari, setelah titah sang raja di bacakan kanaha  ke seluruh warga desa hari itu.  Rukiah  seraya mendengar titah raja, mengumpulkan keberanian untuk mengawali penolakan pembakaran cengkeh. Setelah titah disampaikan, suara perempuan dibalik kerumunan warga yang berkumpul, memekik lantang "saya menolak bakar pohon cengkeh" ujar sosok perempuan bertubuh kurus di balik kerumunan yang tak lain datang dari Rukiah. Penolakan rukiah pada perintah raja diikuti oleh seluruh warga desa pagi itu.

Supaya warga desa mau melaksanakan titah raja, Kanaha sebagai perpanjangan kuasa raja di desa balik mengancam Rukiah dan warga. Apabila menolak, kano-kano (pasukan kerajaan) akan datang menangkap warga desa yang menolak pembakaran seluruh pohon cengkeh. Semua warga desa hadir, tak terkecuali Rukiah seketika tak berdaya mendengar ancaman Kanaha.          

Sebuah Kabar beredar di tengah warga desa, bahwa sang raja kini membangun hubungan kerjasama dengan Ratu dari negeri jauh yang kini menguasai perdagangan cengkeh dunia.  Rupanya sang raja pulau utara diiming-imingi bantuan persenjataan dan militer   bila suatu waktu terlibat perang dengan kerajaan lain. Asalkan Raja Pulau Utara mau mengurangi produksi cengkeh di wilayah kekuasaannya dan mengalihkan hasil cengkeh  untuk dijual di negeri sang ratu. Akibat dari kerjasama itu, sang raja memilih desa balanga tempat Rukiah dan warga desa meraih kemakmuran.

Penolakan Rukiah dan seluruh warga desa sampai ke telinga sang raja dan langsung mengerahkan kano-kano (pasukan) kerajaan membakar seluruh pohon cengkeh milik seluruh warga desa Balanga. Sehari sebelum kedatangan kano-kano kerajaan, Rukiah berjalan ke arah kebun cengkeh miliknya. Tahu kalau esok hari kano-kano kerajaan akan datang, rukiah berharap dapat mengambil sedikit cengkeh di kebun. Buah cengkeh berwarna merah, kuning, hijau  menggambarkan kemakmuran sekaligus kebahagian bagi Rukiah. Sekitar seratus lima puluh pohon cengke sebentar lagi menjadi abu di atas tanah miliknya.

Rukiah menggantungkan harapan pada cengkeh yang sudah di tanam, rawat, hingga kelak dinikmati. Besar harapan Rukiah tak setinggi pohon cengkeh di depannya saat ini dia berdiri. hubungan perempuan ringkih dengan cengkeh  seakan dibatasi  kuasa raja di singgasana. Sebuah keadaan dimana setiap orang di bumi ini hanya bisa melangsungkan kehidupan dibawah bayang kuasa seorang manusia.

Malam itu, sebelum sang fajar tiba semua warga desa Balanga berkumpul kembali di tanah lapang. menyadari seorang raja di pulau seberang sana menunjukkan kuasa atas tanah, cengkeh, serta kebun warga desa. Mereka bersatu melawan dengan tidak mengakui kekuasaan raja di tanah mereka. Melihat perlawanan warga desa, Kanaha bergegas keluar dari desa melaporkan sikap warga desa kepada Kapita (pemimpin pasukan kerajaan). Keputusan akhir pertemuan malam itu ialah seluruh perempuan keluar meninggalkan desa dan para lelaki menjaga desa dari pembakaran cengkeh oleh kano-kano (pasukan) Kerajaan. 

Sebelum fajar tiba, seluruh perempuan tak terkecuali Rukiah dan anak-anak, telah keluar desa. Membawa  sisa-sisa cengkeh yang di ambil dari kebun, para perempuana dan anak-anak sekejap hilang di penghujung malam. Dari kejauhan sebelum sinar matahari naik dibalik punggung perbukitan yang mengelilingi desa Balanga, cahaya merah dari arah desa membarah membakar jejak-jejak kehidupan warga desa balanga. Keberadaan kehidupan warga desa kini sudah tak terendus oleh siapa pun, nyawa dan raga semuanya ikut hilang bersama cengkeh yang sudah menjadi abu di atas tanah.     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun