Joronge, sebuah pulau kecil di bagian utara Halmahera. Semua penduduk disana bekerja sebagai nelayan, tanpa terkecuali Tadore, semua penduduk mengenalnya sebagai nelayan pemburu ikan kulit pasir sebutan penduduk bagi ikan pari.Â
Suatu malam kakaknya berpamitan kepada Tadore dan ibu pergi ke laut, memburu ikan kulit pasir, semenjak itu kakaknya tak pernah kembali.Â
Semua penduduk pulau sudah mencarinya selama berhari-hari, hingga kemudian penduduk mengatakan kakak Joronge sudah hilang di lautan.
Setiap hari Tadore selalu membantu ibunya, sementara sang kakak hanya ke laut. Kini tugas itu diteruskan Tadore. Laut kini menjadi ayah bagi Tadore sama seperti kakaknya berpandangan demikian.Â
Laut menyediakan kehidupan untuk semua penduduk pulau, laut utara terkenal dengan ikan pari,di wilayah ini tempat ikan pari bertelur dan berkembang biak. Sementara di wilayah lain hanyalah migrasi ikan pari dari laut utara.
Tadore  dan kakaknya lahir dari ibu yang berbeda, ayah mereka dua kali menikah. Istri pertama ibu dari kakaknya meninggal saat melahirkan sang kakak.Â
Setelah istrinya meninggal sang ayah menikah dengan saudari istri pertama, ibu Tadore. Semenjak dilahirkan, Tadore belum pernah melihat wajah ayahnya.
Itu karena saat ibu melahirkan Tadore, ayahnya sedang melaut dan tidak pernah kembali hingga Tadore dewasa seperti sekarang.
Pertama kali Tadore melaut dia dihinggap angit laut malam, sebuah kejadian biasa bagi nelayan pemula.Â
Setiap orang di pulau Jorome baru disebut nelayan jika telah merasakan angin malam, ombak tinggi, bertemu hantu laut, dan terakhir ialah mendapat tangkapan ikan besar.Â
Syarat nelayan kini telah dipenuhi Tadore, hingga suatu ketika saat dia pergi ke laut dirinya bertemu seorang nelayan sedang duduk tenang di atas perahunya seraya menunggu seekor ikan datang menyambar kail yang telah dikaitkan umpan.
Laut hening dan riak-riak air seakan absen saat kedua nelayan berbaur seraya menunggu siapa memulai pembicaraan.Â
"Saya belum pernah melihat tuan di daerah ini,"Â
Tadore memulai percakapan seraya meneruskan "dari manakah tuan berasal".Â
"Saya orang metita," Tuan itu menjawab dengan tersenyum. Seraya mendengar tuan itu berbica Tadore menusuk pandangannya ke seluruh tubuh tuan didepannya.
Metita ialah nama sebuah pulau tak jauh dari pulau Joronge, pulau metita memiliki cerita tersendiri di masa lalu.Â
Orang-orang di pulau metita dikenal sebagai pemberontak, bajak laut, penjahat, pencuri, semua penyebutan terhadap orang-orang metita itu tak lain berasal dari kerajaan Goheba.Â
Semua itu karena dahulu kala orang-orang di pulau metita menolak membayar upeti kepada kerajaan goheba.
Hingga suatu hari sang raja mendengar pembangkangan penduduk pulau metita dia langsung memerintahkan para pasukan kerajaan mengambil paksa harta mereka dan menangkap para pembangkang.Â
Akhirnya karena kekuatan penduduk metita yang tidak seimbang, pasukan kerajaan berhasil mengambil harta milik penduduk dan menangkap penduduk yang dianggap sebagai pembangkang untuk di bawa ke kerajaan.
Setelah peristiwa itu hingga sekarang seluruh penduduk pulau metita bersumpah untuk menjadi bajak laut menghadang setiap kapal-kapal yang membawa setiap barang-barang ke wilayah kerajaan Goheba.Â
Cerita dari tuan yang ditemui Tadore rupanya mempengaruhi dirinya, saat pulang dari laut dia selalu membayangkan hilangnya ayah dan sang kakak apakah ada kaitannya dengan cerita tuan nelayan.Â
Seraya menatap langit-langit rumah gubuk kecil miliknya, muncul dari hati mengikuti orang-orang Metita sebagai bajak laut.
Di suatu sore saat matahari kembali ke peraduan Tadore berpamitan pada sang ibu untuk melaut, sekilas sang ibu yang melihat wajah anaknya bisa mengetahui niat sang anak karena wajah yang sama saat melihat suami dan kakak saat pergi ke laut kemudian menghilang di bawah laut.Â
Tadore mengayuh perahu pelan-pelan ke tengah hingga tubuh dan perahunya lenyap di telan gelap malam. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H