Mohon tunggu...
HIJRASIL
HIJRASIL Mohon Tunggu... Administrasi - pemula

menjadi manusia seutuhnya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

RUU Sapu Jagad dan Fleksibilisasi Pasar Kerja Indonesia

6 Mei 2020   17:58 Diperbarui: 6 Mei 2020   17:59 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Pencapaian ini ternyata dianggap oleh Internasional sebagai kemajuan ekonomi Indonesia dengan menjadi negara dengan perekonomian terbesar di wilayah Asia Tenggara sejak tahun 2000an. Selain itu meskipun di tahun 2009 PDB indonesia hanya tumbuh 4.6% dianggap menjadi salah satu yang terbaik diseluruh dunia dan memiliki peringkat tertinggi ketiga di antara negara-negara dengan perekonomian besar yang tergabung di dalam grup G-20 (baca laporan tahunan Bank Dunia) .

Bahkan Pada tahun 2010, Bank Dunia melaporkan bahwa karena suburnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, setiap tahunnya sekitar 7 juta penduduk Indonesia masuk dalam kelas menengah negara ini. Di 2012, jumlah penduduk kelas menengah Indonesia mencapai sekitar 75 juta orang (dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 240 juta orang) dan perusahaan penelitian seperti Boston Consulting Group (BCG) dan McKinsey menyatakan bahwa kelompok kelas menengah ini akan bertambah kira-kira dua kali lipat pada tahun 2020-2030.

Meskipun pertumbuhan penduduk kelas menengah telah berkurang karena perlambatan perekonomian negara ini yang terjadi setelah 2011, Indonesia memiliki kekuatan konsumen yang mendorong perekonomian dan telah secara signifikan memicu pertumbuhan investasi domestik dan asing sejak 2010.

Demikian proyeksi tersebut di atas oleh lembaga dunia, secara tidak langsung memberikan gambaran kepada kita bahwa potensi perekonomian Indonesia begitu besar, tak lain didorong kinerja ekonomi dan bonus demografi dengan tingkat kerja usia produktif lebih banyak yang akan memunculkan kelas-kelas menengah baru yang tak lain adalah kelas pekerja di sektor formal itu sendiri.

Setali tiga uang, Ekonom seperti Faisal Basri pun mengemukakan bahwa yang paling menjadi daya tarik para investor untuk datang dan menanamkan modalnya di Indonesia adalah dengan melihat potensi Indonesia dalam jangka menengah dan jangka panjang. Indonesia sedang berada dalam fase demographic bonus atau demographic dividend, yaitu jumlah proporsi penduduk usia kerja yang terbesar dan mencapai puncaknya pada tahun 2030.

Jumlah tenaga kerja produktif yang tersedia relatif besar, sehingga diharapkan akan mampu menjadi motor penggerak perekonomian nasional. Kelompok usia produktif ini juga diyakini akan memiliki tingkat produktifitas yang tinggi, tingkat konsumsi yang tinggi dan memiliki potensi tabungan yang juga tinggi. Dengan terus melihat pergerakan generasi tersebut maka diyakini strata menengah-atas akan mendominasi perekonomian Indonesia pada tahun 2025. Inilah yang kemudian menjadi alasan Indonesia memiliki potensi ekonomi yang sangat baik di masa yang akan datang (Risza, 2013 hal 68).

Menjaga Modal

Melihat potensi ekonomi Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang membangkitkan rasa optimisme bagi pemerintah Indonesia membumbung tinggi. Untuk menjaga dan meraih optimisme tersebut sterilisi terhadap iklim investasi baik disektor ekonomi maupun politik dilakukan, semuanya agar arus modal yang masuk ke dalam negeri tetap terjaga. Untuk menjaga arus modal tentu saja pemerintah mempunyai harapan atau tujuan yang tinggi dari aktivitas modal atau investasi.

Secara perspektif makro ekonomi ada beberapa tujuan yang ingin diperoleh pemerintah. Samuelson dan Nordhaus (1986, hal 102) ada empat bidang pokok yang harus diperhatikan agar permasalahan makro ekonomi terjamin baik yaitu bidang output, penggunaan tenaga kerja, harga dan perdagangan luar negeri. Disini kita hanya akan membahas dua dari empat bidang pokok yang semuanya bertali temali.

 Pertama, output. Yang menjadi tolak ukur terakhir dari suatu keberhasilan ekonomi adalah kemampuan negara menghasilkan output berupa barang/jasa ekonomi dalam jumlah besar serta laju pertumbuhannya yang pesat. Tolak ukur yang dipakai mengukur output suatu negara yaitu Produk Nasional Bruto atau Gross National Produk dan Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product, namun menyesuaikan dengan kepentingan pembahasan dalam tulisan ini penulis hanya memakai Gross Domestic Produc (GDP) sebagai tolak ukur untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara komprehensif. dimana GDP  merupakan seluruh barang jadi yang dihasilkan atau diproduksi oleh seluruh warga masyarakat pada suatu wilaya negara bersangkutan (termasuk produksi warga negara asing di negara tersebut) dalam periode tertentu, Prasetyo (2012, hal 28).

Sebagai dasar tolak ukur kemajuan ekonomi, pengejaran terhadap pertumbuhan ekonomi oleh pemerintah akan semakin masif dengan menggunakan berbagai sumber daya yang dimiliki untuk mengejar pertumbuhan ekonomi sebagai tolak ukur pembangunan ekonomi. Tak pelak ide pembangunan ini akan menjadi pintu masuk bagi arus modal atau investasi asing ke dalam negeri. Meskipun demikian pengejaran terhadap pertumbuhan ekonomi selama ini belum diikuti oleh kesejahteraan para buruh dan masyarakat, distribusi pendapatan yang tidak merata hanya dinikmati oleh segelitir orang sehingga pembangunan ekonomi masih bias terhadap kualitas hidup buruh dan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun